Crispy

Kini Orang Italia Lebih Takut Lapar, Bukan Virus

Palermo — Kini, tidak ada lagi warga bernyanyi, atau bermain musik di balkon, seperti pada hari-hari pertama lockdown. Yang ada adalah kekhawatiran akan terjadinya kerusuhan sosial, dan mafia memanfaatkan situasi.

Warga kota-kota di Italia, terutama yang mengalami pukulan hebat, mengibarkan bendera setengah tiang. Masih ada spanduk bertuliskan Andra tutto bene, semua akan baik-baik saja, di beberapa pojok jalan. Namun, tidak ada nyanyian optimisme.

Baca Juga:
— Satu Desa di Italia Terlindung dari Covid-19 Berkat Air Ajaib
— Dari San Siro, Covid-19 Menyebar ke Italia dan Spanyol, Membunuh Ribuan
— Covid-19: Italia Dilanda Gelombang Depresi Petugas Medis

Di beberapa kota kerusuhan sosial meningkat. Warga miskin keluar rumah dan menjarah toko-toko. Mereka tahu semua akan baik-baik saja, tapi anak-anak mereka butuh makan.

Salvatore Melluso, pastor di Caritas Diocesana — sebuah ‘badan amal yang dikelola Gereja Naples — mengatakan; “Sekarang, orang bukan takut virus, tapi kelaparan.”

Banyak orang, lanjut Melluso, kehilangan pekerjaan, tak punya penghasilan, dan lapar. Ada antrean panjang di bank makanan setiap hari.

Di Campania, Calabria, dan Sililia — wilayah miskin di selatan Italia — ketegangan meningkat ketika orang-orang kehabisan makanan dan tak punya uang. Situasi serupa juga terlihat di Puglia.

Ada laporan pemilik toko kecil ditekan agar memberi makanan gratis. Sedangkan polisi berpatroli mengamankan supermarket untuk menghentikan penjarahan dan pencurian.

Pedagang kecil tidak buka sejak lockdown. Mereka makan dari uang yang salama ini untuk modal usaha. Pekerja kontrak, serta mereka yang memenuhi kehidupan dari penghasilan harian, sama sekali tak punya penghasilan.

Paride Ezzine, seorang pelayan di Palermo, tak lagi mendapat gaji. “Lockdown membuat restoran tempat saya bekerja tutup,” katanya, seperti dikutip The Guardian.

“Saya punya istri, dan dna anak,” lanjutnya. “Kami hidup dari tabungan kami, yang kini terus menipis.”

Ezzine tercekik tagihan di bank. Ia mengajukan penundaan angsuran, tapi ditolak. Situasi ini, menurut Ezzine, membuat semua orang bertekuk lutut.

Pemerintah Italia memperpanjang lockdown sampai Paskah, untuk menekan penyebaran virus. Situasi ini membuat 3,3 juta orang di Italia menderita.

Dari jumlah itu, satu juta terdapat di Campania, Sisilia, Puglia, dan Calabria. Di tempat-tempat inilah mafia menjalankan bisnisnya.

Giovanni Orsina, profesor ilmu politik Universitas Luiss, mengatakan yang tidak diketahui adalah berapa banyak yang bekerja dalam kegelapan. Semua angkat itu, katanya, hanya perkiraan.

“Ada banyak orang yang biasa hidup dengan penghasilan per hari,” katanya. “Kini mereka masih sesekali melakukan pekerjaan.”

Ia juga mengatakan banyak profesional dan pengusaha kecil yang masih bekerja, dan menghasilkan uang, meski hanya cukup untuk diri sendiri. Lainnya, memiliki cadangan moderat yang akan akan habis setelah lockdown selesai.

PM Giuseppe Conte berusaha merekan situasi dengan mengatakan 4,3 miliar euro dana solidaritas akan dikirim ke semua kota, dan tambahan 400 juta diberikan ke walikota untuk dikonversi menjadi kupon makanan.

Namun, Conte menghadapi perlawanan. Banyak walikota mengatakan 400 juta tidak cukup untuk diubah menjadi kupon makanan.

Salvo Pogliese, walikota Catania, mengatakan; “Kami berharap pemerintah mengeluarkan dana lebih banyak, dan menemukan jalan untuk memenuhinya.”

Menurut Pogliese, situasi saat ini sangat sulit karena sebagian besar penduduk tidak berpenghasilan. Mereka yang pernah hidup bermartabat kini menderita kesulitan hebat.

Masalah lain, lanjutnya, 4,3 miliar euro dijadwalkan diberikan ke semua walikota pada Mei 2020. Sebagian besar dari dana itu diputuskan untuk dibelanjakan di daerah lain.

“Jika pemerintah mengharapkan uang ini digunakan untuk memberi makan orang, kota tidak punya uang untuk kebutuhan lain,” kata Orsina. “Jumlah 400 juta untuk memberi makan orang miskin adalah omong kosong.”

Terdapat indikasi mafia mengeksploitasi situasi. Investitasi sedang dilakukan, terutama ke aktivitas akun Facebook yang disebut Revolusi Nasional.

Orang-orang di aku ini dikabarkan telah menghasut warga untuk menjarah supermarket.

Sumber di Unit Sisilia Digos, mengatakan orang-orang di belakang kelompok ini — sebelum pemerintah Italia memberlakukan lockdown — mencari nafkah dengan merampok dan mencuri.

Walikota Palermo Leoluca Orlando meminta pemerintah membentuk ‘dana bertahan hidup’ bagi warga termiskin. Alasannya, masyarakat termiskin inilah yang paling mudah diprovokasi kelompok mafia untuk melakukan kejahatan.

Orsina mengatakan jika ada organisasi yang memiliki uang, ya hanya mafia. Namun, mafia akan menggunakannya untuk menggerakan masa melakukan kejahatan.

“Ketika orang-orang miskin terprovokasi melakukan kejahatan, masuk ke dalam organisasi, tidak akan ada yang bisa kembali,” ujar Orsina.

Pemerintah Italia juga tidak menghapus pajak usaha kecil, tapi hanya menangguhkan. Artinya, pengusaha kecil masih harus mencari uang untuk membayar pajak terhutang.

“Dalam situasi ini, birokrasi adalah real enemy,” kata Massimiliano Panarari, profesor Universitas Luiss. “Setiap orang menjaga semangat di awal lockdown, tapi sekarang mereka menghadapi kenyataan pahit, yaitu negara yang sangat rapuh.”

Back to top button