Veritas

Coca Cola 134 Tahun, Bisnisnya Kian Digerogoti ‘Semut’

Jakarta – Hari ini tepat 15 Januari, The Coca-Cola Company genap berusia 134 tahun. Banyak merek minuman ringan yang menjadi pesaingnya di dunia termasuk di tanah air. Bisnis yang dibangun John Pemberton di Atlanta, Georgia sejak 1886 itu pun perlahan mulai digerogoti.

Kini di seluruh dunia, banyak merek lokal bersaing dengan Coca Cola. Di Amerika Selatan dan Tengah Kola Real, yang dikenal sebagai Big Cola di Meksiko, merupakan pesaing kuat.

Di pulau Corsica, Prancis, Corsica Cola, dibuat oleh pembuat bir lokal Pietra, merupakan pesaing yang berkembang untuk Coca-Cola. Di wilayah Prancis Brittany, Breizh Cola tersedia. Di Peru, Inca Kola menjual lebih banyak Coca-Cola, yang membuat The Coca-Cola Company membeli merek pada 1999.

Di Skotlandia, Irn-Bru yang diproduksi secara lokal lebih populer daripada Coca-Cola hingga 2005, ketika Coca-Cola dan Diet Coke mulai melampaui penjualannya. Di bekas Jerman Timur, Vita Cola, yang ditemukan pada masa pemerintahan Komunis, mulai populer.

Di India, Coca-Cola berada di peringkat ketiga di belakang pemimpin, Pepsi-Cola, dan minuman lokal Thums Up. The Coca-Cola Company membeli Thums Up pada 1993. Pada 2004, Coca-Cola memegang 60,9% pangsa pasar di India.

Tropicola, minuman domestik, disajikan di Kuba dan bukan Coca-Cola, karena embargo Amerika Serikat. Merek Prancis Mekah Cola dan merek Inggris Qibla Cola adalah pesaing Coca-Cola di Timur Tengah.

Di Turki, Cola Turka, di Iran dan Timur Tengah, Zamzam Cola dan Parsi Cola, di beberapa bagian Cina, China Cola, di Republik Ceko dan Slovakia, Kofola, di Slovenia, Cockta, dan Mercator Cola yang murah, hanya dijual di jaringan supermarket terbesar di negara itu, Mercator, adalah beberapa pesaing merek tersebut. Classiko Cola, dibuat oleh Tiko Group, perusahaan manufaktur terbesar di Madagaskar, adalah pesaing Coca-Cola di banyak wilayah.

Lalu bagaimana di Indonesia?

Bisnis minuman berkarbonasi yang digeluti Coca Cola di Indonesia masih berpotensi tumbuh. Berdasarkan catatan Asosiasi Industri Minuman Ringan Indonesia (ASRIM), minuman berkarbonasi mengalami pertumbuhan 3-4 persen per Juni 2019. Angka itu melebihi rata-rata pertumbuhan industri minuman siap saji di Indonesia yang terjebak dalam kondisi stagnan.

“Bisnis minuman berkarbonasi masih tumbuh positif dan lebih tinggi dibanding pertumbuhan rata-rata industri minuman siap saji yang nol persen dibanding tahun lalu. Jadi potensinya masih besar,” jelas Ketua Umum ASRIM Triyono, baru-baru ini.

Saat ini ceruk bisnis minuman berkarbonasi pun masih berpotensi melebar. Potensi ini setidaknya terlihat dari banyaknya angka konsumen minuman di Indonesia termasuk penikmat minuman berkarbonasi, peningkatan daya beli masyarakat serta perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia.

Seperti juga di berbagai negara, pasar minuman cola ini di tanah air dikuasi Coca Cola dan Pepsi Cola selama puluhan tahun. Namun PepsiCo per 10 Oktober 2019 tidak lagi menjual produknya di Indonesia. Namun banyak kalangan memprediksikan Pepsi akan kembali hadir di Indonesia mengingat pasar minuman berkarbonasi masih cukup menarik.

Data Top Brand Index 2017 Fase I, untuk kategori minuman bersoda, Coca Cola berhasil menjadi market leader dengan market share yaitu sebesar 30,5%. Pada posisi kedua ditempati Fanta dengan market share 28,5,9%, sedangkan Sprite 27,2% dan Big Cola 8,9%.

Meski demikian, produsen minuman bersoda Coca Cola ini harus putar otak untuk mempertahankan pangsa pasar dan pertumbuhan bisnisnya mengingat persaingan di bisnis air minum kemasan ini sangat ketat. Saat ini sebesar 70% bisnis minuman masih dikuasai pengusaha Air Minuman Dalam Kemasan (AMDK). Kemudian urutan kedua minuman teh. Lalu diikuti minuman buah, karbonasi, kopi, susu, dan energi.

Beragam produk yang meluncur di pasar menjadi pilihan menarik bagi konsumen sekaligus menjadikan tantangan bagi Coca Cola. Beragam diferensiasi produk minuman sudah dilakukan dari mulai menggarap minuman teh, produk susu, minuman rendah gula dan tanpa gula serta sederet produk lainnya dilakukan Coca Cola di Indonesia untuk mempertahankan bisnisnya. Tantangan makin mengadang bagi produsen cola ini di masa mendatang. [zin]

Back to top button