Solilokui

”Percikan Agama Cinta”: Corona dan Catatan Kelam Peradaban Kita

Jikalau Corona tak menelusup dalam sendi kehidupan manusia, barangkali kita takkan peduli pada keberlangsungan peradaban pada masa mendatang

JERNIH– Saudaraku,

Sumbangsih terpenting Islam terhadap peradaban manusia selama hampir dua alaf ini adalah menjadi rahmat bagi alam semeseta. Kehadiran pandemi Corona di antara kita sejak 2019 hingga 2020, sejatinya bisa menerbitkan begitu banyak pelajaran, jika dikaitkan dengan visi besar itu.

Deden Ridwan,jernih.co,mizan,
Deden Ridwan

Kita tak perlu lagi mencari kambing hitam. Apalagi menakuti makhluk yang tak kasat mata itu secara berlebihan. Wajar saja. Patuhi semua protokol kesehatan sebagai bentuk ikhtiar. Namun jangan parno. Toh pada kenyataannya, semua kita pasti mati. Satu-satunya kepastian dalam kehidupan manusia, ya kematian. Hanya bagaimana cara kita mati itulah yang masih diselubungi misteri. Mau mati konyol atau tersenyum?

Jangkauan pengetahuan kita teramat terbatas untuk menerka biang kerok virus yang tengah mewabah kali ini. Ditambah konon ada begitu banyak konspirasi yang merebak melingkunginya. Sebagai Muslim taat, setidaknya kita bisa melakukan sebuah cara santun-beradab. Covid-19 yang sudah berlangsung nyaris setahun belakangan, telah menyadarkan kita tentang sekian ragam kealpaan manusia menjaga wahana kehidupannya. Alam mengingatkan kita agar tidak lupa diri. Kita terlampau getol menumpuk sampah pikiran dan perasaan yang membebani bumi. Cara mendaurulang keduanya bahkan belum lagi kita temukan.

Saat ini, manusia di seantero dunia tiba-tiba belajar lagi hidup bersih. Luar-dalam. Zahir maupun batin. Orang beragama. Pun tak bertuhan. Pelan tapi pasti, jadi tahu betapa terlalu sering alam ini kita kotori dengan segala rupa kenistaan. Kini kita menanggung semua itu, bahkan lucunya dengan kepanikan, ketakutan, dan sumpah serapah.

Selaku “saudara kandung” manusia, musykil kiranya alam melakukan penghancuran massal peradaban kita. Malah kita meyakini, alam sedang melakukan sebaliknya. Karena itulah, jauh lebih baik kita membalas sapaan hangat alam raya itu dengan sentuhan rahmat, kasih sayang, dan welas asih.

Jikalau Corona tak menelusup dalam sendi kehidupan manusia, barangkali kita takkan peduli pada keberlangsungan peradaban pada masa mendatang. Alhasil, manusia kiwari hanya meninggalkan catatan kelam yang akan terkubur dalam ruang-waktu. Kita sudah diberi anugerah sedemikian besar oleh Allah Swt. Mari kita rawat dan suburkan dengan cara berbudi. Setinggi-tingginya. Semulia yang seharusnya. [Deden Ridwan]

Check Also
Close
Back to top button