Spiritus

Jaga Kebersihan Hati

Kita juga perlu hati-hati karena bukan hanya sombong oleh kekayaan dan kedudukan yang menjadi indikasi dari kotornya hati, melainkan juga sifat minder dan rendah diri.

KH. Abdullah Gymnastiar

SAUDARAKU, penting bagi kita untuk fokus menjaga kebersihan hati dari berbagai penyakit yang bisa merusaknya. Jika hati kita kotor, maka tidak optimal juga anggota tubuh yang lainnya.

Sebagaimana diwasiatkan Rasulullah saw, “Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal darah. Jika segumpal darah itu baik maka baiklah seluruh tubuh. Namun, jika segumpal darah itu rusak maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah segumpal darah itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Betapa banyak manusia yang celaka dalam hidupnya disebabkan kekotoran hatinya sendiri. Misalnya dengki, tidak sedikit orang yang iri dan dengki kepada tetangganya lalu memaksakan hidup di luar kemampuannya. Dia akan berutang ke mana-mana karena ingin menyaingi tetangganya.

Tidak sedikit juga orang yang ingin cepat naik jabatan, ingin terpandang di mata orang lain karena kedudukan. Ingin cepat naik gaji dan tunjangan, lalu ia menempuhnya dengan jalan ketidakjujuran. Ia sikut kanan kiri, menghalalkan berbagai cara. Bahkan tak ragu untuk melakukan tindakan korupsi, sogok sana dan sogok sini.

Sungguh naif penyakit hati ini. Ada orang yang oleh Allah Ta’ala dianugerahi kedudukan yang terhormat, dikaruniai ilmu yang berlimpah, tapi sayang sekali ia gunakan semua nikmat itu hanya untuk mencari dunia. Padahal saudaraku, kita sesungguhnya tidak menjadi terhormat oleh uang, kedudukan, jabatan, gelar, atau garis keturunan. Allah Ta’ala berfirman:

Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” (QS. al-Hujurat [49]: 13).

Sesungguhnya kita dihormati orang lain karena Allah Ta’ala yang Maha Pengasih masih menutupi keburukan diri kita di hadapan mereka. Sungguh hanya Allah yang kuasa memberi kedudukan dan kehormatan kepada kita. Dan hanya Allah yang kuasa mengambilnya dari diri kita.

Namun kita juga perlu hati-hati karena bukan hanya sombong oleh kekayaan dan kedudukan yang menjadi indikasi dari kotornya hati, melainkan juga sifat minder dan rendah diri. Karena berarti dunia mendominasi hatinya. Dua sikap ini sama-sama bentuk dari cinta dunia. Sedangkan cinta dunia mendatangkan berbagai macam penyakit hati.

Segala apa yang ada di alam semesta ini mutlak milik Allah. Rumah yang besar atau kecil, milik sendiri atau kontrakan, kendaraan baru atau lama, mahal atau murah, semuanya sama saja. Hakikatnya semua adalah milik Allah yang dititipkan kepada kita. Manusia hanya diberi amanah. Lantas pantaskah manusia sombong dengan benda yang bukan miliknya itu?

Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Rasulullah menegaskan sungguh tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat rasa sombong meski hanya sebesar biji sawi. Allah sangat tidak menyukai orang yang sombong.

Allah mengabadikan kisah-kisah orang yang sombong di dalam Quran. Firaun yang sombong akhirnya tenggelam di Laut Merah. Qarun yang sombong akhirnya terjerembab ditelan bumi. Sungguh sombong menyebabkan orang yang memilikinya mendapatkan malapetaka. Sombong adalah karakter iblis. Sombonglah yang membuat iblis diusir dari surga, dan Allah menjanjikannya akan berada di neraka selamanya.

Mari kita penuhi hati kita dengan kerendahan hati. Jauhi merasa lebih baik atau lebih saleh dari orang lain. Buang jauh-jauh perasaan cukup dalam beribadah. Tepis godaan setan yang mengajak kita untuk memandang remeh orang lain dan menolak nasihat. Semoga Allah menyelamatkan kita dari hati yang kotor, sehingga kita tergolong hamba Allah yang akan kembali kepadanya dalam keadaan qalbun salim. Hati yang bersih. [*]

Back to top button