SolilokuiVeritas

Kenduri Akhir Tahun

Semua sahabat berkumpul melingkar dalam tawa yang tulus. Jemari-jemari sibuk mengupas durian, mengeluarkan daging buah yang lembut dan berkilau, seperti emas yang lahir dari rahim bumi. Gigitan pertama adalah harmoni—manis, legit, dan sedikit pahit, seperti kehidupan yang mereka jalani bersama.

Oleh : Yudi Latif

JERNIH– Saudaraku, perjalananku ke Tanah Bangka menutup kisah akhir tahun dengan pesta durian. Semesta menganugerahi tanah Bangka aneka durian varian lokal dgn kelezatan serasa nirwana. Setelah sang raja buah di berbagai sudut pulau dijajal, puncak ekstase terjadi di kebun buah Gerbang Naga Langit milik @yoh_yudistira.

Di bawah langit senja yang berinai gerimis hujan, pesta durian digelar dengan persekutuan doa seperti ritual kuno yang diwariskan oleh waktu. Pepohonan buah sekeliling menjadi saksi bisu dari perayaan yang tak hanya sekadar tentang rasa, tetapi juga tentang jiwa.

Di atas meja kayu, sang raja buah yang berduri namun memesona, menjadi pusat perhatian. Aroma khasnya menyeruak, mengisi setiap sudut, membawa kenangan masa kecil, cerita tentang kebun-kebun tua, dan musim yang tak pernah gagal memberi.

Dagingnya yang kuning keemasan mengundang siapa saja untuk mencicipi, mengisi mulut dgn rasa manis yang lembut, berpadu dengan sedikit pahit yang menggoda. Setiap gigitan seolah menyimpan cerita—tentang musim hujan yang syahdu, pohon-pohon yang sabar menunggu waktu, dan tangan-tangan yang memetiknya dengan penuh harap.

Semua sahabat berkumpul melingkar dalam tawa yang tulus. Jemari-jemari sibuk mengupas durian, mengeluarkan daging buah yang lembut dan berkilau, seperti emas yang lahir dari rahim bumi. Gigitan pertama adalah harmoni—manis, legit, dan sedikit pahit, seperti kehidupan yang mereka jalani bersama.

Di sela santap durian, kami berbagi cerita tentang kenangan dan impian. Daya magnit eksotisme durian menjadi pengikat jiwa, penaut perayaan hidup, pengingat bahwa dalam setiap duri yang tajam, selalu ada manis yang menunggu untuk ditemukan. Di tanah ini, di bawah langit yang menjadi saksi, persaudaraan terus dirajut, seperti aroma durian yang tak pernah hilang dari ingatan.

Di tanah Bangka, pesta durian bukan sekadar tentang buah, melainkan tentang kebersamaan. Tentang keluarga, tetangga, dan teman yang berkumpul, menyatukan tawa, rasa, dan kenangan. Di penghujung tahun ini, ketika kalender hampir habis dan harapan baru mulai tumbuh, pesta durian menjadi simbol kehidupan yang terus berputar—manis, pahit, dan selalu penuh kejutan. []

Back to top button