Salem: Desa Dukun Santet di AS
Tidak ada lagi penyihir di Salem, tapi dunia terlanjur mengaitkan desa di Massachusetts ini dengan semua yang berkaitan dengan klenik, dan penyembahan setan. Semua itu terdokumentasi dengan baik, dan penduduk Salem saat ini menikmati devisa dari wisata ‘sihir’.
Salem didirikan tahun 1626 oleh Roger Conant dan sekelompok pindahan dari Tanjung Ann. Pemukim pertama menyebut desa mereka Naumkeag — sesuai nama sungai yang mengalir di desa itu.
Pemukim berikut, dipimpin John Endecott dan berasal dari Bay Colony, menyebut desa mereka Salem — kata dalam Bahasa Ibrani yang berarti damai.
Dekade berikutnya Salem kebanjiran orang-orang Puritan, atau kelompok Protestan Inggris yang kian tidak puas dengan gereja Inggris, dari New England. Mereka datang ke AS akibat dikejar-kejar gereja Inggris dan raja.
Di Salem, mereka membentuk koloni yang mapan. Padahal, Salem adalah bagian dari wilayah jajahan Inggris.
Orang Puritan tidak peduli dengan semua UU Inggris dan pemimpinnya. Mereka mengidolakan para tetua mereka, atau mereka yang membentuk koloni itu.
Seiring waktu, koloni mereka kehilangan semua tetua-nya. Generasi yang lahir di tanah pelarian mendominasi, dan punya cara berpikir sendiri. Namun, mereka tetap memegang teguh dan tradisi beragama.
Bagi orang Puritan, hidup adalah serangakaian tugas melelahkan dengan sedikit hiburan. Mayoritas tidak bisa membaca dan menulis. Mereka tidak tahu bagaimana nama mereka seharusnya ditulis.
Normalnya, orang keluarga Puritan terdiri dari sepasang suami istri dengan lima sampai sepuluh anak. Mereka radikal dalam hal menjadikan Alkitab sebagai hukum; berzinah dan sodomi adalah dosa. Seorang wanita paling disuka adalah ibu rumah tangga yang bergerak dari dapur, sumur, kasur, dan mengikuti kebaktian di gereja.
Orang Puritan berusaha lurus dan hidup ketat, tapi bukan pengasih dan pemaaf. Mereka lebih percaya mimpi ketimbang kehidupan nyata. Mimpi, kata mereka, mengandung wahyu. Kehidupan sehari-hari tidak.
Penyihir dan Politik
Massachusetts adalah koloni Inggris, yang harus menjalankan seperangkat aturan — biasa disebut ‘charter’ — yang dibuat Inggris. Maret 1692, aturan mengalami pengubahan.
Saat dalam proses pengubahan, dan sepuluh pekan setelah hukum baru jadi dan tiba di tanah jajahan, Salem tanpa pemimpin yang disebut menteri. Saat itulah penyihir kali pertama meneror warga.
Tidak diketahui untuk kepentingan siapa penyihir melakukan semua itu. Yang pasti semua penyihir diperiksa tapi tidak diadili.
Ketika UU baru tiba, dibawa pendeta Puritan bernama Increase Mather, uji coba dimulai. Saat itu Mather juga membawa gubernur baru Massachusetts.
Terjadi konflik politik, sampai akhirnya Salem diijinkan mendirikan pemerintahan otonom dengan Pendeta Samuel Parris sebagai menteri pertama.
Orang Salem percaya sihir adalah kekuatan yang digunakan menyakiti orang. Penyihir adalah orang yang menggunakan sihir. Kendati penyihir mulai muncul di Salem sebelum konflik politik, tidak ada warga Salem yang mengaku terkena sihir.
Sesuatu yang menarik terjadi pada bulan-bulan musim dingin 1691-1692. Betty Parris, putri Samuel Parris yang berusia sembilan tahun, dan Abigail Williams — keponakan sang pandeta yang berusia 11 tahun — kesurupan. Keduanya mengeluarkan suara aneh, merangkak di bawah meja, dan berperilaku aneh.
Mereka juga mengeluh dicubit, ditusuk dengan pin, entah oleh siapa. William Giggs, dokter desa, dipanggil untuk menemukan bukti fisik tentang penyakit keduanya. Giggs tidak menemukan bukti itu, dan mengatakan kedua gadis kecil itu korban sihir.
Betty Paris yang pertama menyebut dirinya diserang penyihir. Ann Putnam Jr dan Elizabeth Hubbard menjadi orang ketiga dan keempat yang kesurupan. Setelah itu ketiganya sembuh, terjadilah apa yang disebut dalam sejarah sebagai Persidangan Para Penyihir.
Tiga orang pertama yang dituduh penyihir adalah Sarah Good, Sarah Osborne dan Tituba. Ketiganya adalah pengemis tunawisma, Puritan ekstra radikal, dan budak asal Barbados yang bekerja di rumah Samuel Parris.
Tidak ada yang membela ketiganya. Mereka diinterogasi hakim, dan dikirim ke penjara.
Tertuduh berikutnya adalah Martha Corey, Dorcas Good, dan Rebecca Nurse dari Desa Salem, dan Rachael Clinton dari Ipswich — desa tetangga. Dorcas Good adalah putri Sarah Good, dan usianya baru empat tahun.
Rebecca Nurse menjadi tertuduh karena statusnya sebagai anggota penuh gereja. Corey meragukan tuduhan bocah-bocah itu terhadap dirinya.
Namun yang menarik dari semua itu adalah tuduhan Ann Putnam terhadap orang-orang yang disebut penyihir. Tuduhan gadis usia 10 tahun ini mencerminkan persaingan keras antara dua keluarga di Salem; Keluarga Putnam dan Porter.
Keluarga Putnam menyebut diri pintar, puritan, taat beribadah, tapi hidup pas-pasan. Porter relatif sekuler, kaya raya, dan hedonis.
Perseteruan keduanya membelah penduduk Desa Salem menjadi dua; pendukung Putnam atau Porter. Seolah tidak ada tempat bagi warga abu-abu, alias tidak memilih salah satunya.
Di luar konflik dua keluarga, yang menarik dari Pengadilan Penyihir Salem adalah pengakuan para tertuduh. Sarah Good menolak tuduhan itu, dan menyebut Sarah Osborne yang sebenarnya penyihir.
Sarah Osborne melakukan hal yang sama. Sedangkan Tituba mencengangkan semua orang, dengan pengakuannya kedatangan Iblis yang membujuknya untuk menyakiti para gadis itu. Iblis, menurut Tituba, telah menuliskan buku merah yang dibawa lelaki jangkung dari Boston.
Konsekuensi dari pengakuan Tituba adalah persoalan penyihir bukan lagi milik Salem, tapi seluruh New England. Akibatnya, 200 orang diciduk selama Pengadilan Para Penyihir, dengan 20 orang digantung.
Mayat para penyihir dikubur diam-diam, di tempat tersembunyi oleh keluarganya. Semua ini dilakukan agar tidak ada lagi anggota keluarga yang menjadi korban tuduhan serampangan.
Yang menarik adalah setiap kali terpidana penyihir akan digantung, mereka diberi waktu berbicara. Banyak dari mereka berbicara dengan tenang, dengan bahasa menyentuh semua yang hadir.
Mereka yang mendengar, terutama para elite penguasa tanah jajahan, segera mencari cara mengakhiri semua ini. Pada 12 Oktober 1692, Pengadilan Massachusetts mengadakan pertemuan membahas situasi ini.
Mereka memutuskan melarang pemenjaraan tersangka penyihir. Pada 26 Oktober, pemimpin gereja Massachusetts menyerukan puasa di seluruh tanah jajahan, berharap Tuhan memberi mereka jawaban atas masalah penyihir.
Sebelum pergantian tahun semua tersangka penyihir dibebaskan dari penjara. Lalu terjadi pembalikan, pemimpin desa tetap berkeras tidak memaafkan penyihir dan mengaku menggantung 20 orang. Namun mereka tidak ingin persidangan dilanjutkan.
Pengadilan membalikan semua vonis terhadap penyihir, namun dan memberi kompensasi kepada mereka yang terlanjur digantung. Namun kompensasi terhadap lima penyihir tidak bisa dibayarkan, karena tidak ada keluarga yang berhak menerima.
Semua bocah yang kesurupan dan menuduh sembarangan meminta maaf. Beberapa dari mereka meninggalkan Desa Salem, Ann Putnam tidak menikah sampai meninggal, dan seumur hidup dihantui rasa bersalah sebagai penyebab kegaduhan.
Kini, di saat musim Halloween, Desa Salem — berpenduduk 40 ribu orang — kedatangan banyak wisatawan. Ada yang datang untuk mendengarkan narasi menakutkan tentang Desa Salem atau melihat museum yang menyimpan berkas asli Pengadilan Penyihir.
Pertanyaannya, apakah Desa Salem benar-benar tidak lagi punya penyihir? Tidak. Dari 40 ribu penduduk desa, sekitar 800 sampai 1.600 diidentifikasi sebagai penyihir. Menariknya, mereka tidak praktek santet tapi bekerja sebagai pemandu wisata santet, membuka toko alat-alat santet, dan lainnya.