Veritas

Pembunuhan Ahli Nuklir Iran Oleh Mossad Libatkan Teknologi AI

The New York Times menulis, pembunuhan ilmuwan nuklir terkemuka Iran itu dilakukan dari Israel, berjarak ribuan kilometer, dengan senapan mesin berteknologi AI yang dioperasikan Mossad.

JERNIH–Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh, dalam konferensi pers mingguannya, Ahad (19/9) lalu melalui saluran televisi Iran membantah laporan The New York Times yang menggambarkan pembunuhan November terhadap ilmuwan nuklir terkemuka Iran, Mohsen Fakhrizadeh.

Fakhrizadeh dibunuh di Teheran pada 26 November 2020. Pembunuhan itu, menurut New York Times (The Times) dilakukan dinas mata-mata Israel, Mossad. The Times menulis, senjata yang digunakan adalah senapan mesin FN MAG buatan Belgia yang dimodifikasi, dipasang pada robot dan ditenagai kecerdasan buatan (AI).

Situs berita itu jugamengatakan, informasi yang mereka dapatkan berasal dari wawancara dengan pejabat AS, Israel dan Iran. “Termasuk dua pejabat intelijen yang mengetahui rincian perencanaan dan pelaksanaan operasi,” tulis The Times.

Khatibzadeh membantah klaim laporan itu, dan mengatakan dinas intelijen Iran memiliki semua rincian insiden itu, termasuk semua orang yang terlibat.

Dalam versinya, pada awalnya ada laporan saksi melihat dua pembunuh di tempat kejadian. Tetapi dua hari setelah pembunuhan itu, muncul sebuah laporan dari Kantor Berita Fars yang berafiliasi dengan Korps Pengawal Revolusi Iran, mengatakan tidak ada pembunuh di tempat kejadian dan senjata itu dioperasikan dari jauh.

The New York Times memuat laporan mereka tentang pembunuhan Fakhrizadeh itu pada Sabtu (18/9) lalu. Intinya, pembunuhan itu melibatkan senjata yang dikendalikan dari jarak jauh. Menurut laporan itu, “Agen Iran yang bekerja untuk Mossad telah memarkir truk pickup Nissan Zamyad biru di sisi jalan yang menghubungkan kota Absard ke jalan raya utama. Tempat itu berada di sedikit ketinggian dengan pemandangan kendaraan yang mendekat. Tersembunyi di bawah terpal dan bahan konstruksi di bak truk, sebuah senapan mesin penembak jitu caliber 7,62 mm yang siap menyalak.”

“Sekitar pukul 1 siang, tim penyerang menerima sinyal bahwa Mr Fakhrizadeh, istrinya, dan tim penjaga bersenjata dengan mobil pengawal akan berangkat ke Absard, di mana banyak elit Iran memiliki rumah kedua dan vila liburan,” kata laporan itu. .

Selanjutnya, laporan tersebut merinci bagaimana penembak jitu yang membunuh Fakhrizadeh melakukannya dari jarak jauh dari Israel, di lokasi yang berjarak lebih dari 1.600 kilometer, karena regu pembunuh telah lama meninggalkan Iran.

Senjata yang digunakan adalah model khusus dari senapan mesin FN MAG buatan Belgia, yang dipasang pada peralatan robot canggih. Senjata itu diselundupkan ke Iran dalam potongan-potongan kecil selama beberapa bulan karena jika digabungkan semua komponennya akan memiliki berat sekitar satu ton.

Satu detil baru dalam laporan itu adalah bahan peledak yang digunakan untuk menghancurkan bukti senjata jarak jauh sebagian gagal, meninggalkan cukup banyak senjata utuh bagi Iran untuk mengetahui apa yang telah terjadi.

Banyak dari rincian di atas diterbitkan pula The Jewish Chronicle dalam sebuah laporan pada Februari lalu, menyusul laporan yang bertentangan di Iran, Israel dan secara global pada bulan November dan Desember 2020 tentang apakah senjata jarak jauh atau tim fisik, yang digunakan.

Pada saat pembunuhan itu, sebagian besar analis media pertahanan dan intelijen Israel sangat condong ke teori tim fisik, melihat skenario senjata jarak jauh sebagai disinformasi untuk membuat Iran tidak mengejar tim fisik.

Pada saat Jewish Chronicle mengeluarkan laporan Februari lalu, Jerusalem Post diberitahu bahwa perencanaan pembunuhan telah dimulai pada Maret 2020. Info itu akurat, tetapi beberapa aspek dari laporan tersebut, seperti telah membuat program nuklir Iran mundur lima tahun, jauh dari akurat.

Saat ini dapat dikonfirmasi bahwa soal senjata jarak jauh yang ditulis Jewish Chronicle dan saat ini laporan The Times, akurat.

Sementara semua pejabat intelijen dan pertahanan Israel masih memuji-muji pembunuhan itu karena menurut mereka menghentikan program senjata nuklir Iran secara dramatis, 10 bulan kemudian Republik Islam Iran diperkirakan satu bulan ke depan bisa memproduksi uranium yang diperkaya, cukup untuk sebuah bom nuklir.

The Jerusalem Post kemudian melaporkan bahwa seorang pria yang tidak dikenal publik bernama “Farhi” menggantikan Fakhrizadeh, meskipun para ahli mengatakan bahwa dia tidak dapat sepenuhnya diganti.

Beberapa orang di Israel mengatakan, operasi itu berhasil membuat program nuklir Iran kacau selama beberapa bulan, tetapi faktanya Teheran telah lama pulih dari dampak karena operasi itu.

Di sisi lain, yang lain mengatakan bahwa bahkan jika Iran memutuskan untuk memindahkan pengayaan uraniumnya hingga 90 persen, yaitu tingkat persenjataan, mereka masih harus mengumpulkan komponen lain dari kemampuan senjata nuklir. Ini termasuk tugas-tugas yang berkaitan dengan peledakan dan pengiriman rudal. Fakhizadeh akan bersinar dalam tugas-tugas ini dan kehilangannya akan tetap memperlambat kemajuan negeri para ayatollah itu. [New York Times/Jerussalem Post]

Back to top button