Gubernur Anies: Jakarta Tak Melebih-lebihkan Data Kematian Covid-19
“Pada waktu itu sebagian menyampaikan Jakarta melebih-lebihkan, membesar-besarkan, menakut-nakuti. Sekarang, kita sudah jalan dua tahun, tidak ada yang kita takut takuti. Itu fakta bahwa ada problem besar yang sedang mengancam kota kita”
JAKARTA – Isu melebih-lebihkan data kematian ramai diembuskan pada awal pandemi Covid-19, saat Pemprov DKI Jakarta menyampaikan fakta tentang pelayanan pemakaman oleh Dinas Pertamanan dan Hutan Kota mengalami lonjakan signifikan antara Februari hingga Mei 2020.
Demikian dikatakan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, guna meluruskan isi data kematian akibat Covid-19, dalam siaran Youtube pribadinya, di Jakarta, Minggu (13/2).
“Pada waktu itu sebagian menyampaikan Jakarta melebih-lebihkan, membesar-besarkan, menakut-nakuti. Sekarang, kita sudah jalan dua tahun, tidak ada yang kita takut takuti. Itu fakta bahwa ada problem besar yang sedang mengancam kota kita,” ujarnya.
Menurut dia, data kematian tidak pernah ditutupi dan pihaknya mencatat lengkap data tersebut. Faktanya, pelayanan pemakaman yang dilakukan oleh Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI mengalami lonjakan signifikan.
“Lonjakan mulai Februari 2020, kemudian pada Maret, mulai mengalami lompatan jumlah, lalu di April tinggi dan Mei 2020 tinggi sekali,” katanya.
“Fakta kita sampaikan apa adanya dan data kematian tidak pernah kita tutup tutupi kita melaporkan antara yang sudah di tes sehingga bisa dinyatakan Covid-19 maupun yang oleh dokter didiagnosa Covid-19 tapi belum ada laboratorium. Kita catat semuanya, lalu kita memiliki data yang lengkap atas pelayanan kematian dan peristiwa itu,” lanjut dia.
Kemudian, akibat banyaknya pasien Covid-19 yang meninggal, dirinya menyadari banyak anak-anak di Jakarta yang menjadi yatim, piatu atau yatim piatu.
Atas hal tersebut, pihaknya langsung mengadakan rapat khusus untuk membahas bantuan untuk para anak-anak yang orang tuanya wafat akibat Covid-19. Dari hasil rapat jumlah orang yang meninggal lebih dari 13 ribu jiwa dan mengakibatkan sembilan ribu anak di Jakarta menjadi yatim atau yatim piatu.
“Jika dulu kami tidak terbuka dengan data, maka kita tidak akan tahu berapa jumlah anak yang ditinggal orang tuanya karena Covid-19,” katanya.