Kasus Corona di Spanyol: 9.000 Meninggal, Lebih 100 Ribu Terinfeksi
Spanyol telah menutup diri (lockdown) sejak 14 Maret, dan masih belum jelas apakah pembatasan pada kehidupan publik itu telah membantu mengendalikan penyakit tersebut atau tidak
MADRID— Korban akibat virus corona di Spanyol melonjak lebih dari 9.000 pada hari Rabu, setelah mencatatkan 864 kematian dalam 24 jam. Hingga Rabu (1/4) tercatat lebih 100 ribu orang telah terinfeksi virus.
Spanyol memiliki angka kematian tertinggi kedua di dunia setelah Italia, yakni telah mencatatkan 9.053 kematian dan jumlah kasus yang dikonfirmasi mencapai 102.136. Meski demikian Kementerian Kesehatan Spanyol menyatakan bahwa tingkat infeksi baru terus menunjukkan tren penurunan. Italia berada di puncak kematian akibat corona dengan 105.792 kasus dan 12.428 korban meninggal.
Spanyol telah menutup diri (lockdown) sejak 14 Maret, dan masih belum jelas apakah pembatasan pada kehidupan publik itu telah membantu mengendalikan penyakit tersebut atau tidak. Para apparat kesehatan setempat mengatakan, wabah itu kini mungkin memasuki fase stabilisasi.
Penanganan krisis oleh pemerintah Spanyol telah mendapatkan banyak kecaman dari para pemimpin oposisi dan partai-partai yang sebelumnya mendukung Perdana Menteri Pedro Sanchez. Mereka mengatakan para pejabat pemerintah terlalu lamban untuk bereaksi, tidak cukup berkonsultasi dengan orang-orang di luar pemerintahan dan belum cukup agresif dalam menangani virus.
Madrid tetap menjadi wilayah yang paling parah terkena dampaknya, dengan 3.865 kematian dan hampir 30.000 kasus, yang membuat rumah sakit dan kamar mayat kewalahan.
Sebelumnya pada hari Selasa, Presiden AS Donald Trump memperkirakan dua pekan ke depan akan “sangat, sangat menyakitkan” dalam dua pekan ke depan, ketika Gedung Putih secara resmi meluncurkan model wabah coronavirus yang memproyeksikan terjadinya kematian di AS antara 100.000 dan 240.000 korban meninggal.
Pada awal Rabu (1/4), angka kematian di AS akibat Corona mencapai 4.000 orang, lebih dari dua kali lipat angka dari tiga hari sebelumnya, menurut penghitungan Universitas Johns Hopkins. Jumlah kasus di AS yang dikonfirmasi mencapai 189.510, terbanyak di dunia.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan pandemi coronavirus adalah krisis global terburuk sejak Perang Dunia II, ketika ia menyatakan keprihatinannya bahwa hal itu dapat memicu konflik di seluruh dunia.
Guterres mengatakan bahwa skala krisis adalah karena “penyakit yang mewakili ancaman bagi semua orang di dunia dan … dampak ekonomi yang akan membawa resesi yang mungkin tidak ada tandingannya di masa lalu. “Kombinasi dari dua fakta dan risiko yang dikontribusikannya akan meningkatkan ketidakstabilan, meningkatkan kerusuhan, dan meningkatkan konflik, adalah hal-hal yang membuat kita percaya bahwa ini adalah krisis paling menantang yang kita hadapi sejak Perang Dunia Kedua.”
“Respons yang lebih kuat dan lebih efektif hanya dimungkinkan dalam rasa solidaritas. Jika semua orang Bersatu padu dan melupakan permainan politik, serta memahami bahwa saat ini manusialah yang dipertaruhkan,” kata dia. [South China Morning Post]