Veritas

Berapa Banyak Lagi yang Akan Mati Karena Takut Virus Corona?

Sebuah jajak pendapat American College of Emergency Physicians dan Morning Consult baru-baru ini menemukan, 80 persen orang Amerika mengatakan mereka khawatir tertular virus corona saat mengunjungi ruang gawat darurat.

Oleh   : Tomislav Mihaljevic dan Gianrico Farrugia

NEW YORK CITY– Ketakutan tertular virus corona telah mengakibatkan banyak orang luput dari pemeriksaan yang diperlukan untuk menangani penyakit-penyakit serius seperti kanker dan penyakit jantung.

Kkta tahu, lebih dari 100 ribu orang Amerika Serikat telah meninggal karena Covid-19. Di luar kematian itu, sekian banyak lagi yang meninggal karena penyakit-penyakit lain.  Orang-orang AS yang sakit parah menderita penyakit-penyakit lain, beberapa waktu lalu menghindari rumah sakit dan klinik perawatan karena mereka takut tertular virus corona di tempat-tempat itu.

Jumlah korban kematian dari penyakit-penyakit tersebut bisa jadi tak jauh berbeda dengan korban Covid-19. Trennya jelas dan memprihatinkan. Perintah tegas  pemerintah untuk stay at home, dan keputusan para aparat medis untuk menunda perawatan yang tidak penting berhasil mencegah meledaknya penyebaran virus. Tetapi kebijakan-kebijakan ini– diperumit dengan hilangnya asuransi kesehatan yang disediakan para majikan ketika orang kehilangan pekerjaan–memiliki efek yang tidak diinginkan, yaitu ditundanya perawatan untuk banyak pasien yang justru berada pada kondisi parah.

Untuk mencegah kerusakan yang lebih parah, seharusnya mereka yang mengidap penyakit serius, penyakit kompleks dan akut, kini saatnya kembali ke dokter untuk dirawat.

Catatan seluruh AS memperlihatkan penurunan yang cukup besar dalam diagnosis adanya kanker baru (45 persen) dan laporan serangan jantung (38 persen) dan stroke (30 persen). Kunjungan ke bagian-bagian gawat darurat rumah sakit turun sebanyak 40 persen, tetapi masuknya pasien-pasien yang berada pada katagori parah ke unit-unit gawat darurat, menurut survey Klinik Mayo, telah meningkat sebesar 20 persen. Semua menunjukkan betapa berbahayanya menunda-nunda pergi ke RS manakala sakit. Dalam waktu yang sama, kematian di luar rumah sakit akibat penyakit-penyakit non-Covid-19 meningkat pesat di tengah menurunnya kematian di rumah.

Statistik ini menunjukkan, pasien-pasien kanker tidak menjalani pemeriksaan yang sebenarnya mutlak diperlukan. Mereka yang memiliki gejala serangan jantung atau stroke, justru tetap tinggal di rumah, selama periode waktu yang berharga manakala kerusakan masih dapat dipulihkan. Bahkan, sebuah jajak pendapat American College of Emergency Physicians dan Morning Consult baru-baru ini menemukan, 80 persen orang Amerika mengatakan mereka khawatir tertular virus corona saat mengunjungi ruang gawat darurat.

Sayangnya, kami telah menyaksikan akibat menyedihkan sebagai hasil dari keterlambatan ini. Baru-baru ini, seorang pasien setengah baya dengan sakit perut mendiamkan rasa sakitnya selama lima hari, sebelum terpaksa datang ke Unit Darurat Klinik Mayo Clinic untuk meminta bantuan. Dia terlambat ditolong dan meninggal karena penyumbatan usus.

Demikian pula, seorang wanita muda yang menunda perawatan selama berminggu-minggu karena takut Covid-19, sebelum ia harus dibawa ke unit perawatan intensif Klinik Cleveland karena leukemia yang lama tidak terdiagnosis. Dia meninggal beberapa pekan kemudian. Kedua kematian itu sejatinya bisa dicegah.

Biaya sebenarnya dari pandemi saat ini tidak akan bisa diukur dalam dolar. Semua akan diukur dalam hidup dan penderitaan manusia. Dalam kasus kanker saja, perhitungan kami menunjukkan, setidaknya kami berharap 250 ribu kematian tambahan dapat dicegah setiap tahun, jika pasien-pasien itu terawat. Hasil serupa juga sama untuk kasus serangan jantung dan stroke.

Selama 12 pekan terakhir, rumah sakit menunda perawatan yang tidak penting untuk mencegah penyebaran virus, mewajibkan peralatan pelindung pribadi (APD) yang sangat dibutuhkan terus dipakai dalam RS, serta menciptakan kapasitas untuk lonjakan yang diprediksi dari pasien Covid-19. Selama waktu itu, kami juga telah mengadopsi metode untuk merawat semua pasien dengan aman, termasuk pemeriksaan standar harian untuk staf, serta protokol pemakaian masker untuk pasien dan staf di rumah sakit dan klinik. Pada titik ini, kami secara bertahap kembali ke kegiatan normal sambil juga mengurangi risiko bagi pasien dan anggota staf.

Krisis Covid-19 telah mengubah cara-cara dasar dalam praktik kedokteran hanya dalam hitungan bulan. Telemedicine, misalnya, memungkinkan kita untuk berputar cepat dari perawatan langsung ke perawatan virtual. Kami terus memberikan perawatan yang diperlukan untuk pasien kami, sambil mempromosikan jarak sosial, mengurangi risiko penyebaran virus dan mengenali ketakutan pasien.

Baik Cleveland Clinic dan Mayo Clinic telah berubah dari menyediakan ribuan kunjungan virtual per bulan sebelum pandemic, menjadi–saat ini, ratusan ribu kunjungan di berbagai kondisi demografi. Di Klinik Cleveland, April lalu 94 persen pasien diabetes dirawat (secara virtual).

Namun, ada batasan jelas di mana seseorang tak bisa hanya mengandalkan kunjungan virtual. Mereka yang sakit parah atau memerlukan intervensi dini untuk kondisi yang mengancam jiwa, tetap dengan cara seharusnya. Mereka adalah para pasien yang– bahkan di tengah-tengah pandemi ini–harus mencari perawatan yang mereka butuhkan.

Pasien yang membutuhkan perawatan di klinik, rumah sakit atau tempat praktik dokter harus tahu bahwa mereka telah mengurangi risiko Covid-19 melalui tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi, yang terbukti berdasarkan pedoman dari Centers for Disease Control and Prevention. Kami mengambil tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya, seperti membatasi jam kunjungan, menyaring suhu pasien dan perawat di pintu masuk, mendorong karyawan untuk bekerja dari rumah kapan pun memungkinkan, menyediakan ruang yang memungkinkan jarak sosial, dan menyediakan sarana cuci tangan yang tepat, sembari menegaskan etiket batuk, dan memakai masker.

Semua strategi ini dimaksudkan untuk mengurangi risiko secara signifikan sambil memungkinkan perawatan vital dan berkualitas tinggi bagi pasien kami. Coronavirus tidak akan segera pergi, tetapi efek samping sistemik dari rasa takut dan penundaan perawatan yang harus dicegah.

Kami akan terus memberikan perhatian penuh pada Covid-19 sembari segera menangani penyakit mematikan lainnya yang belum berhenti selama pandemi. Untuk pasien dengan kondisi medis yang memerlukan perawatan langsung, izinkan kami untuk merawat Anda dengan aman–jangan menunda-nunda. Hidup Anda tergantung padanya. [The New York Times]

-Tomislav Mihaljevic adalah kepala eksekutif dan presiden Klinik Cleveland.

-Gianrico Farrugia adalah kepala eksekutif dan presiden Klinik Mayo.

Check Also
Close
Back to top button