Reza Indragiri : Kicauan Ferdinand Perlu Dirunut ke Belakang
Segera setelah dihapus, Ferdinand membuat video klarifikasi dan permintaan maaf dengan mimik tanpa rasa bersalah. Dia bilang, twit itu dibuat sebagai ungkapan dialog imajiner kebatinannya.
JERNIH- Dalam menilai cuitan Ferdinand Hutahaen beberapa waktu lalu yang menghebohkan publik, perlu dirunut ke belakang. Benarkah ketika cuitan itu dibuat tengah terjadi dialog imajiner atau tidak, atau murni bermuatan politis.
Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel sudah membuat analisa tentang twit tersebut.
“Kasihan sekali Allahmu ternyata lemah harus dibela. Kalau aku sih Allahku luar biasa, maha segalanya, DIA lah pembelaku selalu dan Allahku tak perlu dibela.” begitu isi kicauan Ferdinand yang setelah bikin heboh buru-buru dihapus pemiliknya.
Segera setelah dihapus, Ferdinand membuat video klarifikasi dan permintaan maaf dengan mimik tanpa rasa bersalah. Dia bilang, twit itu dibuat sebagai ungkapan dialog imajiner kebatinannya.
Reza Indragiri menilai, jika dirunut ke belakang, kicauan Ferdinand tidak bermuatan kontemplatif apalagi berupa self takl atau dialog internal. Dia menilai, justru banyak yang agresif bahkan ofensif. Makanya patut dipertanyakan seberapa jauh kebenaran alibinya kali ini.
Jpnn memberitakan, Reza Indragiri juga mencermati berbagai kicauan Ferdinand di media sosial dan memang tak terlepas dari latar belakangnya sebagai politikus. Dia bilang, yang sering terbaca adalak twit bertema in-group versus out-group, bipolar, dua sisi dan antagonistik antar kubu.
“Pengotak-ngotakan cara pandang seperti itu merupakan salah satu corak berpikir politik,” ucap Reza.
Apalagi, karena keterbatasan karakter yang disediakan Twitter maka isyu kompleks diperas secara paksa ke dalam 140 karakter saja. Akhirnya menjadi semakin simplistis dan judgemental tanpa topangan argumentasi.
Boleh saja Ferdinand mengatakan bahwa kicauan itu merupakan dialog imajiner pibadinya. Namun proses hukum terlanjur tak bisa dihindari sebab Ketua Umum DPP KNP Haris Pratama dan Brigade Muslim Indonesia sudah melayangkan laporan terkait kebencian SARA ke pihak Kepolisian.[]