Solilokui

Pecinta Aspal: Budaya Kecelakaan

Kecelakaan transportasi dan lalu lintas darat dan laut di negeri ini terus datang terjadi bertubi-tubi silih berganti makan korban harta benda dan jiwa.

JERNIH-Tiga hari kemarin jagad maya ramai berita dua kecelakaan maut, di jalan arteri, Krawang dan di Jalan Tol Surabaya-Mojokerto km 712.400. Yang pertama, pada Minggu (15/5/2022), sebuah Minibus Elf oleng nyebrang median jalan menghantam beberapa motor dan sebuah mobil dari arah berlawanan merenggut nyawa tujuh orang, empat luka berat dan enam luka ringan.

Laka maut kedua pada Senin (16/5/2022) pagi-pagi sekitar pk. 06.15 WIB sebuah bus pariwisata ukuran medium yang khabarnya disopiri kenek diduga mengantuk menghantam tiang papan VMS (Variable Message Sign), 14 orang tewas dan 19 luka-luka.

Semua korban adalah warga sebuah RW di Surabaya. Empat korban tewas di antaranya adalah satu keluarga dan dimakamkan di liang lahat yang sama. Miris…….sangat miris. Mereka dalam perjalanan pulang dari wisata paska Lebaran ke Jawa Tengah.

baca juga: Pecinta Aspal:  Antisipasi Kecelakaan, Pentingnya Berpikir Hipotetis

KOMTRASS ikut berbelasungkawa kepada para korban dan keluarganya. Semoga arwah para korban diterima di sisiNya dan kepada keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan dan ketabahan. Amin.

Tol Cipali dan ruas-ruas tol yang lain juga masih makan korban. Berulang kali pada musim mudik dan balik lebaran kemarin. Saat arus balik lebaran 7/5/2022 Tol Cipali merenggut nyawa dua orang, tiga orang luka berat.

Korban tewas di jalan raya umum non tol dari kalangan pemotor lebih banyak lagi dan lebih tersebar.

Kecelakaan non lalulintas juga terus terjadi. Yang saya catat awal minggu ini adalah kecelakaan kerja industri berupa kebakaran Kilang Minyak Balikpapan, Kalimantan Timur, pada Senin (16/5/2022) sekitar pukul 10 WIB yang menewaskan satu orang dan mencederai dua orang.

Lalu lintas laut tidak mau ketinggalan. Tiga hari sebelumnya, pada Jumat (14/5/2022) terjadi tabrakan dua kapal di pelabuhan Ketapang. Tidak ada korban.

Brosur KOMNASTOL 22/3/13 sudah memperingatkan kepada kita semua bahwa masih ada banyak orang yang berbudaya kecelakaan sehingga berbakat memicu kecelakaan. Sementara brosur tertanggal 1/3/2013 (terlampir) menggarisbawahi lemahnya budaya keselamatan di antara para pengguna jalan, khususnya para pemobil dan pemotor.

Maraknya budaya kecelakaan dan melemahnya budaya keselamatan itu makin jelas ketika hadir teknologi yang menuntut ketelitian dan kehati-hatian manusia untuk mengantisipasi besarnya paparan risiko:

  • Produk mekanik bergerak cepat (motor,mobil, kereta, dst) yang berisiko terguling, terbalik, benturan, atau tabrak banteng;
  • Produk teknologi kontainer volume besar penampung cairan-mudah bakar/ledak d mobile spt truk tangki BBM;
  • Gedung tinggi berisiko runtuh, roboh, terjatuh atau terlempar seperti apartemen;
  • Fluida kerja industri bersuhu & tekanan tinggi;
  • Bahan kimia industri toksisitas tinggi, atau;
  • Bahan kimia industri berdayaledak tinggi;
  • Bahan kimia tersimpan rawan ledak terinduksi panas;
  • Bahan bakar nuklir yg radioaktif.

Salah (ceroboh/lalai/lengah) kelola sedikit saja akibatnya bisa sangat fatal!

Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) yang mengoperasikan tol tapi tidak dilengkapi median berkekuatan dan berketinggian minimal yang mampu mencegah tabrak banteng lintas jalur berarti juga telah berbudaya kecelakaan.

Demikian juga jajaran pemerintah dari pusat sampai daerah yang mengelola jalan arteri bermedian rendah seperti pada kasus laka maut Krawang di atas. Pemerintah berbudaya kecelakaan?

Perusahaan dan pengemudi yang mengoperasikan mobil angkutan yang tidak laik jalan dan tidak sesuai peruntukannya juga berbudaya kecelakaan. Para orang tua yang membiarkan anak-anak remajanya keluar rumah bermobil/bermotor tapi tidak dibekali pengetahuan, skill, dan mental attitude yang cukup juga termasuk yang berbudaya kecelakaan. Daftar panjang masih bisa saya teruskan bila dibutuhkan.

luar biasa jumlah penganut budaya kecelakaan di negeri kita ternyata. celakanya belum ada yang sadar. Boro-boro sadar, istilah “budaya kecelakaan” saja belum pernah ada yang mewacanakannya.

Budaya Kecelakaan saya definisikan sebagai keberpihakan terhadap nilai, norma, etika, kaidah sosial, kebiasaan, dan perilaku (bekerja, berkendara, praktek manajemen, bikin PERDA/Qanun/UU/SOP, kebijakan, promosi-demosi jabatan, mendidik anak, membangun rumah, nyebrang jalan, cara parkir, dll) yang memicu kecelakaan & menyebarnya penyakit, meski menurut kriteria agama, budaya, kepantasan sosial, dan hukum hal-hal tersebut tidak salah dan/atau tidak melanggar.

Nah, apakah anda termasuk yang berberbudaya kecelakaan? Jangan nunggu celaka baru sadar!! Save Our Soul-SOS!!!!!!!

Lawan Budaya Kecelakaan adalah Budaya Keselamatan.

Setiap produk teknologi ada ketentuan keselamatannya, yang bila dilanggar akan menggagalkan kinerja, bahkan mencederai dan membunuh manusia.

Mari berbudaya keselamatan agar kemajuan teknologi bermanfaat maksimal bagi kehidupan kita. Ayo taati hukum alam & hukum positif, ayo antisipasi bahaya d risiko demi keselamatan bersama!

Terima kasih,

Priyanto M. Joyosukarto_KOMTRASS & TSS Founder/Nuclear Engineer/Industrial Safety&Security Lecturer/Kyokushin Karate Instructor/M-TSA Inspirator & Motivator.

Check Also
Close
Back to top button