Menata Hati Saat Musibah Menimpa
KH Dr Ahmad Imam Mawardi
KITA semua tahu bahwa musibah pasti hinggap dalam bagian-bagian episode kehidupan kita. Sebagian musibah itu adalah ujian Allah untuk menaikkan derajat kita dan sebagian yang lain adalah untuk menghapus dosa-dosa kita. Sebagian musibah adalah cara Allah mengingatkan dan mengajarkan kita tentang jalan yang lurus dan benar, sebagian lainnya adalah mengarahkan dan memindahkan kita ke tempat yang lain.
Musibah memang selalu terasa tak nyaman. Ada yang membuat hati terluka, ada yang melahurkan cemas dan sedih, ada juga yang membuat malu diri. Bagaimanakah cara terbaik menghadapi musibah itu? Sikap bagaimana yang paling baik dan bijak? Ini yang harus kita pelajari bersama.
Jika kita benar dan baik menghadapi dan menangani musibah, maka musibah itu akan berakhir baik. Jika kita salah dan tak baik menanganinya maka musibah itu akan semakin membesar bahkan melahirkan musibah-musibah baru. Semoga Allah lindungi kita dari cara tak benar dan tak baik. Ukuran benar adalah ketentuan hukum, ukuran baik adalah standar etika atau akhlak. Kalau sudah tak paham hukum dan akhlak, bagaimana mungkin bisa menangani musibah dengan benar?
Memang setiap masalah itu memiliki karakter sendiri-sendiri. Tidak bisa dipul rata dengan kata “biarlah waktu yang menyelesaikan.” Pembiaran sangat bisa jadi justru memperpanjang masalah. Secara teori, ada 4 model penanganan masalah. Namun, menurut saya, di atas itu semua yang paling penting adalah menata hati kita, menenangkan hati kita, biar bisa berpikir jernih jalan keluar masalah itu. Bagaimana cara menata hati yang paling cepat?
Dalam tulisan pendek ini, saya sarankan untuk lebih sering lagi shalat dan mengadukan madalah musibah itu kepada Allah. Saran berikutnya adalah berdiskusi dengan orang-orang alim yang dekat kepada Allah. Berpikir sendiri terus menerus dan mengandalkan kemampuan diri seringkali justru membuat semakin pusing dan stress. Kita punya Allah sebagai Tuhan kita. Semakin mendekatlah kepadaNya. Janhan larut dalam kesedihan, doa saya untuk yang merasa sedih gelisah dengan musibah. Salam, AIM. [*]
* Pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya