Serangan Oemoem Palestina
Provokasi tentara Israel dan para pemimpin Zionis macam Netanyahu telah berbayar aksi para pejuang yang menunjukkan bahwa darah mereka masih ada. Mengalir sampai kapan pun di tanah mereka. Tumpah darah tidak ada masalah karena hidup mereka semata untuk negeri yang mereka cintai.
Oleh : Fahri Hamzah
JERNIH– Demikianlah kelakuan semua penjajah, termasuk penjajah kolonial Belanda. Pasca-agresi militer II yang berlangsung sepanjang Desember 1948, Belanda terus meyakinkan PBB bahwa Indonesia telah tiada. Seluruh pemimpin sipilnya telah menyerah dan segenap tentaranya sudah hancur dan cerai-berai.
Maka tidak ada lagi yang bernama Indonesia. Karena itu Belanda meminta agar Indonesia sebagai tanah jajahan harus dikembalikan kepada mereka seperti sediakala.
Berita-berita propaganda Belanda ini telah membuat para pemimpin TNI, khususnya Panglima Besar Jenderal Sudirman, memikirkan sesuatu yang dapat menyentak dunia bahwa propaganda Belanda yang menyebutkan bahwa pemerintah Indonesia yang diproklamasikan 17 Agustus 1945 telah tiada dan Tentara Nasional Indonesia telah mati harus dijawab dengan jawaban telak.
Maka dirancanglah sebuah serangan umum yang sangat terkenal terjadi pada 1 Maret 1949. Terlepas dari kontroversi yang muncul kemudian, tapi serangan umum ini telah menciptakan guncangan besar di dunia dan memaksa Belanda duduk di meja perundingan.
Saya tidak mengerti apakah peristiwa ini telah menginspirasi bangsa Palestina atau tidak. Tetapi apa yang kemarin kita saksikan sepertinya memiliki jejak yang sama dalam ingatan sebuah bangsa yang merindukan kemerdekaan.
Merdeka atau mati
Beberapa pekan lalu saya menonton pidato Netanyahu di PBB. Saya sama sekali tidak berkomentar atas keganjilan besar yang diucapkan dalam pidato itu.
Bayangkan, Netanyahu ceroboh sekali mengajukan proposal bahwa perdamaian bisa ditegakkan tanpa ada Palestina. Saat itu dengan congkaknya ia mengatakan bahwa “keberkahan perdamaian” hanya ada dengan mengakui hanya satu negara bernama Israel.
Saya tidak berkomentar. Pada waktu itu murni karena saya tahu bahwa provokasi itu adalah omong kosong. Saya juga tahu, di ruang sidang PBB itu tidak ada yang bertepuk tangan kepadanya kecuali beberapa penonton sewaan di Balkon yang saya lihat bertepuk seperti robot.
Lalu tiba-tiba, kemarin kita menyaksikan para pejuang negeri yang bertuah itu melakukan serangan besar-besaran untuk menunjukkan kepada dunia bahwa eksistensi mereka tidak bisa dihilangkan begitu saja.
Provokasi tentara Israel dan para pemimpin Zionis macam Netanyahu telah berbayar aksi para pejuang yang menunjukkan bahwa darah mereka masih ada. Mengalir sampai kapan pun di tanah mereka. Tumpah darah tidak ada masalah karena hidup mereka semata untuk negeri yang mereka cintai.
Kita bangsa Indonesia, seperti amanat Bung Karno, berutang kepada bangsa Palestina. Sebuah utang kemerdekaan yang tidak mungkin bisa kita bayar sampai Palestina merdeka. [ ]