CrispyDesportareVeritas

Hari Ini 50 Tahun Lalu; Muhammad Ali vs Joe Frazier

  • Pertarungan ini akan selalu dikenang karena kali pertama dua petinju tak terkalahkan bertemu.
  • Ali baru saja lepas dari hukuman pengasingan akibat menolak wajib militer.
  • Frazier menjadi juara saat Ali tidak ada. Namun dia meminjamkan sebagian uang hasil bertinju kepada Ali.
  • Ali dan Frazier saling menyukai, meski berbeda dalam politik.
  • Frazier memaksa Ali mencatatkan kekalahan pertamanya.

JERNIH — Hari ini 50 tahun lalu, Muhammad Ali naik ring lagi setelah menjalani pengasingan empat tahun akibat menolak wajib militer dan protes anti-Perang Vietnam. Lawan yang dihadapi adalah Joe Frazier.

Promotor ‘menjual’ laga ini dengan sebutan Fight of the Century.

Sejak mengalahkan Sonny Liston dan meraih gelar kelas berat dunia, Ali tak lagi bertanding. Joe Frazier sebaliknya, banyak berlaga dan meraih gelar.

Di bawah sorotan lampu Madison Square Garden, Ali berjuang dalam pertarungan 15 ronde. Hasilnya, Ali kalah angka.

Ada banyak hal yang dikenang orang dalam pertarungan ini. Kursi-kursi ring side dipenuhi nama besar; Frank Sinatra, penulis Norman Mailer, Barbra Streisand, Dustin Hoffman, dan Sammy Davis Jr.

Seorang penyiar mengatakan; “Saya tidak akan memperkenalkan orang-orang yang ada di sini. Semua sudah kenal.”

Mike Silver, sejarawan tinju dan penulis The Arc of Boxing serta The Night the Referee Hit Back, hadir pada pertarungan itu.

Tiga ratus juta orang di seluruh dunia; Afrika, Asia, dan Eropa, menyaksikan pertarungan dari layar televisi.

Ketika bel ronde pertama berbunyi, raungan terdengar di seluruh sudut Madison Square Garden.

Cassius Clay, peraih emas Olimpiade Roma 1960 yang kemudian dikenal dengan nama Muhammad Ali, naik ke puncak tinju profesional berkat pertarungan cerdas yang mempesona, gerakan kaki yang hebat, dan penampilan luar ring mengesankan.

Ali merevolusi pertandingan tinju, dan membuat namanya abadi.

Frazier, peraih medali emas Olimpiade Tokyo 1964, dibesarkan di tanah pertanian bagi hasil Carolina Selatan. Ia pindah ke Philadelphia untuk bekerja sebagai loker daging.

Pekerjaan Joe adalah memukul daging sapi dengan tangannya. Dari situ ia sadar akan bakatnya. Kisah hidupnya menginspirasi film Rocky.

Setelah mengalahkan Sonny Liston, Clay mengubah nama menjadi Ali dan mempertahankan gelar kelas berat selama tiga tahun. Tahun 1967 gelarnya dicopot akibat menolak wajib militer.

Tahun 1970, Joe Frazier meraih gelar kelas berat dengan mengalahkan Jimmy Ellis. Sebagai juara, Frazier banyak uang. Ia meminjamkan sebagian uang itu kepada Ali yang benar-benar bangkrut karena tidak boleh bekerja apa pun selama pengasingan.

Frazier diam-diam, atau saat berbicara di depan publik, berkampanye agar Ali diijinkan kembali naik ring.

Ditolak

Silver mengatakan di era itu laga tinju kelas berat lebih penting dibanding pemilihan presiden. Pertarungan Johnson-Jeffries, Dempsey-Tunney, Ali vs Frazier membangkitkan kesadarn politik.

Laga Ali-Frazier, dua juara kelas berat tak terkalahkan, belum pernah terjadi sebelumnya. Itulah pentingnya pertarungan itu.

“Jadi, pertarungan itu bukan tentang hadiah,” ujar Silver. “Ada dimensi lain, yaitu ras, politik, dan Perang Vietnam.”

Sejak memenangkan gelar juara kelas berat, Ali telah mengundang kontroversi. Ia membuang nama Cassius Clay, yang dianggap nama budak.

Saat Kongers mengesahkan UU Hak Sipil 1964, Ali bergabung dengan separatis kulit hitam yang menolak integrasi rasial.

Tahun 1966, AS memasuki tahun kelima keterlibatannya dalam Perang Vietnam. Washington memperluas rancangan militer untuk terlibat dalam skala penuh.

Ali meminta dikeluarkan dari kewajiban berpartisipasi di militer karena berentangan dengan nurani. Permintaan itu ditolak.

Tahun 1967 Ali ditangkap, dinyatakan bersalah pada persidangan berikut, dan dijatuhi hukuman lima tahun penjaran dan denda 10 ribu dolar AS.

“Mengapa mereka meminta saya pergi sejauh 10 ribu mil dan menjatuhkan bom dan menembak orang-orang berkulit cokelat, sementara orang-orang yang disebut Negro di Louisville diperlakukan seperti anjing dan hak asasi kemanusiaan mereka ditolak,” Ali bertanya.

Meriam untuk Negara

Ketika semangat anti-Perang Vietnam terus tumbuh, Ali mengungkap jumlah tidak proporsional orang Afro-Amerika yang tewas di Vietnam.

“Ali menentang perang, dia juga memberikan argumen baru untuk penentangan,” kata Davis. “Dia mengaitkan oposisi perang dalam kerangka kerja perlakuan terhadap Afro-Amerika. Dia berbicara tentang tidak menjadi umpan meriam dan pion.”

Frazier menjadi terkenal di tahun-tahun Ali absen dari ring, tapi juga menjadi pelapis Ali yang lebih kontroversial.

“Frazier muncul untuk melambangkan AS yang lebih puas diri dan konservatif,” ujar Davis. “Pertarungan keduanya seolah mengambil makna tentang tatanan negara, dan pihak mana yang dominan.”

Ali menarasikan Frazier sebagai orang yang mewakili kemapanan. Ali menyebut diri yang berjuang untuk orang-orang tertindas, dan Frazier adalah orang yang mencoba menindas.

Suasana Pertarungan Itu

The Fight of the Century sedemikian luar biasa. Silver mengatakan Ali menyukai Frazier, begitu pula sebaliknya. Saat bertarung, keduanya saling tidak menyukai.

Keduanya bertarung dengan intensitas tinggi. “Frazier melakukan pertarungan yang sulit dipercaya. Ia seolah tak kehilangan kecepatan meski bertarung 15 ronde,” ujar Silver.

Ronde ke-15, Frazier mengkanvaskan Ali dengan hook kiri. Penonton berpikir laga akan usai. Ternyata tidak. Ali bangkit den melanjutkan pertarungan.

Penonton dibuat terkagum-kagum. “Saya nggak tahu bagaimana dia bisa bangkit setelah terkena hook keras Frazier,” Silver mengenang. “Selama bertahun-tahun saya memikirkan itu.”

Ali, menurut Silver, tahu hook itu datang tapi gagal menghindar dengan cepat. Jika pertarungan itu terjadi sebelum dia diasingkan, Ali pasti bisa menghindar.

Yang pasti, itu pertarungan hebat, dengan itensitas tinggi. Ketika laga usai, seluruh juri sepakat memberi kemenangan angka kepada Frazier

Kali pertama Ali mencatat kekalagan dalam karier tinju profesionalnya.

Back to top button