Solilokui

Keras dan Kritis, Atau Kasar dan Sombong?

Anak muda yang keras dan kritis, lebih bagus lagi. Artinya dia telah matang walaupun belum banyak pengalaman. Namun kerap kita gagal membedakan antara keras dengan kasar. Antara kritis dan sombong. Kasar itu indikasi ketiadaan saringan dalam diri. Bisa juga bentuk kemalasan mencari cara terbaik, atau cara yang lebih baik, dalam mengekspresikan dirinya.

Oleh     :  Rene Suhardono

JERNIH–Ada satu komentar menggelitik semalam. Mempertanyakan kenapa kalau anak muda yang keras dan kritis selalu dianggap tidak sopan? Namun jika sebaliknya, kenapa dianggap biasa saja?

Bisa jadi ini satu bentuk pembelaan. Namun tetap menarik untuk dijadikan bahan refleksi diri.

Rene Suhardono

Keras dan kritis itu kualitas manusia. Keduanya sangat dibutuhkan untuk mengusung kebenaran. Kritis— dari bahasa Yunani: “Kritikos”, artinya kemampuan menilai keadaan seutuhnya. Atau dengan kata lain kebisaan menilai realitas sebagai realitas. Bukan menurut emosi, apalagi ego.

Orang tua yang keras dan kritis itu bagus. Artinya dia berhasil mempertahankan prinsip dalam menavigasi kehidupan.

Anak muda yang keras dan kritis lebih bagus lagi. Artinya dia telah matang walaupun belum banyak pengalaman.

So what’s the problem? Kerap kita gagal membedakan antara keras dengan kasar. Antara kritis dan sombong.

Kasar itu indikasi ketiadaan saringan dalam diri. Bisa juga bentuk kemalasan mencari cara terbaik, atau cara yang lebih baik, dalam mengekspresikan dirinya. Bukankah banyak cara menunjukkan ketidaksetujuan selain memaki atau mengolok-olok?

Sombong ini akar banyak permasalahan hidup. Bukan sekadar perilaku, kesombongan pada esensinya terdiri dari dua hal: mengingkari kebenaran dan merendahkan pihak lain. Bisa jadi muncul karena merasa punya kelebihan — uang, ketenaran atau kekuasaan.

Kasar dan sombong buruk untuk diri sendiri. Juga berbahaya untuk sekeliling. Celakanya, kedua hal ini mudah dilihat pada orang lain, namun luar biasa sulit untuk dilihat diri sendiri. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut bisa memberi kita gambaran.

– Apa sikap saya saat berhadapan dengan orang yang bisa menguntungkan saya?

– Apa sikap saya saat berhadapan dengan orang biasa yang tidak bermanfaat untuk saya?

– Apa sikap saya saat berhadapan dengan orang brengsek?

Allah jaga dan bimbing hati kita dalam kebenaran dan kelembutan. Allah selamatkan kita dari mereka dan pemimpin yang kasar dan sombong. [  ]

Back to top button