Spiritus

Setetes Embun: Misteri Trinitas

Perdebatan soal Trinitas antara yang PERCAYA dan yang TIDAK PERCAYA menjadi percuma karena tidak akan ada titik temu. Oleh karena itu jangan berusaha menjelaskan Trinitas, tetapi terimalah, imani, rayakan dan hidupi.

Penulis: P. Kimy Ndelo CSsR

JERNIH-Ketika kita merayakan atau berbicara mengenai Allah Tritunggal Maha Kudus, singkatnya Trinitas, pertama-tama harus dikatakan bahwa ini sebuah konsep iman Kristiani yang bersifat misteri. Yang namanya misteri pasti tidak mampu dibedah atau dicerna sepenuhnya dengan akal-budi, rasio atau otak manusia. Sederhananya bagai ilmu matematika: 1+1+1=1.

Evagrius dari Pontus, seorang rahib Yunani abad keempat mengatakan: “Allah tak bisa dipahami sepenuhnya dengan pikiran manusia. Jika Dia bisa dipahami, lalu Dia bukan lagi Allah”.

Ini berarti dibutuhkan aspek lain dari pribadi manusia yakni HATI dan itu terkait langsung dengan KEYAKINAN atau IMAN.

Karena itu perdebatan soal Trinitas antara yang PERCAYA dan yang TIDAK PERCAYA menjadi percuma karena tidak akan ada titik temu.

baca juga: Setetes Embun: Tinggal Menimba

Hanya orang-orang yang seiman yang bisa berdiskusi secara sehat dan bisa tiba pada pemahaman, seraya menggunakan otak sekaligus hati.

Kedua, Trinitas adalah sebuah konsep iman tentang hakekat Allah, yang diajarkan oleh Yesus Kristus yang Ilahi, direkam oleh para penulis Kitab Suci, dijelaskan oleh para Bapa Gereja, dan dirumuskan dalam Konsili Nicea (tahun 325 M ) dan Konsili Konstantinopel ( tahun 381 M).

Gereja tidak menciptakan siapa Allah, tapi mendefinisikan hakekat Allah dalam bahasa manusia berdasarkan pemahaman mereka akan Kitab Suci. Inilah yang nampak dalam Kredo Konstantinopel dan diakui seluruh denominasi Kristen saat ini.

Dengan kata lain mereka mengambil kesimpulan tentang siapa Allah berdasarkan sejarah keselamatan dimana Allah menampakkan atau menghadirkan diri di dalam pengalaman hidup manusia.

baca juga: Setetes Embun: Letakkan Dalam Tangan Tuhan

Sebagai konsep pun para Bapa Gereja di Konsili ini bukan orang pertama yang membuat rumusan ini. Misalnya pada akhir abad pertama, Clemens dari Roma sudah merumuskan dengan bahasa seperti ini: “Tidakkah kita mempunyai satu Allah, satu Kristus dan satu Roh Kudus yang dicurahkan kepada kita, dan satu panggilan dalam Kristus?”.

Yang ketiga, dan mungkin ini yang paling sulit, istilah Trinitas. Kalau diterjemahkan secara sederhana bisa menjadi “Satu Allah Tiga Pribadi”. Hubungan antara Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus digambarkan dengan istilah HOMOOUSIOS yang berarti SATU SUBSTANSI atau satu hakekat ilahi.

Anggota dari Trinitas ini adalah setara, sama-sama kekal, satu dalam esensi, kuasa dan kehendak. Ketiga-tiganya tak diciptakan dan bersifat kekal artinya tidak berawal dan tidak berakhir.

Rumusan yang sangat eksplisit tentu tidak ada dalam Kitab Suci, tapi indikasi yang membenarkan konsep Trinitas tertulis dimana-mana dan tak perlu diragukan.

Allah mengutus Roh Kudus menaungi perawan Maria sehingga dia mengandung dan melahirkan seorang anak yang disebut Putera Allah.

Perintah terakhir Yesus dalam Injil Mateus sangat jelas; Baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” (Mat 28,28). Jika bukan karena kesatuan tiga pribadi ini lalu untuk apa Yesus memberi pesan pembaptisan yang demikian?

Indikasi lain dapat ditemukan pada saat pembaptisan Yesus di sungai Yordan.

Dalam Mat 3,16-17 dikatakan: Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” Ada Allah sebagai Bapa, Yesus sebagai Putera dan Roh Kudus pada saat yang sama dan bekerja untuk tujuan yang sama.

Dalam pembukaan Injil Yohanes dikatakan, “Pada mulanya adalah Firman, dan Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”.  (Yoh 1,1). Siapa yang dimaksud Yohanes? Tiada lain adalah Yesus Kristus sendiri.

Tentang Roh dan Firman ini sudah dinyatakan sejak awal penciptaan.

“Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi.”

Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa ketiga pribadi ini sudah nampak sejak awal penciptaan: Allah, Firman, Roh. Dalam istilah teologi Kristen disebut: Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus.

Dalam tanda salib sederhana dengan ucapan “Dalam Nama Bapa, Putera dan Roh Kudus”, tersirat sebuah ungkapan iman akan siapa Allah itu. Allah sebagai Bapa yang mencipta dan memelihara ciptaan, Yesus sebagai Putera yang menebus dan mendamaikan kita dengan Allah dan Roh Kudus yang menguduskan kita, menguatkan kita, mengajar kita dan menuntun kita kepada Allah.

Karl Rahner seorang teolog Yesuit terkenal, pernah ditanya oleh seorang imam, bagaimana dia menjelaskan Trinitas dalam kotbahnya. Jawabannya sederhana: “Jangan! Perayaan hari ini tidak hanya menentang penjelasan tetapi juga pemahaman”.

Maksudnya, jangan berusaha menjelaskan Trinitas, tetapi terimalah, imani, rayakan dan hidupi.

(SETETES EMBUN, by P. Kimy Ndelo CSsR; ditulis di Biara Novena Maria Bunda Selalu Menolong (MBSM), Kalembu Ngaa Bongga (KNB), Weetebula, Sumba tanpa Wa).

Back to top button