Akanksha Arora, Wanita Calon Sekjen PBB Berusia 34 Tahun
- PBB tidak pernah punya wanita sebagai sekjen.
- Kini seorang wanita usia 34 tahun kelahiran India memberanikan diri melamar sebagai sekjen.
- Akanksha Arora mengatakan seperti kebanyakan orang, ia kecewa dengan PBB.
- Ia berjanji mengubah PBB, meski dia tidak punya pengalaman diplomasi.
JERNIH — Biasanya, dan selama bertahun-tahun, posisi sekretaris jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) diduduki laki-laki, tua, dan mantan diplomat senior.
Kini, PBB akan punya sekretaris jenderal seorang perempuan dan berusia 34 tahun. Namanya Akanksha Arora.
Arora bergabung dengan PBB tahun 2016. Dalam dua tahun dia merasa PBB mengecewakan banyak orang yang membentuknya. Januari 2019, Arora memutuskan tidak ada cara lebih baik untuk membuah perubahan di PBB selain memimpinnya.
Arora mengajukan lamaran untuk menjadi sekretaris PBB berikut. Jika dia berhasil, dia tidak hanya akan menjadi sekjen PBB termuda, tapi wanita pertama yang memimpin organisasi itu.
“PBB mengecewakan orang, tidak melayani mereka yang bertugas di sini,” kata Arora.
Musuh terbesar PBB, menurut Arora, adalah ketidak-mampuannya melayani. Ia juga melihat pengambilan keputusan bukan masalah, tapi implementasi yang selalu gagal.
“Itulah yang menyebabkan hilangnya kepercayaan dan kredibilitas lembaga,” kata Arora. “Orang-orang tidak mengharapkan PBB melakukan apa pun.”
Kurang Pengalaman
Pasti tidak akan mudah bagi Arora menggapai kursi sekjen PBB. Penyebabnya, kurang pengalaman diplomatik. Namun, sebagai generasi milenial, Arora akan menyampaikan visi dan menggalang dukungan dari banyak negara.
Arora mengakui kekurangannya, tapi diplomasi tidak dipelajari dan dikuasai di raung konferensi dan pertemuan politik saja.
Lahir di India, Arora pindah ke Arab Saudi pada usia enam tahun. Ibunya, yang bekerja sebagai ginekolog, menerima tawaran bekerja di Riyadh.
Tiga tahun kemudian, Arora pindah ke India untuk sekolah asrama. Orang tuanya tidak mampu membiayainya sekolah Amerika di Arab Saudi.
Pada usia 18 tahun, Arora ditawari beasiswa di York University, Toronto, Kanada, untuk studi sarjana. Ia berangkat ke Kanada untuk belajar, dan bekerja setelah lulus kuliah.
Tahun 2016 Arora pindah ke New York untuk mulai bekerja dengan PBB.
“Keseluruhan aspek memahami dan menghormati orang adalah diplomasi,” Arora punya pemahaman pribadi soal diplomasi. “Pada akhirnya, merawat, menghargai, dan mengakul keragaman, itulah diplomasi.”
Daftar Prioritas
Menurut Arora, urutan pertama dalam daftar prioritas yang ingin ditangani adalah krisis pengungsi. Arora membayangkan PBB seharusnya menjadi penjaga pengungsi.
Menurut Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), 79,5 juta orang di seluruh dunia terpaksa meninggalkan rumah. Di antara mereka hampir 46 juta pengungsi. Dari jumlah itu, 26 juta adalah pengungsi berusia di bawah 18 tahun.
“PBB memiliki tanggung jawab untuk memprioritaskan diskusi seputar pengungi,” kaanya. “Kita tidak dapat membiarkan pengungsi tinggal di kamp selama satu dekade. Itu adalah penguncian 10 tahun.”
Prioritas lain adalah iklin, pendidikan, teknologi, dan pemulihan ekonomi pasca pandemi. Arora merasa banyak pekerjaan yang perlu dilakukan untuk pemberdayaan perempuan, tidak hanya di PBB tapi juga secara global.
PBB tidak pernah memiliki wanita sebagai sekretaris jenderal. Padahal, lima tahun lalu, tujuh dari 13 kandidat adalah perempuan.
Satu-satunya wanita yang mencapai posisi tertinggi di PBB adalah Amina Mohammed dari Nigeria. Dia adalah wakil sekjen PBB saat ini.
“Ini saatnya kami menunjukan kepada dunia apa yang dapat dicapai oleh kepemimpinan perempuan,” katanya.