SolilokuiVeritas

Menghidupkan Keteladanan

Tak ada jalan menuju kebahagiaan kemenangan sejati tanpa melalui jalan etis. Sedang usaha mendarah-dagingkan etika memerlukan keteladanan. Keteladanan bukan saja terpancar dari budi luhur perilaku ketokohan, melainkan juga dari kehadiran ekosistem tata kelola baik yang bisa mencegah keburukan dan menumbuhkan kebaikan.

Oleh   :  Yudi Latif

JERNIH–Saudaraku, jelang bulan suci Ramadhan, saya menerima undangan Lembaga Nasional Single Window (LNSW) untuk membedah “Mata Air Keteladanan: Pancasila dalam Perbuatan“.

Teringat bahwa ibadah puasa adalah monumen pencapaian kemenangan. Perintah puasa turun setelah komunitas umat kecil berhasil mengarungi ujian perjuangan Badar yang amat berat. Dan bagi mereka yang berhasil menjalani ibadah puasa secara bermutu memperoleh pengharapan meraih  kebahagiaan sebagai orang beruntung (pemenang).

Yudi Latif

Diingatkan bahwa tak ada jalan menuju kebahagiaan kemenangan sejati tanpa melalui jalan etis. Sedang usaha mendarah-dagingkan etika memerlukan keteladanan.

Keteladanan bukan saja terpancar dari budi luhur perilaku ketokohan, melainkan juga dari kehadiran ekosistem tata kelola baik yang bisa mencegah keburukan dan menumbuhkan kebaikan.

Salah satu contoh keteladanan dalam tata kelola baik terpancar dari praktik pelayanan yang dikembangkan LNSW. Lembaga ini berhasil mengurai kerumitan izin ekspor, impor dan logistik yang semula harus melalu 18 pintu kementerian/lembaga menjadi satu pintu. Caranya melalui pengintegrasian data dari berbagai sumber dan memberikan pelayanan izin lewat satu pintu secara digital yang difasilitasi LNSW dengan proses yang transparan bisa dimonitor.

Cara demikian bisa memberikan kesamaan basis data yang dapat mencegah perbedaan pandangan dalam menetapkan kebijakan. Juga menyederhanakan proses perizinan secara impersonal yang bisa mencegah deal-deal personal bawah tangan.

Teladan personal dan kelembagaan seperti itu perlu terus kita kisahkan. Di era medsos, saat algoritma jadi ukuran keterpandangan, praktik skandal asal terkenal bisa mendapat insentif–banyak pengikut. Sementara praktik terpuji yang bergerak dalam sunyi sepi perhatian, sedikit pengikut. Seperti nubuat Jalaluddin Rumi, “Benih tumbuh dengan tanpa suara. Dahan jatuh dengan gemuruh. Destruksi itu penuh keriuhan, sedang kreasi itu penuh kesunyian.”

Tugas kewarasan, jika menghendaki tumbuhnya keteladanan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, kita harus memberi insentif bagi praktik terpuji dengan mengarusutamakan kisah-kisah kepahlawanan dan keteladanan mereka di ruang publik. [  ]

Back to top button