Moldova Menuduh Rusia Mencoba Merekrut Warganya untuk Berperang di Ukraina
Rusia mengerahkan pasukan di beberapa daerah termasuk Transdniestria untuk eskalasi lebih lanjut di Ukraina.
JERNIH – Pemerintahan Moldova menuduh tentara Rusia berusaha merekrut warga negaranya untuk berperang di Ukraina. Sebelumnya intelijen militer Inggris mengatakan bahwa Moskow berusaha untuk mengisi kembali pasukannya di Ukraina dengan merekrut orang di wilayah Transdniestria yang memisahkan diri.
Transdniestria adalah sebidang tanah sempit yang dikuasai oleh separatis pro-Rusia yang membentang di sepanjang timur Moldova dan berada dalam jarak sekitar 40 km dari pelabuhan Odesa di Ukraina.
“Tindakan seperti itu tidak mendorong perdamaian bagi kita semua, sesama warga negara, untuk keluarga kita. Hal-hal seperti itu sangat berbahaya dan harus dihentikan,” kata Menteri Luar Negeri Moldova Nicu Popescu, Kamis (14/4/2022)
Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut tetapi mengatakan bahwa pejabat kementerian luar negeri Moldova secara teratur bertemu dengan duta besar Rusia dan menegaskan bahwa posisi Moldova tentang masalah itu sangat jelas.
Kementerian luar negeri Moskow tidak segera menanggapi permintaan komentar. Reuters tidak dapat segera memverifikasi apakah tentara Rusia telah berusaha merekrut orang-orang Moldova.
Secara terpisah, Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Hanna Malyar mengatakan bahwa Rusia mengerahkan pasukan di beberapa daerah termasuk Transdniestria untuk “eskalasi lebih lanjut” di Ukraina.
Moldova mengatakan bulan lalu bahwa mereka sedang memantau situasi di Transdniestria, di mana diperkirakan 1.500 tentara Rusia berpangkalan, tetapi tidak melihat perubahan signifikan sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai pada 24 Februari.
Pihak berwenang Transdniestria pada hari Senin membantah bahwa Rusia melakukan persiapan militer di wilayahnya yang mengancam Ukraina.
Moskow menyebut tindakannya di Ukraina sebagai “operasi khusus” untuk menghancurkan kemampuan militer Ukraina dan membasmi apa yang dipandangnya sebagai nasionalis berbahaya. Tetapi Ukraina dan Barat mengatakan Rusia melancarkan perang agresi yang tidak beralasan. [Reuters/CNA]