Secangkir Kopi Buat Menteri di Pendopo Theys Eluay [Bagian Kedua dari Tiga Tulisan]
Boy pun keluar dari persembunyiannya dan memenuhi undangan Doni. “Berat, tapi saya mencoba. Setidaknya saya menghormati undangan khusus Pak Doni. Niatnya pun baik, untuk perdamaian,” ujar Boy di Mako Kopassus, 16 April 2015
Oleh : Egy Massadiah
JERNIH– Alkisah, sejak terbunuhnya Theys, hubungan Kopassus dengan Papua “memanas”. Di sisi lain, Kopassus tidak saja mendapat kecaman masyarakat Papua, tetapi juga dunia.
Tibalah pada perjalanan karier Doni sebagai menjabat Danjen Kopassus tahun 2014– 2015. Saat itu, ia merasakan ada duri tajam ketika menyandingkan Papua dengan Kopassus.
Doni mengambil prakarsa mengundang Boy Michael Eluay, putra sulung mendiang Theys, ke Markas Kopassus di Cijantung, Jakarta Timur. Momentum yang digunakan adalah peringatan 63 tahun Kopassus.
Boy pun keluar dari persembunyiannya dan memenuhi undangan Doni. “Berat, tapi saya mencoba. Setidaknya saya menghormati undangan khusus Pak Doni. Niatnya pun baik, untuk perdamaian,” ujar Boy di Mako Kopassus, 16 April 2015, seperti dikutip media.
Setelah memenuhi undangan dan berbicara dari hati ke hati dengan Doni Monardo, Boy akhirnya memaafkan pelaku pembunuhan terhadap ayahnya. “Tak ada lagi dendam, Kami diajarkan untuk saling mengasihi, seperti ajaran leluhur,” kata Boy saat itu.
Perdamaian sekaligus persaudaraan itu pun dikukuhkan dengan pemberian jaket Kopassus kepada Boy bertuliskan “Sahabat Kopassus” di dada kiri, dan nama Boy Eluay di dada kanan. Jaket disematkan langsung Danjen Kopassus, Doni Monardo.
Dengan perasaan haru, Boy juga menerima potongan tumpeng Ultah Kopassus dari tangan Doni Monardo. Tak kuasa menitikkan air mata, Boy menyekakan lengan jaket barunya ke matanya yang basah.
Tak lama setelah peristiwa itu, kesehatan Boy mulai menurun. Puncaknya tahun 2018, dan mengharuskan Boy dirawat ke Jakarta. Apa daya, Tuhan “memanggil” putra sulung Theys pada tanggal 12 November 2018.
Sejak itu, ondofolo Sentani dipegang adik Boy yang bernama Yanto Eluay. Anak-anak Theys ada enam. Berturut-turut: Boy Michael Eluay (alm), Yanto Eluay, Akub Eluay, Irma Eluay, Sartika Eluay, dan Sukarno Eluay (alm).
Tampak sudah, di mana keterkaitan Doni Monardo dengan keluarga Theys Eluay, demikian pula persinggungan dr Terawan dengan keluarga Theys.
Bagaimana halnya dengan Menko Muhadjir? “Saya terharu, karena dari tahun 2001 saya keluar-masuk Papua, baru pertama kali ini saya masuk ke rumah adat Sentani. Yang pertama itu, ya hari ini,” ujar Muhadjir, tampak sumringah.
Lebih lanjut, Muhadjir juga menyampaikan apa yang sudah ia bicarakan dengan Yanto Eluay. “Tadi saya bicara-bicara dengan Pak Yanto. Demi melihat suasana semacam ini, saya merasa masa depan Papua akan tertata lebih baik,” kata mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu.
Muhadjir kemudian menambahkan, “Kalau semua masalah diselesaikan dengan spirit yang tadi pak Yanto sampaikan, rasanya Papua ke depan jauh lebih cerah dari yang kita bayangkan.”
Muhadjir lalu mengilas balik ke era ketika ia menjabat mendikbud di Kabinet Jokowi periode pertama. Ia mengingat, pernah memugar rumah adat yang ada di sekitar Danau Sentani. Ia concern dengan pelestarian rumah adat di seluruh Indonesia, termasuk Papua. Karenanya, sebagai Menko PMK pun memastikan, bahwa program itu masih ia jalankan. “Untuk pembangunan atau pemugaran rumah adat, bisa melalui Kemenko PMK,” katanya mantap.
Menurut Muhadjir, negara sangat peduli dengan keberadaan rumah adat sebagai cagar budaya. “Seingat saya Papua ini kurang banyak yang mengajukan permohonan pembangunan atau pemugaran rumah adat, padahal alokasi anggaran untuk itu tersedia. Tapi tentu harus melalui pengajuan tertulis,”kata dia.
Wakil Ketua Komisi 8 DPR RI Ace Hasan dan Wakil Ketua Komisi 9 Melki Laka Lena mendukung apa yang disampaikan Menko Muhadjir. Ace dan Melki yang berasal dari Fraksi Golkar — juga Theys yang juga warga Golkar — akan memberikan atensi khusus bagi pemberdayaan rumah rumah adat di Papua.
Terkait hal itu, tentunya sejalan dengan kepedulian Presiden Joko Widodo. Dalam banyak kesempatan, Presiden Jokowi memperlihatkan perhatiannya yang besar terhadap nilai-nilai tradisi.
“Pak Presiden selalu bilang, kearifan lokal sebagai keunggulan daerah harus ditonjolkan,” pungkas Menko Muhadjir seraya meneguk secangkir kopi Papua di Pendopo Theys. [Bersambung]