Ikan Asin, Ikan Asing dan Ikan Aseng
Di sungai-sungai, muncul lele dumbo, yang merusak mata–rantai habitat ikan jenis perlelean. Di situ dan danau, muncul ikan “luar negeri” seperti toman (great snake head), setan merah (red devil), dan louhan. Di Sungai Ciliwung ditemukan ikan sejenis piranha.
Oleh : Usep Romli HM
Walaupun bukan ahli perikanan, saya cukup akrab dengan tempat kehidupan ikan. Mulai dari kolam, hingga sungai dan situ. Di perdesaan Garut, kampung tempat tinggal, dekat ke Sungai Cimanuk dan Cipancar. Banyak kolam ikan. Tak begitu jauh ke situ Situ Bagendit, Cangkuang, Rancakukuk, dan Sarkanjut. Cukup mengenal berbagai jenis ikan asli yang hidup di kolam, sungai dan situ.
Sekaligus menyerap aneka macam kearifan lokal yang tumbuh berkembang dari tradisi menangkap ikan. Tradisi yang bersendikan “hirup-hurip dalit jeung alamna”. Hidup dan kehidupan yang akrab dengan alam sekitar.
Dalam cara menangkap ikan, para “karuhun” (leluhur) Sunda mengajarkan pelaksanaan “hirup hurip dalit jeung alamna” tadi. Yaitu murah, mudah, meriah, tidak merusak, tidak berlebihan. Antara lain “kokodok”,” ngagogo”, “marak”, “nawu”, yang dilakukan sendirian atau bersama-sama, menggunakan tangan kosong. Jika menggunakan alat, dipakailah perabotan ramah lingkungan, seperti “bubu”, “badodon”, kecrik”, “sirib”, “susug”.
Jenis ikan asli sungai, yang tergolong “ikan liar”, adalah kancra, jongjolong, lika (sejenis ikan mas), lele, bogo, arelot, kehkel (sejenis lele), tampele, balar, beureum panon, lalawak, hampal (sejenis tawes/nilem), dan banyak lagi. Semua menunjukkan kekayaan dan keragaman hayati lingkungan sungai.
Sedangkan jenis-jenis ikan di kolam atau situ, yang disebut “lauk pelak” (ikan sengaja ditanam), antara lain : ikan mas, gurame, nilem, tawes, tarambakang, mujaer, dan lain-lain.
Namun kini, kelestarian habitat sungai beserta segala isinya, telah menunjukkan gejala kehancuran. Terutama akibat serangan berbagai macam limbah, baik rumah tangga, maupun industri. Sungai yang dulu dijaga dipelihara sebagai sumber budaya dan peradaban manusia, sekarang telah dianggap septic tank atau tempat sampah paling mudah dan murah. Segala sesuatu dialirkan ke selokan-selokan yang bermuara ke sungai-sungai kecil, kemudian masuk ke sungai-sungai besar. Benar, betapa biadabnya kita, manusia.
Ada ancaman hukuman pidana kepada para pembuang limbah ke sungai, nampak tak berdaya.Omong kosong. Kekuatan ancaman itu, kalah oleh praktik pemberian “uang keamanan”, yang menjadikan para pembuang limbah kebal hukum. Tak terjamah undang-undang dan terlindungi dari kesalahan yang mereka perbuat, sekalipun akibatnya tampak nyata di depan mata.
Seperti Sungai Citarum yang telah membangkai. Bertahun-tahun menjadi areal pembuangan limbah. Setiap saat harus menahan beban derita. Sementara yang menimpakan derita, aman-aman saja. Tak pernah terdengar satu orang saja pembuang limbah ke Sungai Citarum ditangkap dan diajukan ke pengadilan, lalu dijatuhi hukuman berat seberat-beratnya. Setara vonis terhadap pembunuh, mengingat apa saja yang ada di Sungai Citarum, terutama ikan dan mahluk hidup air lainnya, sudah musnah tak tersisa.
Di sungai-sungai yang relatif agak aman dari limbah industri, seperti Sungai Cimanuk dan Sungai Cipancar (Garut), Ciwulan (Tasikmalaya), Cikandang (Garut) dll., ancaman datang dari kehadiran ikan-ikan asing. Jenis ini masuk ke perairan sungai dan situ, entah cara apa. Yang jelas, ikan asing ini merusak habitat ikan asli. Kerakusannya mengahabiskan cadangan pangan asli. Bahkan kanibalistis sekali. Memakan ikan-ikan lain yang lebih kecil, merusak sarang-sarang serta melahap telur ikan yang akan menetas.
Di sungai-sungai, muncul lele dumbo, yang merusak mata-rantai habitat ikan jenis perlelean. Di situ dan danau, muncul ikan “luar negeri” seperti toman (great snake head), setan merah (red devil), dan louhan. Jenis-jenis ikan asing itu, merajalela di Waduk Cirata (Jabar) dan Waduk Sempor (Jateng). Ikan buas ini, amat gemar memangsa ikan mas, tawes, nila, belida,tapah dan jenis-jenis ikan local lainnya. Di Waduk Jatiluhur, ditemukan ikan aligator. Di Sungai Ciliwung ditemukan ikan sejenis piranha.
Belum terdengar upaya pencegahan, atau pembasmian ikan liar yang rata-rata berukuran raksasa. Tidak seperti di Amerika Serikat. Beberapa waktu lalu, Pemerintah AS, menurut BBC News, sedang giat membasmi ikan mas dan ikan gurame yang mendominasi perairan sungai dan danau di Chicago. Kedua jenis ikan asli Asia ini , dianggap merusak bahkan memusnahkan habitat ikan salmon, yang merupakan ikan asli setempat. Padahal, ikan mas dan gurame semula didatangkan untuk mengendalikan pertumbuhan ganggang dan tumbuhan endemik lain yang menutupi danau-danau di bagian selatan AS. Tapi ternyata populasinya mengancam ikan salmon kebanggaan setempat.
Di negara lain, ikan mas dan gurame yang pernah berjasa melawan ganggang, malah dimusnahkan. Di negara kita, ikan-ikan asing yang tak punya jasa apa-apa, malah dibiarkan merajalela. Tragis sekali. [ ]