Crispy

Lima Hal yang Perlu Anda Ketahui Tentang Varian Delta

Akibat varian baru ini, Indonesia sempat menapaki rekor kasus Covid-19 dan kemudian pemerintah mengeluarkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)

JERNIH – Kekhawatiran utama saat ini adalah Delta, jenis virus SARS-CoV-2 yang sangat menular dan mungkin lebih parah. Akibat varian baru ini pula, Indonesia sempat menapaki rekor kasus Covid-19 dan kemudian mengeluarkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Inci Yildirim, MD, PhD, spesialis penyakit menular pediatrik Yale Medicine dan ahli vaksin, tidak terkejut dengan apa yang terjadi. “Semua virus berevolusi dari waktu ke waktu dan mengalami perubahan saat mereka menyebar dan bereplikasi,” katanya.

Tapi satu hal yang unik tentang Delta adalah seberapa cepat penyebarannya, kata F. Perry Wilson, MD, ahli epidemiologi Yale Medicine. Di seluruh dunia, katanya, “Delta pasti akan mempercepat pandemi.”

Dari apa yang kita ketahui sejauh ini, orang yang mendapat vaksinasi virus corona tampaknya aman dari Delta. Tetapi siapa pun yang tidak mendapatkan vaksinasi dan tidak mempraktikkan strategi pencegahan berisiko terinfeksi oleh varian baru, kata para dokter.

Berikut lima hal yang perlu Anda ketahui tentang varian Delta mengutip yalemedicine.org.

1. Delta Lebih Menular

Delta adalah nama untuk B.1.617.2. varian, mutasi SARS-CoV-2 yang awalnya muncul di India. Kasus Delta pertama diidentifikasi pada Desember 2020, dan jenisnya menyebar dengan cepat, segera menjadi jenis virus yang dominan di India dan kemudian Inggris Raya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut versi virus ini “yang tercepat dan terkuat.” Delta menyebar 50% lebih cepat daripada Alpha, yang 50% lebih menular daripada strain asli SARS-CoV-2. “Dalam lingkungan tidak ada yang mendapat vaksinasi atau tanpa masker, diperkirakan rata-rata orang yang terinfeksi virus corona asli, menginfeksi 2,5 orang lainnya,” kata Dr. Wilson. “Dalam lingkungan yang sama, Delta akan menyebar dari satu orang ke mungkin 3,5 atau 4 orang lainnya.”

2. Orang Tanpa Vaksin Berisiko

Orang yang belum mendapat vaksinasi Covid-19 paling berisiko. “Studi di Inggris menunjukkan anak-anak dan dewasa di bawah 50 tahun, 2,5 kali lebih mungkin terinfeksi Delta,” kata Dr. Yildirim. Sejauh ini, tidak ada vaksin yang disetujui untuk anak-anak berusia 5 hingga 12 tahun di AS. Saat ini AS dan sejumlah negara lain telah mengizinkan vaksin untuk remaja dan anak kecil atau sedang mempertimbangkannya.

“Ketika kelompok usia yang lebih tua mendapat vaksinasi, mereka yang lebih muda dan tidak mendapat vaksin akan berisiko lebih tinggi terkena Covid-19 dengan varian apa pun,” kata Dr. Yildirim. “Tapi Delta tampaknya berdampak pada kelompok usia yang lebih muda lebih dari varian sebelumnya.”

3. Delta Menyebabkan ‘Wabah Hiperlokal’

Jika Delta terus bergerak cukup cepat untuk mempercepat pandemi, Dr. Wilson mengatakan pertanyaan terbesar adalah tentang penularan. Berapa banyak orang akan mendapatkan varian Delta dan seberapa cepat penyebarannya?

Jawabannya bisa bergantung, sebagian, di tempat Anda tinggal—dan berapa banyak orang di lokasi Anda yang mendapat vaksinasi, katanya. Dalam beberapa kasus, kota dengan vaksinasi rendah yang dikelilingi oleh area vaksinasi tinggi dapat berakhir dengan virus yang terkandung di dalam perbatasannya, dan hasilnya bisa menjadi “wabah hiperlokal,” katanya. “Kemudian, pandemi bisa terlihat berbeda dari apa yang telah kita lihat sebelumnya, di mana ada hotspot nyata di seluruh negeri.”

Jika terlalu banyak orang yang terinfeksi sekaligus di daerah tertentu, sistem perawatan kesehatan setempat akan kewalahan. Akhirnya akan lebih banyak orang akan meninggal, katanya. “Itu adalah sesuatu yang harus banyak kita khawatirkan.”

4. Delta Masih Banyak Misteri

Satu pertanyaan penting adalah apakah strain Delta akan membuat Anda lebih sakit daripada virus aslinya. “Berdasarkan rawat inap yang dilacak di Inggris Raya [yang telah sekitar sebulan lebih cepat dari AS dengan Delta], variannya mungkin sedikit lebih patogen,” kata Dr. Wilson. Sementara penelitian lebih lanjut diperlukan, informasi awal tentang tingkat keparahan Delta mencakup studi dari Skotlandia yang menunjukkan varian Delta sekitar dua kali lebih mungkin dari Alpha untuk mengakibatkan rawat inap pada individu yang tidak divaksinasi (dan vaksin mengurangi risiko itu secara signifikan).

Pertanyaan lain berfokus pada bagaimana Delta mempengaruhi tubuh. Ada laporan gejala yang berbeda dari yang terkait dengan jenis virus corona asli, kata Dr Yildirim. “Sepertinya batuk dan kehilangan penciuman kurang umum. Dan sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek, dan demam hadir berdasarkan survei terbaru di Inggris, di mana lebih dari 90% kasus disebabkan oleh strain Delta,” katanya.

Analisis Public Health England menunjukkan bahwa setidaknya dua vaksin efektif melawan Delta. Vaksin Pfizer-BioNTech 88% efektif melawan penyakit simtomatik dan 96% efektif melawan rawat inap dari Delta dalam penelitian. Sementara Oxford-AstraZeneca (yang bukan vaksin mRNA) 60% efektif melawan penyakit simtomatik dan 93% efektif melawan rawat inap. Studi melacak peserta yang mendapat vaksinasi penuh dengan kedua dosis yang direkomendasikan.

Data efektivitas vaksin lain terhadap Delta belum tersedia, tetapi beberapa ahli percaya Moderna sama dengan Pfizer, karena keduanya vaksin mRNA. Tidak ada informasi saat ini tentang efektivitas Johnson & Johnson terhadap Delta. Vaksin ini memang telah terbukti membantu mencegah rawat inap dan kematian pada orang yang terinfeksi varian lain.

5. Vaksinasi adalah Perlindungan Terbaik Terhadap Delta.

Hal terpenting yang dapat Anda lakukan untuk melindungi diri dari Delta adalah mendapatkan vaksinasi lengkap, kata para dokter. Itu berarti jika Anda mendapatkan vaksin dua dosis seperti Pfizer atau Moderna, Anda harus mendapatkan kedua suntikan. Kemudian menunggu periode dua minggu sesuai rekomendasikan agar suntikan tersebut berlaku penuh. Apakah Anda sudah mendapat vaksinasi atau tidak, penting untuk mengikuti pedoman pencegahan. [*]

Back to top button