Larut dalam Euforia Kemenangan Putranya, Imelda Marcos tanpa Sadar Buka Jejak ‘Kejahatan Lama’
- Jejak kejahatan lama itu adalah Reclining Woman VI, lukisan karya Pablo Picasso yang lama hilang.
- Lukisan bernilai 125 juta dolar AS, atau Rp 1,8 triliun, itu tergantung di dinding rumah Imelda Marcos.
JERNIH — Imelda Marcos membuka rumahnya saat selebrasi kemenangan Bongbong Marcos Jr sebagai presiden Filipina dalam pemilu Senin lalu, dan tanpa sadar membuka jejak ‘kejahatan lama’.
Dalam tayangan stasiun televisi lokal TV Patrol terlihat Imelda memeluk Bongbong Marcos Jr, putranya yang mewujudkan impian keluarga untuk kembali berkuasa di Filipina. Di belakang keduanya terlihat Reclining Woman VI, mahakarya Pablo Picasso yang telah lama hilang, tergantung di dinding.
Kehebohan meledak tak lama setelah tayangan itu. Seorang mantan pejabat Komisi Kepresidenan untuk Pemerintahan yang Baik (PCGG) — gugus tugas yang dibentuk untuk memulihkan kekayaan haram Keluarga Marcos — mengatakan lukisan itu adalah satu dari 150 karya seni yang diduga diperoleh secara ilegal oleh Keluarga Macos selama 20 tahun memerintah.
Reclining Woman VI, lukisan abstrak wanita bersantai di sofa dengan tangan di dahi, diperkirakan bernilai 125 juta dolar AS atau Rp 1,8 triliun. “Lukisan ini muncul dalam The Kingmaker, film dokumenter 2019 tentang Keluarga Macos, dan hilang saat satuan tugas memburunya,” kata Andy Bautista, mantan ketua PCGG.
Yang belum terkonfirmasi adalah apakah lukisan itu, satu dari delapan yang ditargetkan pemerintah otoritas antikuropsi Filipina untuk disita pada tahun 2014, adalah asli.
Menurut Bautista, dalam satu segmen The Kingmaker, Ferdinand Marcos berkata; “Imelda, saya tahu cara mendapatkan uang dengan benar, tapi kamu tahu cara membelanjakannya dengan baik dengan membeli kecantikan, lalu kamera beralih ke karya Picasso.”
Bautista muncul dalam film dokumenter itu. Ia mengungkapkan PCGG telah mengajukan mosi untuk menyita lukisan Picasso dan asset lainnya.
Selama memerintah antara 1965-1985, Ferdinand Marcos Sr melakukan pelanggaran hak asasi manusia dan menggunakan kekuasaannya untuk mencuri 10 miliar dolar AS.
Sebagian besar kekayaan itu, termasuk karya seni bernilai jutaan dolar, belum ditemukan.