Veritas

Tokoh Pejuang Kemerdekaan Kashmir, Syed Ali Shah Geelani, Meninggal Dunia

Geelani dikenal bersikap tanpa kompromi, dan berulangkali menolak negosiasi dengan India, karena New Delhi yang  dianggapnya “munafik dan tidak bisa dipercaya.” Kalimat “Geelani! Geelani! Dia yang tidak tunduk dan tidak bisa dibeli!” menggema di hampir setiap demonstrasi anti-India.

JERNIH—Tokoh pejuang kemerdekaan Kashmir, Syed Ali Geelani, meninggal dunia dalam status tahanan rumah pada Rabu (1/9) lalu, di usia 91 tahun. Dia dikenal sebagai tokoh pejuang kemerdekaan Kashmir yang paling disegani, sejak awal menyuarakan pemisahan dengan India dan penyatuan kembali dengan Pakistan.

Kabar kematiannya segera mengentak Srinagar. Kerumunan warga dikabarkan memenuhi jalan-jalan menuju kediaman Geelani di kawasan Hyderpora, hanya beberapa jam setelah dia dikabarkan meninggal dunia.

Tidak lama berselang, otoritas India menutup akses internet dan membatasi aktivitas warga di ruang publik. Tentara dilaporkan menutup jalan ke arah kediaman Geelani, dan mengirimkan kendaraan lapis baja buat berpatroli di jalan-jalan kota.

Syed Ali Shah Geelani

Di tengah penelikungan itu, masjid-masjid di Srinagar tetap mengumumkan kematian Geelani dan mengajak warga turun ke jalan untuk berkabung.

Sementara itu di Pakistan, kabar kematian Geelani ditanggapi dengan hari berkabung. Perdana Menteri Imran Khan memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang di penjuru negeri. Dia mengaku “sangat bersedih” oleh kabar kematiannya.

“Kami di Pakistan menghormati keberaniannya dan akan selalu mencamkan kata-katanya, bahwa kita adalah Pakistan dan Pakistan adalah kita,” tulis Khan lewat Twitter.

Pada 2020 lalu, sang perdana menteri menganugerahinya dengan penghargaan “Nishan-e Pakistan,” tanda jasa tertinggi untuk warga sipil, yang pernah disematkan kepada Ratu Elizabeth II, Fidel Castro dan Nelson Mandela.

Permusuhan dengan India

Geelani adalah tokoh ideolog bagi para pejuang kemerdekaan Kashmir. Dia dikenal lewat sikap tanpa kompromi, dan berulangkali menolak negosiasi dengan India, karena sikap New Delhi yang  dianggapnya “munafik dan tidak bisa dipercaya.”

Hanya jika India “mengakui Kashmir sebagai wilayah yang diperebutkan, menarik mundur militer dan membebaskan tahanan politik,” maka kedua pihak bisa melakukan “dialog yang bermanfaat,” kata dia seperti dilansir AP.

Oleh pemerintah di New Delhi, Geelani dicap sebagai tokoh radikal dan dibui berulangkali selama 15 tahun. Namanya kembali diteriakkan warga ketika ada 2019 lalu India mencabut status semi-otonomi bagi Kashmir, dan menahan beberapa tokoh kemerdekaan.

Kalimat “Geelani! Geelani! Dia yang tidak tunduk dan tidak bisa dibeli!” menggema di hampir setiap demonstrasi anti-India.

“Meski kematiannya terjadi secara alami, kita tidak boleh lupa ongkos fisik dan psikologis yang diakibatkan penahanan dan penyiksaan terhadap kesehatannya,” tulis Stand With Kashmir, sebuah LSM diaspora di Amerika Serikat.

Kashmir terbelah sejak separasi India dan Pakistan yang digagas kolonial Inggris pada 1947. Sebelum perang, wilayah pegunungan itu merupakan sebuah kerajaan Hindu yang menguasai penduduk mayoritas muslim.

Pasca pemisahan, Islamabad mendukung petjuangan Kashmir merdeka untuk mendongkel monarki di Srinagar. Akibatnya kerajaan meminta perlindungan kepada India, yang memicu invasi Pakistan.

Sejak itu India berkeras melabeli perjuangan kemerdekaan Kashmir sebagai perang proksi yang dilancarkan Islamabad, dan tindak terorisme yang disponsori negara. Tentu saja, bagi warga Kashmir itu adalah perjuangan menuju kemerdekaan dan penyatuan Kashmir. [AP/AFP]

Back to top button