Crispy

Cina ‘Memburu’ Pengunjung Wuhan

Di beberapa negara, orang Cina mengalami tindakan rasisme akibat wabah korona virus. Di Cina, penduduk sejumlah kota memburu pengunjung Wuhan — episenter penyebaran virus korona — atau mereka yang melakukan perjalanan ke Wuhan dalam dua pekan terakhir.

Menjelang akhir libur Imlek, penduduk Beijing menutup diri. Mereka mencari penduduk yang baru pulang dari luar kota, dan memintanya menceritakan kota-kota yang dikunjungi. Jika mengunjungi Wuhan, penduduk kota akan membawanya ke rumah sakit untuk menjalani tes.

Tindakan ekstrem diambil satu distrik di utara kota Shijiazhuang. Di sini, warga menawarkan hadith 2.000 yuan, tau Rp 4 juta, kepada siapa saja yang memberi informasi individu mengunjungi Wuhan atau kota-kota di Propinsi Hubei.

Hadiah serupa juga diberikan kepada penduduk yang mengetahui adanya warga Wuhan, yang sedang berlibur di kota Shijiazhuang.

Virus Korona: Cina Sebut AS tak Bermoral

Seorang penjaga keamanan di pintu masuk Beijing mengatakan; “Anda tinggal di sini dan melakukan perjalanan ke Wuhan, maka Anda tyda bisa masuk.”

Menurutnya, orang-orang dari Hubei dapat membawa virus dan menginfeksi orang lain. Jadi, siapa pun yang bepergian ke Hubei, harus memberi tahu komite lingkungan saat akan kembali.

Cina menutup Wuhan, dengan menghentikan transportasi dari dan ke kota itu. Tidak ada perjalanan wisata. Penduduk dari luar Wuhan dilarang masuk, dan warga Wuhan tidak bolec keluar.

Sejauh ini, tindakan itu cukup efektif. Di Wuhan, virus terus meyebar. Korban terinfeksi, menurut data terbaru, mencapai 17 ribu lebih, dengan 362 orang tewas. Sebagian besar korban terinfeksi dan tewas adalah penduduk Wuhan.

Di Beijing, ibu kota Cina, terdapat 191 kasus. Sepekan lalu, komisi Kesehatan Cina mendesak desa-desa di sekujur negeri meningkatkan pengawasan, dengan mencari orang yang melakukan perjalanan ke Wuhan, atau orang Wuhan yang sedang berkunjung.

Memasuki hari-hari terakhir libur Imlek, pemerintah daerah berada di bawah tekanan untuk menangkap siapa saja yang mengunjungi Propinsi Hubei.

Thailand Sembuhkan Pasien Korona Virus dengan Campuran Antiflu dan Anti-HIV

“Jika ada yang terlihat asing dan menyeret koper, saya akan meminta mereka mendaftar,” ujar seorang wanita yang bekerja di sebuah kompleks di Beijing.

“Saya sangat khawatir,” lanjut wanita yang menyebut nama singkatnya, Mei.

Pelacakan Dari Bawah

Meski beberapa lingkungan mengambil sikap ekstrem, dengan memblokir pengunjung dan penduduk dari Propinsi Hubei, masih banyak kemungkinan pelancong kembali dan datang.

Xu Aimin, sekretaris lingkungan permukiman di Beijing, mengatakan setelah mereka akan dicegah masuk ke permukiman. Namun jika surah masuk ke rumah, mereka tidak boleh keluar.

“Jika perlu makanan, komite lingkungan dapat melakukannya untuk mereka,” katanya.

Di kota-kota di Propinsi Hubei, warga menelika ganggilan telepon setiap hari. Selama karantina, setiap warga harus melaporkan suhu tubuh mereka.

Xu mengatakan komite lingkungan, yang mengelola kompleks apartemen pengan 2.400 rumah tanga di dalamnya, mengetui setiap pintu untuk memeriksa catatan pengehuni.

“Informasi kami peroleh dari bawah dan diteruskan ke atas,” katanya. “Kami juga memoriosa riwayat perjalanan setiap penduduk.”

Jutaan Warga Cina Saksikan Live Streaming Pembangunan Dua Rumah Sakit

Menurut Xu, pemerintah ingin menjadikan setiap orang sumber informasi. Jika penghuni apartemen tidak mempercayai orang di sebelah, mereka harus segera menghubungi komite lingkungan.

Virus korona menyebar ke seluruh Cina, Messi langkah-langkah pencegahan terus dilakukan di Propinsi Hubei.

Minggu, 2 Februari 2020, pemerintah Cina menutup Wenzhou — kota berpenduduk semblant juta yang melaporan ratusan kasus. Wenzhou berjarak 800 kilometer dari Wuhan.

Stigma Wuhan

Menutup lingkungan dari penduduk luar, atau mencegah penduduk ke luar rumah, bukan tanpa risiko. Warga yang frustrasi akan bereaksi.

Inilah keprihaninan Pemerintah Cina saat ini. Sabtu lalu, pemerintah Cina mengingatkan pemimpin masyarakat di lapis bawar bahwa mereka tidak memiliki kekuatan untuk menghentikan orang memasuki lingkungan mereka setelah melewati pemeriksaan suhu.

Gou Hairong, penduduk Beijing yang kembali dari Chengdu, mengatakan dua hari lalu dilarang masuk ke kompleks-nya. Ia mengyelandang di stasiun kereta sebelah barat Beijing, setelah lingkungan permukiman menolaknya masuk.

“Jika mereka benar-benar tidak membiarkan saya kembali, saya akan membeli tiket ke Chengdu,” katanya.

Menjadikan orang Wuhan, dan seluruh Propinsi Hubei, sebagai sasaran membuat pemerintah Cina mengkhawatirkan munculnya stigma Wuhan.

Pasien Virus Korona Meninggal, Publik Filipina Marah dan Cemas

“Bagaimana Anda melihat Wuhan adalah bagaimana dunia melihat Cina,” tulis seorang pengguna Weibo, media sosial Cina.

Lycy Huang, pembuat film dokumenter yang tinggal di Beijing, mengatakan di awal watah ada kecenderungan semua orang mengkritik warga Hubei dan Wuhan.

“Sebagai penduduk asli Wuhan, saya santa terluka,” katanya. “Saya kecewa, orang tidal punya rasa simpati.”

Namun Huang menyadari perlunya kehati-hatian. Namun, katanya, musuh Cina saat ini bukan orang Hubei atau Wuhan tapi virus korona.

Back to top button