Spiritus

Mutiara Kisah, Dokter Meneladani Asma Allah Al-Muhaimin

KH Abdullah Gymnastiar

BAGAIMANA seorang hamba meneladani asma’ Allah Al-Muhaimin, salah satu aspeknya tergambar dalam kisah berikut ini.

Seorang dokter ahli bedah bergegas menuju rumah sakit begitu dihubungi pihak rumah sakit karena seorang pasien dalam kondisi kritis harus segera dioperasi. Begitu sampai dia mempersiapkan diri, mandi dan bersalin pakaian.

KH Abdullah Gymnastiar

Sejenak sebelum masuk keruangan operasi dia bertemu dengan ayah pasien yang raut wajahnya memendam cemas bercampur marah. Dengan ketus laki-laki itu mencecar sang dokter, “Kenapa lama sekali dokter! Tidak taukah lama Anda anak saya sedang kritis? Mana tanggung jawab Anda sebagai dokter?”

Dokter bedah itu menjawab dalam senyum, “Saudaraku saya sangat menyesal atas keterlambatan ini. Tadi saya sedang berada di luar, tetapi begitu dihubungi saya langsung menuju ke sini. Semoga Anda maklum dan dapat merasa tenang sekarang. Doakan semoga saya dapat melakukan tugas ini dengan baik, dan yakinlah bahwa Allah akan menjaga anak Anda.”

Keramahan sang dokter ternyata tidak meredamkan amarah si bapak, bahkan suaranya mengguntur. “Anda bilang apa? Tenang!? Sedikit pun Anda tidak peduli rupanya, apakah Anda bisa tenang jika anak Anda yang sekarat? Semoga Allah mengampuni Anda. Apa yang akan Anda lakukan jika anak anda meninggal?”

Sambil tetap mengulas senyum dokter menanggapi, “Jika anak saya meninggal saya akan mengucapkan seperti yang difirmankan Allah, ‘Yaitu orang-orang yang jika ditimpa musibah mereka mengatakan innalillahi wa inna ilaihi raji’un.’

Dokter itu melanjutkan, “Adakah ucapan belasungkawa yang lain bagi orang beriman? Maaf pak, dokter tidak dapat memperpanjang usia tidak juga memendekkannya. Usia Di tangan Allah. Dan kami akan berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan putra Anda. Hanya saja kondisi anaknya kelihatan cukup parah. Oleh karena itu, jika terjadi yang tidak kita inginkan ucapkanlah inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Saran saya, sebaiknya Anda pergi ke mushala rumah sakit untuk memperbanyak shalat dan doa kepada Allah agar dia menyelamatkan anak Anda,” demikian tambahnya.

Orang tua pasien menanggapi dengan sinis, “Nasihat itu memang mudah, apalagi untuk orang yang tidak punya hubungan dengan Anda.”

Sang dokter segera berlalu masuk ruangan operasi. Operasi berlangsung beberapa jam, lalu sang dokter keluar tergesa-gesa dan berkata kepada orang tua pasien, “Berbahagialah pak, alhamdulillah operasi berjalan lancar, anak Anda akan baik-baik saja. Maaf, saya harus segera pergi, perawat akan menjelaskan kondisi anak Anda lebih rinci.”

Orangtua pasien tersebut tampak berusaha mengajukan pertanyaan lain, tetapi sang dokter segera beranjak pergi. Selang beberapa menit, sang anak keluar dari ruang operasi disertai seorang perawat.

Seketika orang tua anak itu berkata, “Ada apa dengan dokter egois itu, tidak sedikit pun memberi kesempatan kepada saya untuk bertanya tentang kondisi anak saya?”

Tidak disangka perawat tersebut menangis terisak-isak dan berkata, “Kemarin putra beliau meninggal dunia akibat kecelakaan. Ketika kami hubungi, dia sedang bersiap-siap untuk mengebumikan putranya itu. Apa boleh buat, kami tidak punya dokter bedah lain: Maka begitu selesai operasi dia bergegas pulang untuk melanjutkan pemakaman putranya. Dia telah berbesar hati meninggalkan sejenak segala kesedihannya atas anaknya yang meninggal demi menyelamatkan hidup anak Anda.”

Ya Allah, rahmatillah hati yang meski terluka, tapi tidak bicara. (Syekh Mamduh Farhan Al-Buhairi, Majalah Qiblati, Edisi 1). [*]

* Sumber: Buku Asmaul Husna Untuk Hidup Penuh Makna

Back to top button