Depth

Kebohongan-kebohongan Donald Trump yang Mengerikan

JAKARTA—Apakah di era post-truth saat ini memang para pemimpin harus mengedepankan kebohongan dan menjadi ‘Pinokio yang Lancung’? Pasalnya, pemimpin negara besar seperti Donald Trump saja diketahui sudah seringkali membohongi warganya sendiri, yang dalam pandangan dunia dianggap cukup berpendidikan.  

The Washington Post Fact Checker mencatat, pada 2017 Trump membuat 1.999 klaim yang salah atau menyesatkan. Pada 2018, ia membuat 5.689 lebih, dengan total 7.688 klaim yang salah atau menyesatkan. Pada 2019, ia membuat 8.155 klaim salah.

Kabar soal Trump yang kerap berbohong bukanlah hal anyar. Itu telah menjadi fitur, alih-alih kecacatan, dari masa kepresidenan dan hidupnya. Itu yang dikatakan Chris Chillizza dalam opininya yang dimuat CNN.

Yang layak diberitakan, bagaimana pun tingkat ketidakjujuran Trump telah meningkat pesat sejak ia mulai duduk di kursi kepresidenan empat tahun lalu. Berikut merupakan penghitungan kebohongan Trump yang dilacak oleh The Washington Post Fact Checker:

“Pada 2017, Trump membuat 1.999 klaim yang salah atau menyesatkan. Pada 2018, ia membuat 5.689 lebih, dengan total 7.688 klaim yang salah atau menyesatkan. Pada 2019, ia membuat 8.155 klaim salah.

“Dengan kata lain, dalam satu tahun, Presiden telah mengatakan lebih dari jumlah total klaim salah atau menyesatkan yang telah dia buat dalam dua tahun sebelumnya.”

Menurut Chillizza, rekor kebohongan Trump, hanya dalam dua tahun pertama, jauh melampaui apa yang telah kita lihat dari seorang presiden atau politisi mana pun.

Menurut Daniel Dale dari CNN, Trump membuat 81 klaim palsu dalam pekan terakhir saja. Itu di atas rata-rata 61 per minggu sejak Dale mulai mentabulasi kebohongan Trump pada 8 Juli 2019. Pada saat itu Trump telah membuat 1.636 klaim palsu sejak 8 Juli, atau rata-rata sekitar sembilan klaim palsu per hari.

Chillizza menilai, apa yang dilakukan Trump, baik secara sadar atau tidak, terus memperluas gagasan “kebenaran” dan “fakta” dengan cara yang belum pernah diuraikan sebelumnya. Kesediaannya untuk mendorong dan bahkan melampaui batas-batas luar dari apa yang oleh kebanyakan orang akan dianggap jujur ​​telah, dan akan, menyebabkan konsekuensi mendalam pada identitas Amerika Serikat. Artinya, boleh jadi ke depan di mata warga dunia AS akan identik dengan kebohongan.  

Dalam tulisannya, Chillizza menjelaskan fenomena ini dengan mengeluarkannya dari konteks politik dan menempatkannya dalam konteks atletik. Bayangkan permainan bola basket di mana satu tim, sejak awal, memainkan pertahanan agresif sehingga, menurut aturan, mereka harus dihukum karena melakukan pelanggaran pada setiap pertandingan. Singkatnya: Jika wasit menegakkan aturan seperti yang tertulis, setiap pemain di tim akan keluar dari permainan dalam beberapa menit.

Namun, apa yang lebih mungkin terjadi dalam skenario seperti itu adalah wasit menahan akan peluit mereka, tidak ingin membuat permainan menjadi tidak bisa ditonton atau tidak berjalan. Hasilnya? Tim yang memainkan pertahanan yang terlalu agresif itu secara efektif mengubah definisi “pelanggaran”, memungkinkan diri mereka memiliki lebih banyak kelonggaran secara signifikan dan keunggulan kompetitif.

Itulah yang dilakukan Trump. Serangannya pada gagasan bahwa kebenaran dan fakta bukanlah posisi partisan telah secara efektif mengubah aturan yang digunakan publik untuk mewasitinya. Contohnya: mantra “berita palsu” Trump yang sering ia ulang, yang dicintai oleh kubu pendukungnya, tidak berarti apa yang dimaksudkannya. Berita “palsu” adalah berita yang tidak disukai oleh Trump. Ia telah mengkooptasi istilah “palsu” untuk berita semacam itu, dan kenyataan begitu banyak pendukungnya yang memercayainya, menunjukkan betapa bahayanya kebohongan Trump.

Namun sekali lagi, bukan hanya Trump yang berkata bohong. Meminjam metafora permainan bola basket di atas, dia terus menjaga tim lain lebih agresif, menantang wasit untuk menyatakan dia melakukan pelanggaran. Trump tidak puas hanya dengan mengaburkan batasan antara fakta dan fiksi. “Dia ingin sepenuhnya menghancurkan konsep ‘fakta’,” kata Chillizza.

Hal yang lebih mengerikan lagi, kata Chillizza, pengaburan batas itu memiliki dampak yang melampaui masa jabatan Trump di kursi presiden, baik itu satu tahun lagi atau lima tahun lagi. Politik adalah bisnis peniru, dan meskipun sulit membayangkan ada politisi masa depan yang meremehkan kebenaran secara terbuka seperti Trump, setiap pejabat terpilih mungkin telah mencatat fakta bahwa “gunung” kebohongan dan ketidakbenaran Trump tampaknya tidak menghalangi banyak pemilih untuk mendukungnya.

Itu akan menjadi salah satu warisan abadi Trump di AS dan akhirnya peradaban dunia. Hal itu tentu sangat sangat meresahkan. [ ]

Back to top button