Tranformasi, dari Salah Menjadi Saleh
Islam mengajarkan seseorang melakukan kesalahan atau kekhilafan disebut “khotho’” Allah menyikapinya dengan sifat-Nya yang ‘afuwwun”. Ketika kesalahan itu berubah menjadi dosa yang disebut “dzanbun” Allah menyikapinya dengan sifat-Nya yang “Ghafirun atau Ghafuur”.
Oleh : Shamsi Ali Al-Kajangi*
JERNIH– Hendaknya semua kita belajar berhati lapang dan berkepala dingin. Apalagi menyangkut sesuatu yang berada di luar kapasitas kita. Khususnya dalam menilai baik atau buruknya seorang hamba Allah.
Semua orang, selama ada iman di hatinya, bahkan yang belum iman tapi masih bernafas, punya kesempatan untuk bertransformasi dalam hidupnya.
Transformasi atau pergerakan yang kita maksud boleh saja dari posisi “salah” ke posisi “saleh”. Atau sebaliknya dari posisi “saleh” ke posisi “salah”.
Karenanya di saat berada di posisi saleh, jangan angkuh. Ketentuan itu akan jelas dan final di saat menghembuskan nafas terakhir. Dan di saat berada di posisi salah jangan putus asa. Karena percayalah rahmah dan kasih Allah melampaui segalanya.
Islam mengajarkan seseorang melakukan kesalahan atau kekhilafan disebut “khotho’” Allah menyikapinya dengan sifat-Nya yang ‘afuwwun”. Ketika kesalahan itu berubah menjadi dosa yang disebut “dzanbun” Allah menyikapinya dengan sifat-Nya yang “Ghafirun atau Ghafuur”.
Tapi seseorang terjatuh dalam akumulasi dosa-dosa yang banyak, disebut (dzunuub) maka Allah menyikapinya dengan Sifat-Nya yang “Ghaffaar”.
Ketika dosa-dosa itu menumpuk begitu banyak dan menjadi kegelapan (zhulumaat) dikenal dengan “melampaui batas” atau “israaf”, di saat itu Allah tampil dengan sifat-Nya yang paling esensi “Rahman, Rahim”.
Allah menegaskan hal itu dalam firmanNya: “Katakan wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas, jangan berputus asa dari kasih sayang (rahmah) Allah. Sungguh Allah mengampuni dosa-dosa semuanya”.
Karenanya kesempatan untuk bertransformasi (berubah) dari “kesalahan” (dosa-dosa) ke “kesalehan” (kebaikan-kebaikan) selalu terbuka selama manusia masih bernafas. Dan ketika manusia telah tiada, tapi dalam dadanya ada iman, harapan pengampunan itupun selalu ada.
Yang salah sesungguhnya adalah kebiasaan menghakimi orang lain. Apalagi dengan perasaan paling suci. Itu adalah wilayah Allah yang Ahkamul Hakimin. [ ]
*Presiden Nusantara Foundation