Janice Tjen Tembus Rank 67 WTA Siap Lanjutkan Yayuk dan Angelique

Setelah dua dekade penantian, tenis putri Indonesia akhirnya menemukan bintangnya. Namanya Janice Tjen — lulusan Pepperdine University yang kini menjelma menjadi simbol kebangkitan olahraga raket Tanah Air.
JERNIH – Dari peringkat 900 dunia ke 67 besar hanya dalam tiga tahun, itulah perjalanan Janice Tjen. Setelah lebih dari 20 tahun tanpa kehadiran sosok yang mampu menembus elite dunia, Janice Tjen muncul sebagai simbol optimisme baru. Tahun 2025 menjadi tonggak kebangkitannya — tahun di mana nama Janice mulai bergema di berbagai turnamen WTA dan ITF.
Puncaknya datang di WTA 250 Chennai Open 2025, ketika Janice menembus babak semifinal setelah menyingkirkan juara bertahan Linda Fruhvirtova. Hasil ini melesatkan peringkatnya ke posisi 67 dunia (peringkat live WTA) — pencapaian tertinggi bagi petenis putri Indonesia dalam dua dekade terakhir. Ia kini resmi menjadi petenis tunggal putri terbaik Indonesia.
Karier Janice Tjen bisa dibilang luar biasa cepat. Lulusan Pepperdine University ini memulai kiprahnya di tenis profesional pada 2022 dengan peringkat di atas 900 dunia. Hanya dalam tiga tahun, ia menapaki tangga demi tangga dengan konsistensi dan mental baja.
Tahun 2025 bak era perjalanan mautnya. Lihat deretan prestasi kunci Janice Tjen sepanjang 2025, antara lain gelar perdana WTA 125 di Jinan Open 2025. Janice menorehkan sejarah dengan merebut gelar tunggal putri WTA pertama bagi Indonesia dalam 23 tahun terakhir.

Lalu menembus babak utama Grand Slam US Open 2025. Setelah melalui babak kualifikasi yang berat, ia menjadi petenis Indonesia pertama dalam 21 tahun yang tampil di babak utama Grand Slam.
Kemudian runner-up WTA 250 São Paulo Open 2025. Capaian ini menandai debut mengesankannya di level WTA Tour, memperlihatkan bahwa ia mampu bersaing dengan jajaran top-100 dunia.
Yang terbaru adalah semifinalis WTA 250 Chennai Open 2025. Dengan permainan penuh determinasi dan keberanian, Janice mengalahkan pemain unggulan sebelum akhirnya terhenti di semifinal. Hasil ini mengangkatnya ke posisi 67 dunia.
Selain prestasi di turnamen besar, Janice juga aktif mendulang poin dari beberapa turnamen ITF di Asia dan Eropa, menunjukkan konsistensi luar biasa sepanjang musim.

Keberhasilan Janice datang dari kerja keras. membawa warisan sistem latihan kampus Amerika yang disiplin dan ilmiah, dikombinasikan dengan keuletan khas atlet Asia.
Janice dikenal sebagai petenis dengan gaya bermain baseline agresif. Ia mengandalkan pukulan forehand tajam dan servis kuat yang mampu menghasilkan poin cepat. Namun yang membuatnya berbeda adalah backhand satu tangan kanan — teknik yang jarang ditemui di tenis putri modern. Gaya ini memberinya variasi pukulan slice dan topspin yang tak terduga, membuat lawan sering kesulitan membaca arah bola.
Di luar aspek teknik, kekuatan mental Janice menjadi senjatanya yang paling berbahaya. Dalam beberapa pertandingan krusial, ia menunjukkan daya juang dan ketenangan luar biasa, bahkan saat tertinggal. Contohnya, comeback dramatisnya di Chennai Open melawan Fruhvirtova memperlihatkan kematangan mental yang jarang dimiliki pemain seusianya.
Penerus Legenda
Dengan posisi 67 dunia, Janice kini berada di jejak yang sama dengan dua legenda besar tenis putri Indonesia: Yayuk Basuki dan Angelique Widjaja.
Yayuk Basuki mencapai peringkat tertinggi dunia di posisi 19 pada Oktober 1997 dan menjadi perempat finalis Wimbledon 1997, sekaligus memenangi 6 gelar tunggal WTA.

Yuniornya, Angelique Widjaja mencapai peringkat 55 dunia pada Maret 2003, dikenal sebagai juara Grand Slam Junior Wimbledon (2001) dan French Open (2002) di sektor ganda putri.
Kini, Janice Tjen menempati peringkat 67 dunia (live ranking November 2025) dengan koleksi satu gelar WTA 125, satu kali runner-up WTA 250, dan partisipasi di babak utama Grand Slam. Ia belum menyamai rekor Yayuk dan Angie, namun fondasinya sudah sangat kuat — dan potensinya jelas mengarah ke sana.(*)
BACA JUGA: Ada Asa Tenis di Tangan Janice Tjen




