Veritas

Jerman Ringkus Puluhan Orang yang Siap Gulingkan Pemerintah

Jaksa mengatakan kelompok itu dibentuk tahun lalu, dipengaruhi oleh ideologi kelompok konspirasi QAnon dan kelompok konspirasi sayap kanan Jerman yang disebut Reichsbürger, atau Warga Negara Reich. Mereka percaya bahwa Republik Jerman pasca-Perang Dunia II bukanlah sebuah negara berdaulat tetapi sebuah perusahaan yang didirikan oleh Sekutu yang menang.

JERMAN–Berencana menyerbu gedung parlemen, menyandera anggotanya dan membunuh kanselir Jerman, setidaknya 25 orang anggota kelompok konspirasi tersebut diringkus pemerintah Jerman, Rabu (7/11) lalu. Mereka ditangkap dalam operasi yang melibatkan 3.000 petugas polisi dan pasukan khusus dari penggerebekan 150 rumah di seantero negara itu.

Seorang jaksa penuntut mengatakan, seorang pangeran keturunan bangsawan Jerman drencanakan mengambil alih tugas kepala negara setelah terlaksananya rencana tersebut, sementara mantan anggota Parlemen sayap kanan akan ditugaskan untuk melakukan program pembersihan nasional. Untuk memudahkan kudeta, kelompok tersebut juga merencana menyabotase jaringan listrik.

Dari penggerebekan itu polisi juga menemukan daftar berisi 18 nama politisi yang dianggap musuh, kemungkinan akan dideportasi dan dieksekusi, di antaranya Kanselir Olaf Scholz.

Peristiwa itu menandai perkembangan terbaru dari serangkaian plot yang ditemukan dalam beberapa tahun terakhir dari jaringan ekstremis yang mempersiapkan hari runtuhnya tatanan demokrasi. Hari yang mereka sebut sebagai Hari X itu merupakan subjek dari seri podcast New York Times tahun lalu.

“Ini bukan kasus pertama sel-sel yang merencanakan Hari X seperti ini,” kata Konstantin von Notz, anggota parlemen Jerman. “Jumlah kasus ini menumpuk dan pertanyaannya adalah sejauh mana mereka terhubung.”

Tidak jelas seberapa mampu komplotan itu melakukan serangan semacam itu, atau seberapa dekat mereka dengan upaya untuk melaksanakan rencana mereka.  Menurut beberapa pejabat intelijen, kelompok tersebut telah dua kali melewatkan tanggal yang sebelumnya mereka tandai menjadi saat untuk memicu serangan mereka. Tetapi banyak dari mereka yang ditangkap diketahui bersenjata lengkap, kata jaksa penuntut, menggambarkan plot itu mungkin sebagai yang paling berani dalam sejarah Jerman pascaperang—yang ditujukan langsung ke jantung negara.

“Ini mewakili eskalasi. Mereka memiliki rencana untuk long march ke Berlin dan mengambil alih pemerintah federal,” kata Stephan Kramer, kepala intelijen domestik negara bagian Thuringia, tempat beberapa penggerebekan terjadi. “Dalam rencana mereka untuk menggulingkan pemerintah, mereka siap mati.”

Kembalinya kaum kanan Jerman

‘Hari X’: Kebangkitan sayap kanan di Jerman memiliki akar yang dalam. Podcast New York Times 2021 meneliti kebangkitan merek ekstremisme baru, dan satu sosok bayangan di tengahnya. Selama ini Jerman mendeteksi kehadiran elemen-elemen ekstremisme sayap kanan dalam dinas keamanannya. Namun ancaman infiltrasi neo-Nazi ke institusi negara, ternyata jauh lebih luas.

Dengan latar belakang tersebut, Jerman sejatinya saat ini telah melangkah lebih jauh dari negara-negara demokrasi Barat lainnya dalam menuntut orang atas apa yang mereka katakan di internet. Tetapi seberapa kuat hal itu membawa dampak>

Ada pula sisi gelap reunifikasi, yakni bahwa setelah lebih dari 30 tahun setelah Jerman bersatu kembali, bekas Timur telah muncul sebagai kubu gerakan dari mereka yang pernah terpinggirkan, yang sekarang beberapa mereka duduk di Parlemen.

Salah satu lokasi yang digerebek pada Rabu lalu adalah barak militer. Di antara mereka yang ditahan setelah penggerebekan di seluruh negeri adalah anggota partai sayap kanan “Alternatif untuk Jerman”, atau AfD, yang pernah bertugas di Parlemen Jerman. Ada pula seorang pangeran Jerman, seorang warga negara Rusia yang dituduh mendukung rencana kelompok tersebut. Jaksa federal mengatakan bahwa mereka juga sedang menyelidiki total 27 tersangka lainnya. Ada dua orang yang ditangkap di luar Jerman, satu di Austria dan satu lagi di Italia.

Jaksa mengatakan kelompok itu dibentuk tahun lalu, dipengaruhi oleh ideologi kelompok konspirasi QAnon dan kelompok konspirasi sayap kanan Jerman yang disebut Reichsbürger, atau Warga Negara Reich. Mereka percaya bahwa Republik Jerman pasca-Perang Dunia II bukanlah sebuah negara berdaulat tetapi sebuah perusahaan yang didirikan oleh Sekutu yang menang.

Reichsbürger selama ini dilihat sebagai aksesori sampingan di antara berbagai kelompok sayap kanan Jerman, yang terdiri dari jaringan sekitar 20.000 orang yang tersebar secara longgar dengan teori konspirasi yang aneh.

“Selalu diyakini bahwa hanya sebagian kecil dari mereka yang merupakan benar-benar ekstremis sayap kanan,” kata Hajo Funke, seorang ilmuwan politik di Free University di Berlin, yang berfokus pada ekstremis sayap kanan. “Itu salah, dan sekarang kita harus mengakui kesalahan dalam meremehkan bahaya ini.”

Dalam beberapa tahun terakhir, dan terutama sejak pandemi, kelompok ini memperoleh energi baru, dari datangnya berbagai pengikut dan pemikiran yang dikombinasikan dengan teori konspirasi gerakan QAnon. Selalu bertekad memberantas komplotan elit yang korup, mereka membayangkan menjalankan pemerintahan.

Satu keyakinan yang tersebar di antara para anggotanya adalah “Jerman saat ini diperintah oleh anggota-anggota yang disebut deep state” yang perlu digulingkan, kata sebuah pernyataan dari jaksa penuntut.

Jaksa penuntut mengatakan bahwa untuk melaksanakan rencananya, kelompok tersebut telah membentuk sayap militer, yang secara aktif berusaha merekrut polisi dan militer, dan sayap politik, yang disebut dewan, semacam pemerintahan bayangan.

“Lengan militer akan membangun Angkatan Darat Jerman baru, yang terdiri dari ‘perusahaan keamanan dalam negeri’ yang belum didirikan,” kata Jaksa Federal, Peter Frank. Anggota faksi militer juga aktif di angkatan bersenjata federal, katanya.

Kelompok itu, kata jaksa penuntut, diyakini siap menggunakan kekerasan. “Anggota organisasi menyadari bahwa tujuan ini hanya dapat dicapai melalui penggunaan sarana militer dan kekerasan terhadap perwakilan negara,”kata jaksa. “Ini juga termasuk menugaskan pembunuhan.”

Itu bukan plot pertama serangan terhadap pemerintah Jerman yang digagalkan lembaga penegak hukum tahun ini. April lalu, petugas menangkap empat orang yang berencana untuk menculik menteri kesehatan, Karl Lauterbach, dan menyebabkan pemadaman listrik secara nasional. Polisi mengatakan para tersangka terkait dengan gerakan Reichsbürger dan anti-vaksin.

Dalam plot yang terungkap pada hari Rabu, seorang anggota AfD, yang diidentifikasi di media Jerman sebagai Birgit Malsack-Winkemann, seorang anggota parlemen hingga tahun lalu, ditunjuk untuk menjadi menteri kehakiman kelompok tersebut dalam rezim pasca-kudeta.

Kisahnya sendiri menegaskan besarnya tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga Jerman dalam upaya melawan ancaman sayap kanan dari dalam. Bulan Oktober, Ms. Malsack-Winkemann diizinkan Dewan Yudisial untuk mempertahankan posisinya sebagai hakim di Berlin, meskipun ada protes dari beberapa otoritas kehakiman regional, yang mengatakan dia memiliki pandangan sayap kanan.

Surat kabar Jerman, Der Spiegel melaporkan bahwa dia telah memposting secara teratur di Telegram menggunakan slogan “WWG1WGA”, yang merupakan singkatan dari slogan QAnon, “Ke mana kita pergi, kita pergi semua.” Spiegel mengatakan dia menghapus posting setelah melakukan konfirmasi.

Namun menurut tinjauan peradilan internal, postingan media sosialnya tidak dianggap sebagai bukti yang cukup untuk mendiskualifikasi dirinya.

“Jika laporan awal ini terkonfirmasi, bahwa mantan anggota Bundestag AfD terlibat dalam konspirasi ini, maka itu menunjukkan masalah seperti apa AfD sebagai sebuah partai,” kata Christian Dürr, seorang anggota parlemen untuk Demokrat Bebas, satu dari tiga partai penguasa. “Ini sama sekali bukan tentang Jerman, ini sebenarnya tentang penghancuran demokrasi parlementer.”

Pemimpin kelompok itu diidentifikasi sebagai Pangeran Heinrich XIII dari Reuss, keturunan bangsawan Jerman berusia 71 tahun. Dia ditunjuk untuk mengambil alih kekuasaan sebagai kepala negara baru.

Keluarga Reuss awal tahun ini menjauhkan diri dari Heinrich XIII karena keterlibatannya dalam kancah Reichsbürger. Mereka menyebutnya sebagai “ahli teori konspirasi” dan “orang tua yang bingung”.

Menurut anggota kelompok tersebut, pembebasan dijanjikan oleh intervensi segera dari “Aliansi”, sebuah koalisi rahasia pemerintah, dinas intelijen, dan militer yang unggul secara teknis dari berbagai negara, termasuk Rusia dan Amerika Serikat, menurut jaksa penuntut.

Pangeran Heinrich XIII telah mencoba melakukan kontak dengan perwakilan pemerintah Rusia melalui Kedutaan Besar Rusia di Berlin. Seorang warga negara Rusia, yang diidentifikasi oleh jaksa penuntut sebagai “Vitalia B.”, diyakini telah membantunya dalam mencoba menjalin kontak dengan Moskow. Namun jaksa penuntut mengatakan tidak ada indikasi bahwa mereka telah menerima tanggapan positif dari sumber Rusia yang telah mereka hubungi.

Seorang juru bicara pemerintah Rusia pada hari Rabu menyebut plot itu “masalah internal Jerman.” “Tidak ada pertanyaan tentang campur tangan Rusia,” kata Juru Bicara Kremlin, Dmitri S. Peskov, kepada wartawan.

Badan intelijen Jerman selama bertahun-tahun mengatakan bahwa ancaman terbesar bagi negara itu berasal dari kelompok ekstrimis sayap kanan domestik. Ekstremis sayap kanan pada tahun 2019 membunuh seorang politisi lokal di negara bagian Hessen, Jerman, dan pada tahun yang sama berusaha menyerang sebuah sinagoga. Setahun kemudian, seorang teroris sayap kanan membunuh sembilan imigran dan keturunan imigran.

Kalangan analis menyatakan, semua serangan ini telah meningkatkan rasa urgensi di antara lembaga penegak hukum Jerman untuk bertindak tegas. “Yang paling penting adalah demokrasi kita dibentengi dengan baik dan kerja sama antara dinas intelijen, polisi, dan jaksa penuntut umum berjalan baik,” kata Mr. Kramer, kepala intelijen dari Thuringia. “Musuh demokrasi kita harus menyadari hal ini.”  [The New York Times]

Back to top button