Pastor Gereja Evangelis di Argentina Ubah Gereja Jadi Bar
San Lorenzo –– Pastor Daniel Cattenao dari Gereja Comunidad Redentor di San Lorenzo mengubah tempat tempat ibadahnya menjadi bar, sebagai protes atas penguncian layanan keagamaan untuk mencegah penyebaran virus korona di Argentina.
Meja bar ditempatkan di dalam gereja, Pastor Daniel menanggalkan jubah kepasturan dan berpakaian seperti pelayan bar. Ia bergerak dari satu ke lain meja dengan membawa Alkitab di atas nampan, sebagai bagian panggilan misa.
“Kami berdiri di sini, berpakaian seperti ini, membawa nampan, agar dapat melayani firman Allah,” kata Pastor Daniel, ketika membuka ‘bar ibadah’ Comunidad Redentor, atau Komunitas Penebus, gereja evangelis di San Lorenzo, propinsi Santa Fee.
Virus korona terus menyebar di Buenos Aires, ibu kota Argentina, tapi kota-kota lain di negeri itu belum melaporkan kasus terinfeksi.
Propinsi Santa Fee relatif berhasil menanggulangi penyebaran virus, dan telah mulai beraktivitas. Bar, misalnya, kembali buka. Namun gereja hanya diijinkan menerima 10 orang jamaah.
Sejak Senin lalu, bar dan restoran di Santa Fe beroperasi mulai ukul 07:00 sampai 23:00, dengan kapasitas 30 persen. Ketentuan lain; bar dan restor mencatat identitas pasien dan menyimpannya.
Jika salah satu di antara pengunjung dinyatakan positif Covid-19, seluruh pengunjung lain pada hari dan jam yang sama harus menjalani pemeriksaan. Bar dan restoran ditutup.
Pastor Daniel mempertimbangkan alternatif lebih lanjut untuk menghindari larangan itu, yaitu ‘ibadah drive-in’. Ia memanfaatkan sebidang tanah di dekat gereja untuk menampung jamaah, yang datang dengan mobil, mengikuti misa.
“Ibadah akan berlangsung pukul 15:00. Jamaah akan berkumpul di sebidang tanah cukup luas, dan mendengarkan ceramah pendeta,” ujar Gato Gavira, seorang wartawan, di Twitter-nya.
Jadi, masih menurut wartawan itu, dibanding jual daging sapi dan tepung sambil berceramah, ibada drive-in adalah perwujudan firman Tuhan untuk semua bangsa.
Gavira juga mengatakan komunitas gereja ingin menggunakan hak konstitusional untuk mempraktekan keyakinan. “Bar boleh dibuka, toko dibiarkan dibuka, mengapa pemerintah mendiskriminasi kita,” tulis Gavira.