AS Lampaui 700 Ribu Kematian Covid-19, Setara Populasi Washington, DC
![](https://jernih.co/wp-content/uploads/Covid-19-di-ASGetty-Images-2.jpg)
Virus corona global terbaru memuncak pada akhir Agustus dan terus menyebar dengan cepat, terutama di Amerika Serikat.
JERNIH – Kematian akibat Covid-19 di Amerika Serikat (AS) melampaui 700 ribu pada Jumat (1/10/2021), menurut angka dari Universitas Johns Hopkins. Jumlah korban itu kira-kira setara dengan populasi ibu kota negara itu, Washington.
Kesedihan itu terlihat dengan rata-rata lebih dari 1.000 meninggal setiap hari, di negara di mana 55,7 persen populasi sekarang sepenuhnya divaksinasi, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS.
Setelah tanggapan awal soal pandemi yang menyulut kritik, Amerika Serikat sejak itu melakukan pengaturan dan peluncuran vaksin paling efektif di dunia. Tapi tetap saja negara Paman Sam itu mencatat kematian paling banyak di dunia, jauh melebihi negara lainnya seperti Brasil dan India. Hal ini seiring dengan munculnya kasus-kasus baru terpacu penyebaran varian Delta yang sangat menular.
Virus corona global terbaru memuncak pada akhir Agustus dan terus menyebar dengan cepat, terutama di Amerika Serikat. Kampanye vaksinasi yang diluncurkan oleh otoritas AS pada bulan Desember – yang telah mencapai puncaknya pada bulan April, dengan lebih dari empat juta suntikan per hari, telah melambat secara signifikan.
Penggunaan masker tetap menjadi masalah politik di sebagian besar negara. Beberapa gubernur Partai Republik, seperti di Texas dan Florida, telah berusaha untuk melarang penggunaan masker di negara bagian mereka, dengan alasan kebebasan individu.
Negara bagian Demokrat California di sisi lain mengumumkan pada hari Jumat bahwa vaksinasi Covid akan wajib untuk semua siswa.
Di Washington, ratusan ribu bendera putih berkibar di rerumputan di National Mall, tidak jauh dari Gedung Putih, sebagai pengingat bagi mereka yang telah meninggal karena Covid di Amerika Serikat.
Hampir 4,8 juta orang di seluruh dunia telah meninggal sejak wabah dimulai di China pada Desember 2019, menurut penghitungan AFP dari sumber resmi. [*]