“Percikan Agama Cinta”: Berihsanlah Kepada Sesama
Maka, hiduplah kamu dengan penuh cinta, sederhana, dan peduli terhadap sesama. Jangan egois. Wakafkanlah ilmu dan waktumu untuk memuliakan manusia, terutama mereka yang nasibnya kurang beruntung dan tertindas tinimbang kamu.
JERNIH– Saudaraku,
“Jangan lupa shalat!”
Pesan Umi, demikian kami memanggilnya, itu terasa sangat membekas. Di mana pun berada, shalat harus kamu tegakkan. Di saat menegakkan shalat, kamu sesungguhnya sedang merayakan kemanusiaan.
Maka, hiduplah kamu dengan penuh cinta, sederhana, dan peduli terhadap sesama. Jangan egois. Wakafkanlah ilmu dan waktumu untuk memuliakan manusia, terutama mereka yang nasibnya kurang beruntung dan tertindas tinimbang kamu.
“Di mata Allah, kamu itu hanya debu, Nak! Tak ada yang pantas kamu sombongkan. Dirimu baru berarti, tatkala ilmu yang kau cari itu diamalkan untuk kebaikan umat manusia,” demikian Umi, melanjutkan nasihatnya.
Nilai-nilai inilah yang berusaha keluarga tanamkan kepada kami sejak kecil. Apalagi kami hidup dan tumbuh di lingkungan pesantren. Sesekali kami dikutipkan ayat-ayat suci. Pesan Surah Al-Ma’un di dalam Al-Quran sangat menggetarkan. Pun firman Allah dalam Surah Al-Qashash ayat 77 berikut ini: wa’ahsin kamâ ahsanallahu ilaika” (berihsanlah kamu kepada makhluk Allah, sebagaimana Allah sudah berihsan kepadamu).
Wahai anak-anakku, berbuat baiklah kamu sebanyak-banyaknya kepada orang lain. Sesama makhluk Allah. Apa pun suku, ras, agama, dan bangsa mereka. Jangan lupa: Allah sangat menyukai orang-orang yang berbuat baik. Ingat, kebaikan hanya akan dibalas dengan kebaikan.
“Nak, inti Islam itu hanya satu: akhlak. Dengan akhlak itu, kamu bisa mengendahkan sesama manusia tanpa melihat perbedaan suku, ras, agama maupun bangsa,” demikian, sekali lagi, nasihat yang kerap kami terima sejak kecil.
“Iya,” jawab kami singkat, seperti biasa sambil tiduran santai sehabis shalat isya berjamaah; atau saat lari-lari kecil dan bermain mobil-mobilan butut sehabis pulang sekolah di depan rumah. [Deden Ridwan]