Junta Militer Myanmar Beri Mobil Mewah untuk Biksu pro-Pemerintah, Jatuhkan Bom ke Biara anti-Rezim
- Jenderal Min Aung Hlaing, pemimpin junta militer, memberikan langsung hadiah mobil mewah itu.
- Sehari sebelumnya, jet tempur Myanmar mengebom biara di Sagaing saat biksu dan kelompok perlawanan menggelar rapat.
JERNIH — Jenderal Min Aung Hlaing, Senin 10 Juni, memberi hadiah mobil mewah Mercedez dan kendaraan lainnya kepada sejumlah biksu senior. Sehari sebelumnya, AU Myanmar menjatuhkan bom ke Biasa Sagaing di Desa Thabyay Thar, Kotapraja Sagaing, menewaskan tiga biksu anti-rezim.
Irrawaddy menulis mobil mewah itu dimaksudkan sebagai kendaraan regalia tingkat nasional bagi anggota Komite Sangha Maha Nayaka Negara, otoritas Buddhia tertinggi di Myanmar yang dikenal sebagai Burma Ma Ha Na.
“Kendaraan ini akan membantu para biksu menjalankan tugas keagamaan mereka dengan mudah,” kata Jendreal Min Aung Hlaing saat menjelaskan maksud sumbangan mobil mewah itu.
Pemberian mobil mewah kepada para biksu berlangsung dalam upacara kenegaraan. Thanlyn Min Kyaung Sayadaw, ketua Ma Ha Na, dan kepala Biara Thanlyn Min Kyaung memercikan air wangi ke mobil dan meninggalkan tempat dengan kendaraan mewah itu.
Thanlyn Min Kyaung Sayadaw menjadi ketua Ha Ha Na, Maret lalu, setelah pendahulunya Bhamo Sayawad meninggal dunia Maret tahun lalu.
Agama Buddha memandang keinginan materi sebagai penyebab utama penderitaan umat manusia. Namun biksu di Myanmar, terutama yang memiliki hubungan dengan pemerintah, hidup mewah.
Sehari sebelumnya, di Desa Thabyay Thar, Kotapraja Sagaing, helikopter tempur junta militer Myanmar menjatuhkan bom ke Biara Sagaing, menewskan 13 orang — termasuk kepala biara dan dua biksu.
Penduduk desa mengatakan bom itu dijatuhkan saat pasukan antirezim mengatakan pertemuan di biara. “Mereka mejatuhkan tiga bom seberat 500 pon,” kata seorang penduduk desa. “Selain 13 orang tewas seketika, puluhan lainnya luka-luka.”
Warga desa lain membenarkan pemboman itu, dengan mengatakan empat warga dari desa Thabyay tewas dalam serangan. “Kebanyaan yang terbunuh adalah orang tua dan cacat,” akta penduduk kepada Irrawaddy.