Islamofobia di Kanada: Keluarga Muslim Tewas Ditabrak di Jalanan
Nathaniel Veltman yang berusia 20 tahun, menabrak lima anggota keluarga Muslim berusia antara 9 hingga 74 tahun, dan kemudian melarikan diri dengan kecepatan tinggi. Empat orang di antaranya meninggal, dan satu anak sedang dirawat di rumah sakit.
JERNIH– Empat orang anggota keluarga Muslim tewas di Kanada, setelah ditabrak truk seorang tersangka yang penuh dimotivasi kebencian. PM Kanada Justin Trudeau mengatakan Islamofobia tak punya tempat di negara itu.
Seorang pria membunuh empat anggota keluarga Muslim di Kanada dengan menabrak mereka menggunakan truk pikapnya. Kepolisian di London, negara bagian Ontario, mengatakan keluarga Muslim tersebut menjadi target serangan yang dimotivasi oleh kebencian.
Polisi mengutip saksi, mengatakan bahwa Nathaniel Veltman yang berusia 20 tahun, menabrak lima anggota keluarga yang berusia antara 9 hingga 74 tahun, dan kemudian melarikan diri dengan kecepatan tinggi. Empat orang di antaranya meninggal, dan satu anak sedang dirawat di rumah sakit.
Veltman yang merupakan warga London, Ontario, ditangkap setelah insiden itu dan didakwa dengan empat dakwaan pembunuhan tingkat pertama dan satu dakwaan percobaan pembunuhan. Tersangka akan dibawa ke pengadilan, Kamis (10/6) lalu.
“Ada bukti bahwa ini adalah tindakan yang direncanakan, dimotivasi oleh kebencian,” ujar Inspektur Detektif Paul Waight dari departemen kepolisian London, Ontario. “Kami yakin para korban menjadi sasaran karena keyakinan Islam mereka,” kata Waight.
Dia menambahkan bahwa polisi setempat sedang berkonsultasi dengan Royal Canadian Mounted Police dan jaksa tentang kemungkinan mengajukan dakwaan terorisme.
Islamofobia tak punya tempat di Kanada
Serangan itu adalah yang terburuk terhadap orang Muslim di Kanada sejak seorang pria menembak mati enam anggota masjid Kota Quebec pada 2017. Walikota London, Ed Holder, mengatakan serangan itu adalah pembunuhan massal terburuk yang pernah terjadi di kotanya.
“Ini adalah tindakan pembunuhan massal, dilakukan terhadap Muslim, terhadap warga London, dan berakar pada kebencian,‘‘ ujar Holder.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan di Twitter bahwa kabar ini membuatnya ngeri dan menambahkan bahwa “Islamofobia tidak memiliki tempat di komunitas kami. Kebencian ini berbahaya, tercela dan harus dihentikan.”
Perdana Menteri Ontario Doug Ford menuliskan twit bahwa “keadilan harus ditegakkan atas tindakan kebencian yang mengerikan.”
‘Serangan teroris’
Sebuah penjagaan diperketat di sebuah masjid setempat pada Selasa malam, saat warga berduka mengenang para korban. “Ini adalah serangan teroris di Kanada, dan harus dianggap seperti itu,” kata Mustafa Farooq, kepala Dewan Nasional Muslim Kanada.
Polisi mengatakan bahwa tersangka tidak memiliki catatan kriminal, dan tidak tergabung dalam kelompok yang menyebarkan kebencian. Tersangka yang mengenakan rompi pelindung tubuh ditangkap di tempat parkir mal tanpa insiden.
Polisi belum merilis nama para korban, tetapi London Free Press mengatakan bahwa di antara yang tewas adalah Syed Afzaal (46), istrinya, Madiha Salman (44), dan putri mereka Yumnah Afzaal (15). Ibu Syed Afzaal (74) yang namanya belum dikonfirmasi, juga meninggal. Putra mereka, Faez Afzaal (9), berada di rumah sakit dengan cedera serius tetapi tidak mengancam nyawanya.
Keluarga tersebut berimigrasi dari Pakistan sekitar 14 tahun yang lalu.
“Kapan ini berhenti? Cukup.”
Saksi mata Paige Martin mengatakan kepada wartawan sebuah truk hitam melaju dengan kencang dan menerobos lampu merah saat dia berjalan, dan kemudian saat dia tiba di tempat kejadian, dia melihat “kekacauan”.
“Itu benar-benar sesuatu yang tidak pernah ingin Anda lihat,‘‘ kata Martin.
Menjelang larut malam pada Senin (7/6), warga mulai berdatangan ke dekat lokasi serangan, menaburkan bunga dan berdoa. Satu plakat bertuliskan: “Kapan ini berhenti? Cukup.”
Kampanye GoFundMe sebagai bentuk dukungan terhadap anggota keluarga korban telah mengumpulkan hampir 99.000 dolar AS (Rp 1,4 miliar) dalam satu jam.
London, yang memiliki sekitar 400.000 penduduk, memiliki komunitas Muslim yang besar dan Holder mengatakan bahasa Arab adalah bahasa kedua yang paling banyak digunakan setelah bahasa Inggris di kota itu.
Gadis remaja yang terbunuh dalam serangan ini “akan sangat dirindukan oleh sesama siswa dan staf di Sekolah Menengah Oakridge,” menurut pernyataan sekolah.
Seorang pria yang mengaku sebagai tetangga keluarga Muslim tersebut mengatakan bahwa ia sempat bertemu mereka pada hari libur. “Dia adalah seorang pria yang menyayangi keluarganya, sangat terlibat dalam masyarakat, anggota tetap masjid kami, ayah yang sangat, sangat hebat,” ujar tetangga yang tidak ingin disebutkan namanya, saat mengenang sosok Syed Afzaal. [Reuters/Deutsche Welle]