Junta Militer Myanmar Tunjuk Letjen Than Hlaing Si Pembantai Hadapi Pemberontak
- Letjen Than Hlaing membangun reputasinya dengan menembaki aksi demo damai PNS dan warga sipil.
- Ia menangkap saudaranya dan menyiksanya sampai mati di penjara militer.
- Kini, kekejian Than Hlaing diuji menghadapi pemberontak di Wilayah Sagaing.
JERNIH — Junta militer Myanmar, Selasa 5 Oktober, menugaskan dua panglima paling keji; Letnan Jenderal (Letjen) Than Hlaing dan Letjen Tayza Kyaw, menghabisi pemberontakan di Monywa, Wilayah Sagaing.
Mantan kapten tentara yang membelot ke gerakan perlawanan setelah kudeta 1 Februari 2021 mengatakan sekitar 3.000 bala bantuan telah dikirim ke Wilayah Sagaing. Militer memutus layanan Internet sejak pekan kedua September, dan memblokir telepon seluler.
The Irrawaddy memberitakan Letjen Than Hlaing diangkat sebagai kepala polisi Myanmar dan wakil menteri dalam negeri sehari setelah kudeta. Sejak itu ia membangun reputasinya sebagai jenderal berdarah dingin.
Ia menindak keras pengunjuk rasa damai dan pegawai negeri sipil yang mogok. Salah satu korbannya adalah Ko Soe Moe Hlaing, 53 tahun, aktivis veteran yang juga saudaranya.
Ko Soe Moe Hlaing ditangkap dan disiksa sampai mati pada Mei 2021 saat berada di rumah tahanan militer Wilayah Bago.
Letjen Than Hlaing dianggap sosok tepat mengatasi pemberontakan bersenjata di Wilayah Sagaing. Di sini, 840 tentara juta tewas antara Juni sampai Agustus 2021.
Sebanyak 105 Tatmadaw, julukan tentara Myanmar, tewas di Magwe. Di negara bagian Chin, 136 tentara tewas selama periode yang sama.
Di Wilayah Shwe Taung O, sebuah daerah permukiman mantan personel militer di dekat Monywa, junta militer mengerahkan 700 sampai 800 bala bantuan.
Ranjau Rakitan
Perlawanan sipil di Wilayah Sagaing mungkin yang paling sulit ditundukan. Padahal, mereka mempersenjatai diri dengan ranjau kuno atau rakitan.
Kebanyakan dari mereka menggunakan senapan berburu babi untuk menembaki tentara. Junta militer dilengkapi persenjataan otomatis dan semiotomatis, jet tempur, helikopter, dan kapal perang yang menelusuri sungai.
“Kini, saatnya pemerintahan persatuan nasional (NUG) memasok kami dengan senjata berat,” kata seorang pemimpin Gangaw-PDF. “Jika tidak kami akan terbantai di sini.”
Junta militer meningkatkan serangan dan kekerasan di Wilayah Sagaing dan Magwe, serta negara bagian Chin. Mereka menyasar siapa pun, termasuk rakyat sipil yang tidak mengungsi.