Crispy

Ideologi Transnasional, Paham Ekstrem yang Bertentangan Pancasila

“Radikalisme dan ekstremisme yang mengatasnamakan agama adalah paham yang dibangun diatas manipulasi dan distorsi agama, sehingga akar masalahnya adalah agama. Yaitu agama yang dipahami secara menyimpang”

WONOSOBO – Fenomena masuknya ideologi transnasional merupakan hal yang memilukan. Hal ini dikarenakan ideologi transnasional kerap membawa paham ekstrem yang bertentangan dengan Pancasila.

Demikian diungkapkan Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid, dalam acara “Dialog Kebangsaan: Peringatan Hari Kesaktian Pancasila” di Pendopo Kabupaten Wonosobo, Jumat (1/10/21).

Nurwakhid mengatakan, kaum radikal dan intoleran kerap berusaha menghilangkan atau mengaburkan sejarah bangsa, agar para pemuda Indonesia tidak punya kebanggaan terhadap bangsa.

“Mirisnya, saat ini kelompok tersebut berusaha menyusupi generasi muda dengan cara mengaburkan fakta sejarah bangsa Indonesia,” ujarnya.

Nurwakhid juga menjelaskan, bahaya radikalisme yang selama ini memfitnah agama dengan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan suri tauladan ajaran agama dan kitabnya.

“Radikalisme dan ekstremisme yang mengatasnamakan agama adalah paham yang dibangun diatas manipulasi dan distorsi agama, sehingga akar masalahnya adalah agama. Yaitu agama yang dipahami secara menyimpang,” kata dia.

Ia berharap, masyarakat Wonosobo dapat ikut menggerakkan, meresonansi, memberi contoh kepada masyarakat daerah lain, agar mencintai toleransi, NKRI, merayakan keragaman dan perbedaan yang menjadi sunatullah dan bagian dari bangsa Indonesia.

Habib Husein Jafar yang ikut memberikan tausiyahnya dalam kesempatan itu, menjelaskan mengenai bagaimana hidup dalam keberagaman dan membangun toleransi antar umat beragama sebagai masyarakat sebuah bangsa.

“Menjaga perdamaian bukan tugas TNI, Polri, dan BNPT saja, karena akan percuma dibuatkan hukum sehebat apapun jika imajinasinya bukan Indonesia (yang bersatu dalam keberagaman), maka sampai kapanpun tidak akan selesai masalah perpecahan ini,”katanya.

Toleransi dan keberagaman yang telah terbentuk di Kabupaten Wonosobo, lanjut Habib Husein, diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi kota lainnya dan bagi Indonesia untuk dapat disebarkan ke tempat lain terutama para pemuda. Karena para pemuda dinilainya memiliki peran penting dimasa mendatang untuk dapat menyebarkan nilai toleransi kepada sesama.

“Peran utama ada pada pemuda. Karena kita akan menghadapi bonus demografi pada 2030. Karena itu kita butuh duta-duta dari anak muda, membentuk generasi muda yang bukan hanya toleran, tapi mampu menyebarkan nilai toleransi kepada sesama,” ujar dia.

Sementara Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, mengatakan kegiatan tersebut sebagai upaya vaksinasi ideologi bagi warga Wonosobo dari virus-virus radikal dan intoleransi yang berupaya memecah belah bangsa.

“Sampai hari ini semua umat beragama di Wonosobo hidup nyaman, penuh toleransi dan harus kita jaga,” katanya.

Ia juga meminta agar tetap waspada terhadap virus radikalisme karena kapanpun virus itu bisa muncul. “Vaksinasi ideologi yang diberikan oleh BNPT dan Habib Husein Insya Allah akan memberikan kekebalan dan herd immunity bagi warga Kabupaten Wonosobo,” ujarnya.

Back to top button