Ledakan Bahan Serbuk Petasan Menjelang Lebaran
Ledakan terjadi bila sebuah dinding pembatas tekanan ke udara luar tidak mampu menahan tekanan yang timbul di dalamnya.
Penulis: Priyanto M. Joyosukarto
JERNIH-Telah terjadi ledakan bahan baku petasan di industri petasan rumahan yang terletak di Desa Ngabean, Kecamatan Mirit Kebumen pada Rabu (12/5/2021) sore. Satu rumah mengalami rusak berat sedang delapan orang dilaporkan menjadi korban, tiga di antaranya meninggal dunia, 5 luka berat.
Sebuah sumber menyebutkan bahwa ledakan tersebut berawal dari puntung rokok yang dibuang sembarangan oleh salah satu pekerja ke bahan baku petasan sehingga memicu ledakan. Kalau itu benar maka itu berarti kelewat ceroboh-teledor kelas dewa. Alias “bunuh diri”. Mengapa?
Tidak usah pakai teori ilmiah tentang Segitiga Api (lihat gambar) anak kecil juga tahu menyulut mercon atau petasan itu bisa dengan api atau bara api. Puntung rokok itu sama dengan bara api, mengandung panas.
Panas ini merupakan salah satu sisi di dalam Segitiga Api yang bila bertemu dengan kedua sisi yang lain, yaitu bahan dapat-bakar dan oksigen di udara dapat memicu kebakaran. Sederhana, kan? Iya sederhana tapi itu tidak diajarkan di sekolahan sehingga bahkan banyak tamatan universitas termasuk para insinyur yang tidak paham bahaya kebakaran dan ledakan juga cara pencegahan dan penanggulangannya. Bagaimana bisa timbul ledakan?
Bahan petasan termasuk bahan peledak jenis “black powder”. Beberapa komposisi pembuatan black powder yang dikenal, antara lain:
- Campuran antara potasium nitrat (KNO3), belerang, dan serbuk aluminium dengan perbandingan KNO3:Al:S = 5:2:3
- Campuran antara sodium nitrat (NaNO3), charcoal, dan belerang;
- Campuran antara potasium nitrat dan charcoal (tanpa belerang); dan
- Pyrodex, yang merupakan campuran antara potasium nitrat, potasium perklorat (KClO4), charcoal, belerang, cyanoguanidin, sodium benzoat, dan dekstrin.
(Penyalahgunaan bahan peledak ini bisa dikenai UU Darurat No 12 tahun 1951, dengan ancaman hukuman maksimal 10 tahun penjara.)
Ledakan terjadi bila sebuah dinding pembatas tekanan ke udara luar tidak mampu menahan tekanan yang timbul di dalamnya.
Aplikasi teknologi pembatas tekanan (pressure boundary) ini sangat luas ada dimana-mana: di mobil, pabrik, pesawat, kapal, kapal selam, dll bahkan di rumah kita. Itulah salah satu alasan mengapa info KOMNASTOL/KOMTRASS mencakup 13 bidang keselamatan yang berbeda. Tentu itu agar memudahkan pemahaman konsep universal keselamatan/kecelakaan dan pembelajaran silang daripadanya.
Mercon sengaja dibungkus kertas agar tidak mampu menahan tekanan akibat pembakaran bubuk dapat-bakar dalamnya.
Sebaliknya yang terjadi pada kotak ajaib milik Pasukan Penjinak Bom yang berdinding baja tebal. Bom yang diledakkan di dalamnya hanya berbunyi “pletuk” bukan “doooooor”. Nah, kasus ledakan bahan petasan kemarin itu sangat konyol, telanjang tidak berpembatas tekanan.
Karena bahan baku petasan berupa serbuk maka bidang permukaan sentuhnya dengan udara dan panas lebih besar dibanding bentuk padat utuh.
Mirip dengan bahan bakar minyak yang dikabutkan di dalam ruang mesin agar mudah terbakar. Alias lebih cepat bereaksi untuk terbakar menghasilkan panas. Panas yang timbul dalam waktu relatif singkat itu tidak mampu diredam oleh material bubuk sehingga akhirnya terlepas serentak keluar ke udara bebas yang bertekanan satu atmosfir. Terjadilah ledakan.
Makin banyak bubuk petasan yang terbakar makin besar pula enerji panas yang dihasilkan makin tinggi pula tekanan yang dihasilkan makin tinggi pula selisih tekanan dengan udara luar makin keras pula bunyi ledakan makin besar pula potensi korbannya.
Gaya serangan ledakan petasan ini mirip ledakan bom. Gelombang tekanan udara akan melemparkan benda apa saja di sekitarnya dan bisa menjebol semua dinding pembatas tekanan (DPT) di dalam tubuh manusia dan hewan.
Akibatnya selain mengalami cedera fisik yang kasat mata dari luar akibat kena serpihan benda kecil yang terlempar (misil) atau tubuhnya terlempar membentur benda keras, tubuh korban bisa juga mengalami luka dalam yang tak terlihat, yaitu jebolnya dinding-dinding relung udara (cavity) paru-paru dan telinga.
Dua yang terakhir ini justru yang paling berbahaya dan mematikan. Tubuh korban mirip kapal selam yang tidak mampu bertahan akibat besarnya tekanan hidrostatis air di dalam/ dasar lautan.
Tips:
- Mencegah kebakaran: Cegah menyatunya ketiga sisi Segitiga Api.
- Memadamkan kebakaran: Pisahkan salah satu atau ketiga sisi Segitiga Api.
- Meminimalir dampak ledakan.
- Pergi menjauhi sumber ledakan;
- Tutup rongga mulut, hidung, dan telinga;
- Berlindung di balik obyek tegak dan kuat (pohon, tembok, bodi mobil, dll.);
- Jongkok/merendahkan posisi tubuh
- untuk mengurangi penampang tekanan
- tapi waspada terhadap kemungkinan
- misil yang berterbangan;
- Jauhkan benda-benda mudah terbakar.
Terima kasih,
Priyanto M. Joyosukarto, KOMTRASS & TSS Founder/Nuclear Engineer/Industrial Safety&Security Lecturer/Kyokushin Karate Instructor/M-TSA Inspirator & Motivator.
Segitiga api
Aaaa