Hari Valentine: Dari Festival Pagan Sampai Teka-teki St Valentine
- Ada tiga orang suci bernama St Valentine. Pertanyaannya, kisah St Valentine mana yang jadi Hari Valentine.
- Era pra-Kristen mengenal Lupercalia, atau festival kesuburan pada 15 Februari.
- Paus Gelasius I mengkristenkan Lupercalia dan mengubah tanggalnya menjadi 14 Februari.
JERNIH — SputnikNews, salah satu situs Rusia, menulis Hari Valentine dipandang banyak orang sebagai non-liburan yang dibuat vendor untuk menjajakan bunga, cokelat, dan kartu merah muda. Namun, kita akan tercengang ketika mempelajari sejarah berdarah di balik semua itu.
Yang kita tahu saat ini adalah semua cerita menakutkan dan penuh darah dikaitkan dengan Halloween. Sedangkan Hari St Valentine, yang pasti Anda ketahui, adalah tentang cinta kasih dan semua yang berkaitan dengan kasih sayang.
Cinta, Romantisme? Kesuburan dan Darah
Banyak orang percaya apa yang kita ketahui sebagai Hari St Valentine, yang dirayakan setiap 14 Februari, pada awalnya adalah festival pagan bernama Lupercalia — festival pastoral Romawi Kuno setiap 15 Februari untuk menyucukan kota.
Informasi lain menyebutkan Lupercalia didedikasikan untuk Faunus, dewa pertanian Romawi Kuno, Romulus dan Remus — dua pendiri Roma.
Festival Romawi kuno adalah tentang kesuburan wanita, bukan cinta romantis, dan tidak ada sepotong cokelat atau mawar terlihat dalam perayaan itu. Para pendeta akan berkumpul di pintu masuk sebuah gua, yang diyakini sebagai tempat Romulus dan Remus dipelihara seekor serigala betina.
Di depan mulut gua pendeta akan mengorbankan seekor kambing (untuk kesuburan) dan seekor anjing (untuk pemurnian).
Kulit kambing akan dipotong-potong dan dicelupkan ke dalam darah korban. Para imam membawa potongan-potongan kulit berdarah ke jalan-jalan, yang diyakini akan membuat wanita-wanita Romawi saat itu segera hamil.
Cerita berlanjut, pada akhir Februari wanita yang subur menaruh potongan papirus bertulis nama masing-masing dalam guci besar. Bujangan kota yang secara biologis layak menikah akan memilih salah satu nama wanita itu untuk menjadi pasangan selama satu tahun ke depan.
Jika berjalan lancar, terkadang mereka tidak sekedar berpasangan tapi melanjutkan ke pernikahan.
Pada akhir abad ke-5, Paus Gelasius I menyatakan 14 Februari sebagai Hari St Valentine — sebuah langkah untuk mengkristenkan festival kesuburan tanpa membatalkannya sama sekali.
St Valentine yang Mana?
Mereka yang percya bahwa Hari Valentine didedikasikan untuk Saint Valentine sebenarnya menemukan diri dalam kebingungan.
Menurut Ensiklopedia Katolik, Gereja Katolik mengakui setidaknya tiga orang kudus bernama Valentine, yang semuanya menjadi martir.
Satu dari tiga Valentine adalah pendeta Romawi abadi ketiga. Santo Valentine kedua adalah seorang uskup yang menjadi martir, dan berasal dari Terni, kota kuno Romawi yang dulu bernama Interamma. Keduanya, menurut SputnikNews, dihukum mati karena membantu orang-orang Kristen yang saat itu terus-menerus dilecehkan.
Saint Valentine ketiga tidak punya kisah panjang. Informasi tentang sosok ini pendek saja, yaitu orang suci yang menderita di Afrika.
Legenda tentang Valentine, satu dari tiga yang akhirnya menjadi nama hari libur, menyebutkan setelah kaisar Romawi melarang pernikahan bagi pria muda — karena keyakinan bahwa pria lajang adalah pejuang yang lebih hebat ketimbang memiliki keluarga.
Alkisah, Valentine menolak untuk patuh dengan perintah kaisar. Ia membantu tentara muda menikah. Ketika gerakan itu diketahui, kaisar dikabarkan menjatuhkan vonis mati untuk Valentine.
Cerita lainnya, Valentine dipenjara. Ia mengirim ‘kartu valentine’ kepada seorang wanita muda yang dikagumi sebelum dieksekusi. Wanita itu adalah putri sipir penjara.
Jadi, kisah Valentine mana yang diperingati sebagai Hari Valentine. Apa pun pihan orang, ternyata semuanya berkaitan degnan penjara, eksekusi, dan patah hati.
Pilihan lainnya adalah liburan tentang cinta dan romansa diterapkan untuk sekedar menyeimbangkan, atau menutupi, kisah asal yang berdarah.