Kisah Serdadu KNIL dan Sarinah
- Serdadu KNIL punya nama kolektif, yaitu Jan Fuselier. Istri-istri mereka dipanggil Sarinah.
- Setelah KNIL bubar, nama Jan Fuselier lenyap. Sarinah abadi.
JERNIH — Yang kita ketahui tentang KNIL dan Sarinah mungkin terbatas pada dua hal. Bahwa KNIL adalah akrononim Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger, atau Tentara Kerajan Hindia-Belanda, dan Sarinah adalah nama perempuan pribumi di Hindia Belanda.
Sesuatu yang nggak salah. Namun, jika sejenak membaca perjalanan sejarah KNIL, mungkin kita tahu lebih banyak tentang keduanya.
VOC Bangkrut, KNIL Muncul
VOC bangkrut di penghujung abad ke 18, tepatnya Desember 1799, namun pemerintah Kerajaan Belanda masih memperpanjang hak ooktroij dua kali untuk penyelesaian administrasi seluruh properti dan kekayaan kongsi dagang itu.
Pada 28 Agustus 1814 tak lama setelah pengalihan seluruh properti VOC ke Kerajaan Belanda dan pemulihan definitif Belanda di Hindia, KNIL dibentuk sebagai bagian Tentara Kerajaan Belanda.
Antara 1820-1830 terjadi perkembangan signifikan. KNIL menjadi kekuatan yang berfungsi mandiri, dan perlahan-lahan lepas dari induknya, yaitu Tentara Kerajaan Belanda.
Prajurit KNIL punya panggilan kolektif, yaitu Jan Fuselier. Istri-istri prajurit KNIL juga punya sebutan kolektif, yaitu Sarinah.
Semula, KNIL tidak merekrut personel di tanah jajahan, tapi dari sejumlah negara Eropa; Jerman, Belgia, dan Swiss. KNIL juga merekrut personel di AS, serta dua negara Afrika; Kerjaan Ashanti — kni bernama Republik Ghana — dan Burkina Faso.
Perekrutan pribumi Hindia-Belanda terjadi belakangan, dengan Jawa dan Maluku menjadi paling dominan. Belakangan, KNIL juga merekrut personel dari berbagai suku lain di Hindia-Belanda.
Sejak berdiri 1814 hingga 1909, Werfdepot Kolonial — depot tentara kolonial KNIL — terletak di kota kecil Harderwijk. Di sini, calon-calon prajurit KNIL dari berbagai negara bertemu, menunggu ditempatkan di Hindia-Belanda.
Harderwijk sering disebut ‘lubang selokan Eropa’, karena personel militer — yang harus menunggu cukup lama sebelum ditempatkan — hanya bergerak dari barak ke tempat mabuk dan rumah pelacuran.
Tahun 1909 depot Werfdepot dipindahkan ke Nijmegen. Harderwijk menjadi kota garnisun.
Jumlah Personel KNIL
Situs historiek.net menulis tahun 1832 KNIL berkekuatan 21.486 personel dengan 640 perwira. Tahun 1882 jumlah personel membengkak jadi 30 ribu tentara. Tahun 1930 meningkat lagi menjadi 37 ribu.
Jumlah personel sebanyak itu harus menjaga wilayah Hindia-Belanda yang sedemikian luas. KNIL tidak pernah dipersiapkan menghadapi serangan dari luar, tapi menumpas pemberontakan.
Perang Aceh tercatat sebagai konflik bersenjata yang melibatkan KNIL paling lama, setidaknya sampai pergantian abad ke-19 ke abad ke-20, atau beberapa tahun sebelum Perang Dunia I meletus.
Di perang ini pula seluruh personel dari berbagai negara Eropa dan Afrika terlibat. Itu terlihat dari nama-nama yang tertera di Gerbang Kerkhof, Banda Aceh. Di perang ini pula reputasi KNIL sebagai tentara brutal dan keji menggema ke sekujur Hindia-Belanda.
Sebagai tentara yang dipersiapkan menumpas pribumi tak bersenjata modern, KNIL kelabakan dan tak bisa melawan ketika menghadai invasi Jepang 1942. Jepang mendara di Pulau Jawa nyaris tanpa darah dan hanya sesekali meletuskan senjata.
KMB Selesai, KNIL Bubar
Juli 1950, beberapa bulan setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) selesai dan penyerahan kedaulatan terlaksana, KNIL bubar. Alasan pembubaran adalah kesepakatan internasional yang dibuat di KMB.
Sebagian kecil prajurit dan pimpinan KNIL ditempatkan di Angkatan Darat Kerajaan Belanda. Beberapa personel KNIL pensiun lebih cepat. Mereka yang berasal dari Maluku, jumlah tak diketahui, dikirim ke Belanda.
Tahun 1951, banyak mantan KNIL keturunan Maluku yang datang bersama keluarga ke Belanda. Mereka melanjutkan hidup di negeri yang pernah mereka bela.
Bersamaan dengan pembubaran KNIL, Jan Fuselier — nama kolektif prajurit KNIL — hilang begitu saja. Sedangkan nama Sarinah abadi. Sarinah yang kita ketahui tentu saja bukan lagi nama istri-istri prajurit KNIL, tapi individu perempuan dari etnis tertentu.