Veritas

Epidemiolog : Masyarakat Tengah Ditakut-takuti Isu Omicron

Angka statistik terkait temuan Omicron harus dibenai dan dipisahkan dengan temuan dari pelaku perjalanan luar negeri.

JERNIH- Indikator Politik Indonesia (IPI), merilis temuan dugaan yang menguatkan anggapan kalau masyarakat Indonesia, sudah jenuh dengan Covid-19. Di lain pihak, Epidemiolog Pandu Riono menanggapinya dengan mengatakan kalau masyarakat tengah ditakut-takuti menggunakan Corona.

Direktur Eksekutif IPI, Buhanudin Muhtadi menyebutkan kalau masyarakat Indonesia tengah mengalami kejenuhan dan kelelahan terkait corona yang tak juga usai. Dalam tayangan yang disiarkan kanal Youtube IPI pada Minggu (9/1), dia bilang setidaknya ada empat indikator kejenuhan terkait sejumlah kebijakan pemerintah dalam menanggulangi penyebaran virus corona.

Indikator pertama, terkait pembatasan libur Natal dan Tahun baru lalu. Dari hasil suvey, sebanyak 46,8 persen menyatakan kesetujuannya dan 50 persen menjawab tidak setuju, sedangkan 3,2 persen lainnya merespon tidak tahu.

Selanjutnya, terkait tes PCR yang menjadi syarat perjalanan. Sebanyak 34,6 persen menyatakan setuju dan 61,6 persen lainnya tidak setuju. Sedangkan 3,8 persennya menjawab tidak tahu.

Begitu pun soal rencana pemerintah menyuntikkan vaksinasi ketiga kepada masyarakat. Sebanyak 41,7 persen menyatakan kesetujuannya, 54,8 persen tidak setuju dan 3,5 persen lainnya tidak tahu.

Sementara terkait vaksinasi anak usia 3 sampai 12 tahun, sebanyak 34,2 persen menyatakan setuju, 63,2 persen tidak setuju dan 2,7 persen menjawab tidak tahu.

Sruvey yang digelar pada 6 hingga 11 Desember 2021 lalu tersebut, melibatkan populasi yang merupakan warga negara Indonesia berusia 17 tahun ke atas atau mereka yang sudah mengantongi hak pilih dalam pemilihan umum. Sedangkan penarikan sampel, menggunakan metode multistage random sampling dengan total mencapai 2020 responden dan sebanyak 1.220 orang yang tersebar di 34 provinsi, serta 800 responden di Jawa Timur.

Margin eror survei tersebut, kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Selanjutnya, reponden dipilih dan diwawancarai lewat tatap muka.

Setelah IPI merilis hasil survey tersebut, Epidemiologi Pandu Riono mengatakan kalau gelombang ketika Corona tak akan terjadi di Indonesia. Soalnya, dari data yang dia miliki, ditarik kesimpulan bahwa masyarakat Indonesia sedang ditakut-takuti dengan isyu varian Omicron.

Penolakan Pandu tersebut, berawal ketika pemerintah berencana menerapkan PPKM Level 3 selama libur Natal dan Tahun Baru pada 2021 lalu.

“Kenapa kok tiba-tiba pemerintah mau melakukan PPKM level 3. Saya bilang nggak perlu. Saya melakukan protes keras, dan banyak sekali setiap mungkin 2-3 kali saya dalam setiap wawancara, seminar dan sebagainya, tidak gelombang 3, semua epidemiolog bilang ada gelombang 3, tidak ada saya bilang,” kata Pandu dalam tayangan di kanal Youtube milik IPI tersebut.

Dugaan Pandu tersebut, juga lantaran kebijakan pemerintah yang terus berubah-ubah. Makanya, dia yakin betul kalau masyarakat tengah ditakut-takuti. Apalagi, dari angka 1.900 orang yang terinveksi Omicron, bukan merupakan warga Jakarta tapi pelaku perjalanan dari luar negeri yang kemungkinan di negara tempat mereka memulai perjalanan termasuk tinggi.

“Memang vaksinasi tidak mencegah infeksi, tapi coba lihat semua yang terdeteksi Omicron, nggak ada yang sakit, tidak ada yang bergejala, tidak ada yang masuk rumah sakit,” katanya.

Sebelumnya, seperti diberitakan Detik, Pandu juga mengatakan kalau angka statistik terkait temuan Omicron harus dibenai dan dipisahkan dengan temuan dari pelaku perjalanan luar negeri.

“Jangan dimasukkan ke statistik DKI,” katanya.

Sebab, hal ini membuat kasus yang ada di wilayah DKI Jakarta meningkat sehingga harus naik level menjadi dua dalam hal PPKM. Apalagi, temuan tersebut merupakan hasil dari penyaringan di bandara, sehingga bukan termasuk kasus yang berada di tengah masyarakat atau penyebaran lokal.

“Jakarta nggak naik, angka yang terdeteksi naik, dan sebagian dari perjalanan luar negeri karena screening. Tapi kita terima kasih banyak temuan pintu masuk,” katanya.

Sementara itu, Pandu menyebutkan, keterisian rumah sakit juga belum ada kenaikan siginifikan sehingga bisa dikatakan tak ada kenaikan kasus yang berarti di Jakarta.

Seirama dengan Pandu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit DInas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Dwi Oktavia mengatakan, jumlah kasus aktif di Ibu Kota memang sudah menembus angka 1.170 prang. Namun mayoritas yang terinfeksi merupakan pelaku perjalanan dari luar negeri, dan 4,8 persennya tertular pada transmisi lokal.[]

Back to top button