Gempa Turkiye/Suriah Hancurkan Tiga Kota Paling Bersejarah
- Aleppo sedang mengalami perbaikan besar-besaran setelah direbut tentara Suriah dari pemberontak.
- Sanliurfa menyisakan sedikit peninggalannya dan butuh waktu lama untuk perbaikan.
- Kehancuran Antakya bikin komunitas Yahudi menangis.
JERNIH — Gempa 7,8 skala Richter (SR) yang menghantam Turkiye dan Suriah menghancurkan tiga kota kuno paling bersejarah; Antakya/Antioch, Sanliurfa, dan Aleppo.
Antakya/Antiokhia
Antakya, atau Antioch atau Antiokhia, berpenduduk 250 ribu jiwa dan terletak di selatan-tengah Turkiye. Kini, kota yang pernah menjadi pusat kekristenan awal dan titik pementasan utama Jalur Sutera, menjadi puing.
Di masa jayanya, kota yang diirikan Alexander The Great, mampu menyaingi Aleksandria. Kota melewati sejarahnya dengan menerima banyak pengaruh; Romawi, Helenistik, Bizantium, dan Ottoman, sebelum menjadi kota otonom di Suriah yang dikuasai Prancis sertelah Perang Dunia I dan Turkiye tahun 1939.
Kini, sedikit yang tersisa dari kota itu, meliputi kuil, teater, saluran air, dan pemandian megah. Antakya adalah ibu kota Propinsi Hatay di era Turkiye modern.
Meski berada di wilayah Turkiye, Antakya menerima pengaruh Suriah yang sangat kuat. Perang Saudara Suriah menyebabkan Antakya harus menerima pengungsi dalam jumlah besar karena letaknya hanya 20 kilometer dari perbatasan kedua negara.
Antakya juga rumah bagi komunitas Yahudi tertua di selatan Turkiye. Kini, sinagog simbol kehadiran Yahudi di Antakya rusak berat akibat gempa.
Sebagai ekspresi dari ketakutan akan komunitas Yahudi di Antakya, Ishak Ibrahimzade — presiden komunita Yahudi di kota itu — menulis di Twitter; “Akhir dari kisah cinta berusia 2.500 tahun.”
Sanliurfa
Sebelumnya, kota ini bernama Urfa Agung. Kota ini adalah rumah bagi struktur megalitik tertua di dunia. Terletak di Gobekli Tepe, Sanliurfa ditetapkan PBB sebagai situs warisan dunia.
Sekitar 7.000 tahun sebelu piramida Mesir dibangun, pemburu pengumpul mendirikan kandang monumental dengan pilar berbentuk T yang khas di Sanliurfa. Gempa membuat situs itu hancur, dan Unesco menangis.
Sanliurfa, terletak di tenggara Anatolia, sempat bernama Edessa. Saat itu, Edessa adalah pusat utama Suriah dan diduduki Tentara Salib, sebelum dianeksasi Kekaisaran Ottoman.
Kota ini juga menyimpan sejarah berdarah ketika tahun 1895 sebanyak 3.000 orang Armenia yang berlindung di katedral dibakar hidup-hidup.
Sanliurfa di era Turkiye modern adalah ibu kota salah satu propinsi termiskin di tenggara. Sanliurfa harus menanggung akibat Perang Saudara Suriah dengan menampung ribuan pengungsi.
Kini, seperempat penduduk Sanliurfa adalah pengungsi Suriah.
Aleppo
Sejak 4.000 SM Aleppo tak pernah sepi. Kota ini sangat strategis karena terletak di antara Mediterania dan Mesopotamia di Irak.
Sebelum gempa, Aleppo — kota terbesar kedua di Suriah — babak belur akibat pertempuran empat tahun; 2012-2016. Aleppo saat itu dikuasai pemberontak, direbut Suriah dengan mengubahnya menjadi reruntuhan.
Juli 2015 sebuah ledakan menghancurkan sebagian benteng yang mengelilingi citadel abad ke-13. September 2012 kobaran api menyapu toko-toko kuno di souk, atau pasar kota yang terkenal. Apsil 2013, menara masjid bersejarah Bani Umayah runtuh selama pertempuran sengit.
Setelah tak lagi menjadi lokasi pertempuran, upaya restorasi besar-besarn dijalankan. Souk dibuka kembali, tapi gempa menghancurkannya lagi.
Unesco mengatakan kerusakan Aleppo sangat signifikan. Menara barat tembok kota tua runtuh. Beberapa bangunan pasar melemah dan bisa ambruk kapan saja.