Veritas

Alice Guo: Putri Peternak Babi, Robin Hood Bagi Orang Miskin, Penjahat Paling Dicari

  • Ia dibesarkan di peternakan babi, tak pernah sekolah, dan tak punya teman masa kecil.
  • Ia mencalonkan diri sebagai walikota Bamban, dan membei suara penduduk dengan ham, spageti, dan tak sekolah.

JERNIH — Tanyakan kepada penduduk Bamban — kota berpenduduk 79 ribu jiwa yang terletak 100 kilometer sebelah utara Manila, Filipina — apa yang mereka ketahui tentang Alice Guo?

Penduduk akan menjawab dengan pernyataan pendek; “Tidak ada walikota sehebat Alice Guo.” Setelah itu warga akan memaparkan kebaikan sang walikota. “Saat Natal, dia akan membagikan ham dan spageti. Ketika tahun ajaran dimulai, anak-anak mendapatkan buku dan tas sekolah.”

Mereka yang terdidik dan tahu politik mengatakan Alice Guo bukan berasal dari keluarga politik terkemuka. Tarlac adalah benteng politik Keluarga Aquino. Dari sini lahir dua presiden; Cory Aquino dan Benigno Aquino Jr, dan banyak anggota kongres dan senator. Alice Guo bukan siapa-siapa.

Di bawah Alice Guo, Bamban yang sepi dan kurang dikenal berubah menjadi ramai investasi. McDonald bukan gerai di kota ini. Jollibee menyusul kemudian. Setelah itu jaringan supermarket bermunculan.

“Alice Guo baik dan ramah kepada siapa pun,” kata Juliet Buqurian, penduduk Bamban yang masih memasang poster bertuliskan; Walikota Alice, Kami membutuhkan Anda di Bamban. “Kota kami maju,” lanjutnya seperti dikutip The Guardian.

Misterius

Alice Guo tidak ubahnya penjahat-penjahat yang memimpin organisasi kejahatan besar lainnya berperilaku. Ia menutupi praktek kejahatannya dengan membangun citra sebagai orang baik, berjiwa sosial, dan bla bla ba.

Namun, tidak setiap orang mudah tertipu. Sedikit yang kritis akan mengungkap latar belakang sang penjahat. Dalam kasus Alice Guo, pertanyaan dimulai dengan siapa dia dan bagaimana masa kecilnya?

Asia Sentinel membongkar masa lalu Alice Guo. Sang walikota tercinta, demikian Alice Guo disebut penduduknya, adalah hasil hubungan gelap peternak babi Tionghoa dengan pembantu pribumi Filipina.

Alice Guo tidak pernah keluar peternakan ayahnya. Ia juga tak pernah sekolah, dan tak pernah kenal anak-anak sebaya di sekelilingnya. Saat remaja, Alice Guo mulai belajar bisnis dengan sang ayah, membesarkan peternakan sang ayah.

Ia menjadi sangat kaya, bepergian dengan helikopter pribadi dan mobil Ford Explorer. Rumahnya, di lingkungan peternakan, dilengkapi kolam renang, gudang anggur, dan kemewahan lainnya.

Sampai 2001, Alice Guo tak pernah mendatangi kotak suara untuk menjalankan hak politiknya. Tahun 2022, ia tiba-tiba mencalonkan diri dari jalur independen.

Winston Casio, juru bicara Komisi Anti-Kejahatan Terorganisasi Kepresidenan (PAOCC), punya cerita menarik soal kampanye Alice Guo. “Ia datang ke lokasi kampanye dengan helikopter hitam bergaris merah muda,” kata Casio.

Malam hari jelang pemilihan, masih menurut Casio, Alice Guo menggelar pesta kembang api dan mengundang DJ. Semua orang bergembira, dengan makanan terus berdagangan.

“Alice Guo adalah Robin Hood,” kata Casio.

Ruben Balatgas, penduduk Bamban yang tinggal tak jauh dari peternakan babi, mengenal Alice Guo sejak berusia 14 tahun. “Dia selalu menyumbangkan makanan. Dia satu-satunya orang yang melakukan hal-hal baik di Bamban,” kenang Balatgas.

Penggrebekan Pertama

Maret 2023 sesuatu yang tak terduga terjadi. PAOCC menggrebek kompleks perkantoran Hongsheng Gaming Technology Incorporated, yang berjarak 100 meter dari gedung balaikota tempat Alice Guo berkantor.

Di dalam gedung petugas menemukan 1.000 pekerja, termasuk korban perdagangan manusia, dan bukti penipuan keuangan. Di dalam kompleks seluas 20 hektar itu terdapat vila merah, cognac, anggur mahal, kura-kura, mobil mewah, kolam renang besar.

Penyelidik menemukan ruang darurat dan tiga terowongan bawah tanah, rute pelarian bagi mereka yang berusaha menghindari pihak berwenang. Terowongan itu mengarah ke sebidang tanah milik Alice Guo.

Seluruh properti itu milik Baofu Land Development, perusahaan yang dibangun warga Tiongkok bernama Zhang Ruijin dan pemilik paspor Dominika Lin Baoying. Alice Guo tercatat sebagai pemilik 50 persen saham Baofu.

Saat penyelidikan atas kejahatan Alice Guo berlangsung, muncul kebingungan soal akta kelahiran Guo yang tidak didaftarkan sampai ia berusia 17 tahun. Lebih membingungkan lagi, seluruh saudara Alice Guo memberikan informasi bertentangan.

Alice Guo mengatakan tak pernah tahu nama ibunya. Pemerintah Filipina mengatakan nama ibunya adalah Amelia Leal. Belakangan diketahui, Amelia Leal adalah sosok fiktif.

Catatan kelahiran menyebutkan ayah Guo orang Filipina. Alice Guo mengatakan ayahnya orang Tionghoa.

Ketika tampil di hadapan para senator, Alice Guo tidak dapat menjawab banyak pertanyaan soal masa kecilnya. Ia mengaku tak pernah sekolah, tapi seorang senator menemukan catatan dia pernah sekolah. Ketika ditanya apakah masih ingat salah satu gurunya, Alice Guo menggeleng.

Presiden Ferdinand ‘Bongbong’ Marcos Jr mengomentari hasil penyelidikan Alice Guo dengan mengatakan; “Kami bingung, dari mana asal orang ini. Saya mengenal semua politisi di Propinsi Tarlac, tapi tidak seorang pun di Tarlac yang mengenal Alice Guo.”

Yang menarik adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU) menemukan sidik jari pada catatan pemilihannya cocok dengan sidik jari warga negara Tingkok bernama Guo Hua Ping. Senator Risa Hontiveros bertanya; “Apakah walikota yang dibesarkan di peternakan, diajarkan oleh satu guru sejak TK sampai SMA dan tak pernah kuliah adalah mata-mata Tiongkok”

Digrebek Lagi

Setelah berkali-kali menggeleng dan mengatakan tidak tahu, Alice Guo membantah semua tuduhan terhadappnya. Ia bersikeras menyebut diri orang Filipina asli, lahir dari hubungan gelap pria Tionghoa pemilik peternakan dengan wanita pribumi yang bekerja sebagai pembantu. Ia dibesarkan di peternakan babi milik keluarga, dan dididik seorang guru bernama Rybilyn.

Alice Guo diskors dan menghadapi banyak tuduhan soal kejahatan. Leonardo Anunciacion, yang mengisi kursi walikota Bamban dengan status penjabat, menolak berkomentar negatif tentang Alice Guo. Ia hanya mengatakan menghormati hasil penyelidikan komisi pemilihan

Anunciation tahu berkata buruk tentang Alice Guo hanya akan membuatnya diserang penduduk, terutama mereka yang terlanjur menikmati kebaikan sang ratu judi dan kejahatan perdagangan manusia.

Menariknya, kompleks perjudian di Bamban — yang semua dijalankan Hongsheng Gaming Technology Incorporated — tidak benar-benar mati. Informasi dari Kedubes Malaysia di Manila menyebabkan penggrebekan kedua di lokasi yang sama.

Seorang pria Malaysia yang terjebak di kompleks kejahatan itu mengatakan properti itu kini rumah bagi Zun Yuan Technology Incorporated, operator permainan judi lepas pantai atau POGO — layanan perjudian daring yang melayani pelanggan di luar negeri, terutama Tiongkok.

Seperti Hongsheng, Zun Yuan juga melakukan perdagangan orang, penipuan daring, dan lainnya. Seorang korban mengatakan harus membayar 300 ribu peso, atau Rp 82 juta, jika ingin meninggalkan tempat itu. Jika tidak, harus bekerja keras menipu orang.

Penggrebekan kedua membuat Alice Guo, dan semua mitranya, tidak bisa lagi mengelak dari semua tuduhan. PAOCC melacak Alice Guo saat keluar dari Bamban dan menemukan sang buronan berada di Manila.

Salah satu koran di Manila bahkan sempat memasang foto mobil listrik Alice Guo saat melintas di sebuah pertokoan. Tapi setelah itu Alice Guo menghilang. Kepergiannya tak tercatat di pintu keluar imigrasi mana pun.

Setelah sekian hari melarikan diri, Alice Guo akhirnya ditangkap di Tangerang dan dideportasi ke Filipina. Di Bamban, jejak Alice Guo di gedung balaikota masih terlihat, yaitu kursi plstik, oven pemanggang roti, dan kemeja staf, yang semuanya berwarna merah pink.

Tidak ada lagi ham dan spageti saat Natal. Tidak pula ada keceriaan anak-anak dengan tas dan buku baru di setiap tahun ajaran. Alice Guo akan tetap dikenang sebagai walikota baik hati, dan orang miskin tidak peduli Robin Hood sedang membagikan hasil kejahatannya.

Back to top button