CrispyVeritas

20 Tahun Peristiwa 9/11: Pengorbanan Taliban Melindungi Usamah bin Ladin

Kekuatan Taliban terletak pada ketiga pimpinannya, Mullah Omar, Mullah Akhtar Mohammad Mansoor–keduanya telah meninggal–dan Shaikh Haibatullah Akundzada. Penjelasan relijius tentang penolakan Taliban menyerahkan Usamah Bin Ladin, yakni ajaran Islam tidak mengajarkannya untuk mengkhianati sesama Muslim, meski kepala Bin Ladin berharga 10 juta dolar AS dan Taliban harus menderita 20 tahun.

JERNIH — Dua hari lagi AS memperingati peristiwa 9/11, serangan dua pesawat sipil ke menara kembar World Trade Center (WTC), pada 11 September 2001.

Di New York, terutama di lokasi WTC, akan ada seremoni untuk mengenang peristiwa itu. Di Kabul, mungkin ada peristiwa lain, yaitu penyangkalan bahwa Taliban terlibat dalam serangan itu.

Rahimullah Yusufzai menulis di Arab News secara pribadi pemimpin Taliban mengatakan mereka telah banyak berkorban untuk Al Qaidah, tapi tidak secara terbuka mengakui telah menyembunyikan Usamah bin Ladin.

Mereka juga tidak pernah mengakui Afghanistan digunakan Al Qaidah untuk mempersiapkan serangan 9/11 dan banyak operasi lainnya.

Taliban sadar mereka kehilangan kekuasaan di Afghanistan setelah serangan 9/11, ketika Presiden George Bush melancarkan serangan balas dendam pada Oktober 2001 untuk menghancurkan Al Qaidah dan menggulingkan Taliban.

Ada kesenjangan antara posisi pribadi dan publik di kalangan pemimpin Taliban, dan itu membuktikan kelompok bentukan Mullah Mohamad Omar ini tidak ingin bertanggung jawab atas serangan 9/11.

Penyangkalan itu dimaksudkan untuk memperkuat asumsi bahwa Taliban adalah korban balas dendam AS atas Al Qaidah.

Kini, 20 tahun setelah peristiwa 9/11, AS belum tahu apakah Taliban masih berhubungan dengan Al Qaidah. Washington dan PBB mengklaim Taliban belum memutus hubungan dengan Al Qaidah, dengan memberi nama anggota dan afiliasi Al Qaidah yang tewas di berbagai provinsi saat berperang bersamanya.

Taliban mengecam klaim itu sebagai propaganda dan membantah. Reaksi yang tidak mengejutkan, karena Taliban — sesuai perjanjian damai Taliban-AS di Doha — mengaku setuju memutus hubungan dengan Al Qaidah.

Saling Curiga

Sejak awal, Taliban memiliki hubungan samar-samar dengan Al Qaidah secara kontroversial. Keduanya memiliki pandangan politik saling bertentangan; Taliban penganut Sunni, Al Qaidah berideologi Wahabbi.

Yang juga agak aneh adalah, anggota Taliban adalah orang Afghanistan dari berbagai etnis, yang punya pengalaman bertarung dan mengalahkan Inggris, Uni Soviet, dan AS. Sebagian besar anggota Al Qaidah adalah orang Arab yang berasal dari negara berbeda.

Anggota Al Qaidah membengkak dan berdatangan ke Afghanistan terinspirasi seruan perang Usamah bin Ladin.

Pertemuan pertama Bin Ladin dan pemimpin Taliban terjadi di Jalalabad pada 26 November 1996, beberapa hari sebelum Taliban merebut Kabul dan mengakhiri perang sipil pasca-kepergian Uni Soviet.

Delegasi Taliban dipimpin Mullah Mohammad Sadiq, yang kehilangan putranya dalam pertempuran melawan Mujahiddin di Provinsi Logar. Sebelum pertempuran itu, putra Mohammad Sadiq dikirim ke rumah Bin Ladin di pinggiran Jalalabad untuk berbicara dan mencari tahu tentang rencana masa depan organisasi itu.

Taliban tidak yakin Bin Ladin akan tetap tinggal di Jalalabad, meninggalkan Afghanistan, atau bersama Mujahiddin melarikan diri setelah kekalahan mengenaskan sebelum kejatuhan Kabul.

Rahimullah Yusufzai adalah saksi percakapan antara Mullah Sadiq, Mullah Mohammad Rabbani — yang mewakili Taliban dalam pertemuan itu — Mullah Borjan, komandan militer tertinggi Taliban. Ketiganya berusaha membingkai posisi Taliban sebelum berunding dengan Bin Ladin.

Ketiganya menyatakan keberatan dan mengambil sikap tegas sebelum memutuskan untuk membiarkan Bin Ladin tinggal di daerah yang dikendalikan Taliban.

Akhinya, masalah terselesaikan setelah Bin Ladin menyatakan setia kepada Taliban dan menerima Mullah Omar sebagai Amirul Mukminin. Setelah itu, Bin Ladin berjanji setia kepada Mullah Omar, yang disampaikan kepada pemimpin Taliban itu melalui wawancara.

Amirul Mukminin, atau panglima kaum beriman, adalah otoritas akhir atas setiap masalah yang menyangkut kelompok itu. Sebagai Amirul Mukminin, Mullah Omar tidak bertanggung jawab kepada siapa pun. Namun setiap anggota bertanggung jawab kepadanya. Keputusannya harus dipatuhi, melanggar perintahnya adalah dosa.

Jika ada faktor umum yang membuat Taliban dan Al Qaidah kuat dan relevan adalah kemampuan mereka bertahan hidup secara bersatu sebagai kelompok militan. Jika tidak, keduanya mungkin telah berpisah berkali-kali.

Di belakang Taliban, yang muncul tahun 1994 di Kandahar, terdapat pemimpin tertinggi yang mampu menjawab mengapa kelompok ini sedemikian solid. Di balik Al Qaidah terdapat Usamah bin Ladin, pendiri yang cerdas.

Selama 27 tahun, Taliban — yang sebagian besar anggotanya berasal dari Mujahiddin, kelompok saingannya — sedemikian kokoh. Para pemimpinannya menolak godaan politik dan finansial untuk membelot atau melancarkan perang terpisah terhadap faksi-faksi Mujahidin dan pasukan AS-NATO.

Meski ada perpecahan kecil, salah satunya dipimpin Mullah Mohammad Rasool, tapi tidak mampu meruntuhkan Taliban.

Tiga Pemimpin Tertinggi

Sejauh ini Taliban memiliki tiga pemimpin tertinggi. Salah satunya Mullah Mohammad Omar, ulama desa semi melek huruf dari Kandahar dan pendiri Taliban. Ia memimpin Taliban sampai kematiannya pada 2016.

Kepemimpinannya tidak tertandingi, bahkan kematiannya dirahasiakan selama hampir dua tahun untuk menjaga keutuhan Taliban. Saat itu, banyak pemimpin Taliban khawatir terjadi perpecahan setelah sang pendiri dan pemimpin tertinggi wafat.

Dua pemimpin lainnya adalah Mullah Akhtar Mohammad Mansoor, komandan militer kontroversial yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS di Provinsi Balochistan, Pakistan.

Satu lainnya adalah Shaikh Haibatullah Akundzada, ulama terhormat yang memimpin Taliban menuju kemenangan militer terbesar.

Mullah Omar menolak menyerahkan Usamah bin Ladin ke AS setelah serangan 9/11. Tekanan luar biasa diberikan kepadanya, termasuk ancaman invasi AS ke Afghanistan, tapi ribuan ton AS tidak membuatnya berubah pikiran.

Pakisan, yang dekat dengan Taliban, juga menekan melalui ulama dan Intelejen antar-Layanan (ISI) agar Mullah Omar menyerahkan Bin Ladin ke AS atau Arab Saudi. Upaya ini juga gagal.

Taliban dikalahkan AS dalam beberapa pekan karena tidak memiliki perlindungan dari kekuatan AS. Namun, mereka tidak menderita banyak korban. Mereka hanya mundur dan melebur ke dalam populasi perdesaan.

Ketika AS menyerbu, Al Qaidah memutuskan pergi ke Tora Bora, perbatasan Afghanistan-Pakistan. AS tahu Bin Ladin berada di sana Desember 2001, dan wilayah itu menghadapi serangan bom luar biasa berat.

Rangkaian peristiwa itu memuncak dalam invasi AS, runtuhnya rezim Taliban dan kematian sejumlah pejuang. Untuk semua ini, Mullah Omar punya penjelasan relijius tentang penolakannya menyerahkan Usamah Bin Ladn, yaitu ajaran Islam tidak mengajarkannya untuk mengkhianati sesama Muslim, meski kepala Bin Laden berharga 10 juta dolar AS. [ ]

Back to top button