Virus Corona Matikan Pabrik dan Ciptakan Kekacauan Ekonomi
Kapal kontainer raksasa hanya memuat kargo 10 persen dari yang mereka bisa. Di Pelabuhan Long Beach, lalu lintas peti kemas turun sekitar 40 persen. Itulah hasil dari tutupnya pabrik-pabrik Cina
Oleh : Gordon G Chang, penulis ‘The Coming Collapse of China’
Semua yang terjadi saat ini terlihat seperti akhir dari peran sentral Cina dalam rantai pasokan produk global. Virus– dan respons pemerintah totaliter, telah membunuh semua itu.
Seorang Amerika marah. “Saya sedang berbicara di telepon dengan para pemimpin dari beberapa rumah sakit di New York. Mereka mengatakan kepada saya bahwa mereka memiliki kontrak dengan perusahaan-perusahaan Cina, dan tengah menunggu hal-hal seperti sarung tangan plastik, masker. Semua barang itu sudah berada di atas kapal, tengah berlayar menuju AS. Tetapi pemerintah Cina mengatakan,”Tidak, tidak! Balik, kita perlu barang-barang itu,” kata Maria Bartiromo di acara talk show bisnisnya di Fox, “Pagi Bersama Maria’, pada 19 Februari lalu. “Bagaimana orang bisa mempercayai Cina dalam soal memegang penawaran mereka lagi dalam bisnis?” kata sang host.
Pembawa acara televisi AS berpengaruh itu terdengar di seluruh Amerika pada hari penayangannya. Peter Navarro, yang muncul di acara Fox News Channel-nya pada 23 Februari, memberikan lebih banyak alasan untuk memutuskan hubungan dengan pemasok Cina. “Cina menerapkan pembatasan ekspor pada masker-masker itu, serta langsung menasionalisasi sebuah pabrik Amerika yang memproduksinya di sana,” kata Direktur Kebijakan Perdagangan dan Manufaktur di kabinet Trump itu. Ia merujuk pada masker N95, yang digunakan untuk perlindungan terhadap virus corona COVID-19.
Virus corona telah membuka luas betapa rentannya dunia, bahkan negara maju seperti AS. Orang Amerika saat ini kekurangan N95, dan itu bukan satu-satunya jenis masker yang mereka butuhkan. Pabrik-pabrik di Cina tidak dapat berjalan normal, antara lain karena kurangnya masker industry. Jadi Beijing telah mengambil langkah-langkah pasti untuk menjaga barang-barang yang diproduksi Cina ini hanya buat mereka sendiri. “Masker keselamatan industri telah dilarang diekspor,” kata Jonathan Bass, pemilik PTM Images yang berbasis di Los Angeles.
“Cina telah menunjukkan kepada kita bahwa mereka akan melarang ekspor masker untuk melindungi rakyat mereka sendiri,” kata Bass. “Ini menunjukkan kepada kita bahwa Amerika sangat rentan terhadap sikap Cina yang hendak memotong ekspor untuk produk-produk yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan. Apa berikutnya? Obat-obatan penyelamat nyawa? Logam mineral yang langka? Sepatu?”
Apa pun barangnya, gangguan pasokan akan bertahan lebih lama dari yang diperkirakan sebagian besar analis. Kapal kontainer raksasa melewati begitu saja pelabuhan Cina atau hanya memuat kargo 10 persen dari yang mereka bisa. Di Pelabuhan Long Beach, Bass memberi tahu saya, lalu lintas peti kemas turun sekitar 40 persen. Itulah hasil dari tutupnya pabrik-pabrik Cina.
Pabrik-pabrik Cina dijadwalkan akan dibuka kembali pada 9 Februari, 10 hari setelah berakhirnya liburan Tahun Baru Imlek. Namun seperti dikatakan Simina Mistreanu, yang menulis untuk Forbes tentang sektor manufaktur Cina, saat ini banyak pabrik tetap ditutup.
Dia mengutip situasi di sekitar Chengdu, di mana pihak berwenang meminta pabrik menyediakan dua masker setiap hari untuk setiap pekerja. Untuk memulai produksi, sebuah pabrik harus menunjukkan bahwa ia memiliki persediaan masker selama dua minggu. Masker tidak tersedia, jadi saat ini hanya lima dari sekitar 50 perusahaan yang kembali bekerja. Tampaknya satu-satunya pengecualian adalah industri pertahanan negara.
Bahkan jika pabrik dapat beroperasi dengan kecepatan penuh, bisnis logistik tidak seperti itu. Penutupan gudang membuat pengiriman sangat sulit dilakukan. Selain itu, seperti yang ditunjukkan Bass, kontainer sekarang dibiarkan teronggok di dermaga di pelabuhan Tianjin dan Ningbo untuk waktu yang lama. Kontainer untuk pemberangkatan ke AS pun terlambat hingga empat minggu.
Beberapa kalangan percaya, dampak kekurangan nyata di tingkat pengecer AS akan terasa pada pertengahan April. Tetapi toko-toko besar sangat rentan karena mereka umumnya menyimpan persediaan minimum. Jadi rak Walmart, kemungkinan mulai kosong sejak bulan depan.
Cobalah beli iPhone musim semi ini. Pada 17 Februari lalu Apple mengumumkan pihaknya dipastikan tak akan mampu meraih pendapatan sebagaimana yang telah diperkirakan. Sebagian karena kekurangan produk.
Perlambatan ekonomi Cina, alhasil jauh lebih serius daripada yang diyakini banyak orang. Sebelumnya banyak analis–yang melihat kembali ke epidemi SARS pada 2002-2003, memperkirakan pemulihan ‘V’ – cepat. Kali ini, pemulihan bisa menyerupai “L”, sebagian karena gangguannya jauh lebih besar daripada sebelumnya. Bahkan perusahaan-perusahaan yang dijalankan dengan cara terbaik pun kali ini terkejut. Apple, mengingat ketergantungannya pada pasar Cina, jelas denyut nadinya tergantung Cina. Tetapi perusahaan itu mengeluarkan panduan terlalu optimis pada 28 Januari, kurang dari tiga minggu sebelum pengumuman pendapatan yang tampaknya tak akan tercapai, pada 17 Februari itu.
Hal itu membawa kita kembali kepada kesadaran akan ketergantungan Amerika pada Cina untuk produk-produk penting. Lebih penting daripada ponsel, masalah Cina pun bagi AS akan menghasilkan kekurangan pada 150 obat-obatan resep, beberapa di antaranya “tidak memiliki alternatif.” Namun Beijing pekan lalu mengatakan ingin menjadi bagian yang lebih penting dari rantai pasokan produk kesehatan dunia. Namun epidemi itu memberi tahu AS bahwa AS harus bergerak ke arah yang berlawanan. Lagi pula, adakah orang yang ingin menjadi lebih rentan terhadap pemasok yang tidak dapat diandalkan?
“Dalam krisis seperti ini, kami tidak memiliki sekutu,” kata Navarro kepada Bartiromo. “Kembali pada tahun 2009 selama masalah flu babi, teman-teman terbaik kami di Australia, Inggris, dan Kanada pada dasarnya menolak kami untuk apa-apa yang kami butuhkan. Australia, misalnya, menolak untuk mengirim 35 juta dosis vaksin. ”
Tentu saja, perusahaan dapat menyediakan barang dengan biaya rendah ketika mereka mendirikan pabrik di Cina. Apalagi sekarang dunia lebih menghargai barang-barang berbiaya murah. Bergerak menuju swasembada akan membuat produk lebih mahal, tetapi pikirkan bahwa hal itu membuat barang-barang itu bisa tersedia dengan mudah.
Walmart, yang pada dasarnya memaksa pemasok untuk memproduksi di Cina, mengatakan kepada konsumen bahwa, ‘menghemat uang, menjadikan hidup lebih baik.” Namun bagaimana mereka bisa hidup lebih baik jika rak-rak toko kosong? [nationalInterest ]