
Jadilah seperti embun, yang tak marah saat terik menyapanya pergi, karena ia tahu: kepergian adalah bagian dari memberi. Embun tak pernah lupa caranya jatuh perlahan, dan itulah caranya mengangkat dunia, tanpa pernah terlihat. Jadilah seperti embun, yang setiap pagi mengajarkan pasrah, bahwa kerendahan bukan kelemahan, tetapi bentuk paling tinggi dari keikhlasan.
Oleh : Yudi Latif
JERNIH– Saudaraku, jadilah seperti embun, yang lahir dari bisik malam dan dingin langit. Dalam senyap fajar, embun bersujud, turun perlahan tanpa suara, menyentuh dunia tanpa luka, membawa pesan tak terucap. Ia bukan hanya air, juga dzikir yang menyegarkan bumi.
Ia tak menuntut tempat tertinggi, cukup di ujung daun, di helai rumput nan rapuh, di kaca jendela yang merembeskan butiran rindu.
Ia tak lantang seperti guntur, namun kehadirannya menenangkan semesta. Dalam diam, ia memuliakan Penciptanya, melalui tugas kecil: menyentuh, menyegarkan, menghidupkan.

Embun tak pernah bertanya, “Apakah aku berguna?” Ia hadir, dan kehadirannya menjawab segalanya.
Lembut tapi kuat, diam tapi menyembuhkan. Ia menghapus debu malam, membangunkan pagi dengan ciuman sunyi.
Jadilah seperti embun, yang tak marah saat terik menyapanya pergi, karena ia tahu: kepergian adalah bagian dari memberi. Ia tak butuh sorak sorai, tak perlu tepuk tangan. Ia hanya ingin menjadi jeda, di dunia yang terlalu gaduh mengejar segalanya.
Embun tak pernah lupa caranya jatuh perlahan, dan itulah caranya mengangkat dunia, tanpa pernah terlihat.
Embun tahu, tak perlu dikenal dunia untuk menjadi bagian dari keagungan. Ia hadir lalu menghilang, tanpa pernah merasa kehilangan.
Betapa ia mengerti fana—bahwa menjadi berarti bukan berarti abadi,
bahwa menguap menuju langit adalah pulang ke asal muasal jiwa.
Jadilah seperti embun– mengajarkan bahwa yang lembut pun bisa menguatkan, bahwa yang datang tanpa suara bisa meninggalkan makna paling dalam.
Jadilah seperti embun, yang setiap pagi mengajarkan pasrah, bahwa kerendahan bukan kelemahan, tetapi bentuk paling tinggi dari keikhlasan.
Ia adalah doa yang jatuh perlahan, menyentuh tanah sebagai rahmat,
meninggalkan jejak kesucian di antara debu kehidupan yang gelisah. []