Disodori Vaksin Sinovac, Korut: Kasih ke Negara yang Membutuhkan Aja
- Juli lalu, Korut menolak vaksin AstraZeneca karena tak punya ruang penyimpanan.
- Kini, Korut diduga menolak vaksin Sinovac karena meragukan kemanjurannya.
- Namun, Korut mengatakan akan tetap berhubungan dengan program Covax, karena butuh vaksin beberapa bulan lagi.
JERNIH — Korea Utara (Korut) menolak tiga juta dosis vaksin Covid-19 buatan Cina, dan mengatakan; “Kasih ke negara yang membutuhkan saja.”
Badan PBB untuk Anak-anak (Unicef), Kamis 2 September, mengatakan Kementerian Kesehatan Korut menghubungi Unicef agar mengalihkan vaksin itu negara yang membutuhkan.
Korut masuk dalam program Akses Global Vaksin Covid-19 atau (Covax). Sebagai negara berpenghasilan rendah, menurut standar Barat, Korut mendapat jatah 2,97 juta dosis vaksin Sinovac.
Namun, Korut adalah negara pertama yang memberlakukan penguncian ketat untuk mencegah penyebaran virus korona. Pyongyang menutup perbatasannya sejak Januari 2020.
Sejauh ini Korut belum melaporkan kasus terjangkit virus korona, dan Pyongyang mengklaim tidak menemukan penduduknya terpapar. Klaim yang diragukan analis internasional.
Namun, Pyongyang harus membayar mahal keputusannya menutup diri dengan bencana ekonomi. Situasi makin serius, setelah Korut mengalami gagal panen dan menghadapi kekurangan pangan.
Meski menolak vaksin Sinovac, Pyongyang berjanji terus berkomunikasi dengan Covax untuk menerima vaksin beberapa bulan mendatang.
Juli lalu, sebuah think tank Korsel yang berafiliasi dengan agen intelejen Seoul mengatakan Pyongyang juga menolak pengiriman vaksin AstraZeneca yang ditawarkan dengan skema Covax.
Saat itu, menurut sumber di Seoul, alasan Pyongyang adalah khawatir efek samping vaksin AstraZeneca.
Institut Strategi Keamanan Nasional Korsel mengatakan alasan sebenarnya adalah Korut tidak punya lemari pendingin yang cukup untuk menyimpan vaksin AstraZeneca, Pfizer, atau Moderna.
Soal penolakan vaksin Sinovac, Korut meragukan kemanjuran vaksin negara sekutunya.