Paus Fransiskus Dukung Serikat Sipil Kaum Gay
- Seorang pastor Jesuit memuji pernyataan Paus Fransiskus. Kelompok konservatif menuntut klarifikasi.
- Evgeny Afineevsky, sutradara film ini, mengatakan Paus Fransiskus tidak sedang mengubah doktrin.
- Film Fransesco berkisah tentang dua hal; pengalaman seorang gay dan evolusi pandangan Paus Fransiskus terhadap kaum gay.
Vatikan — Paus Fransiskus menjadi pemimpin gereja Katolik pertama yang mendukung serikat sipil sesama jenis. Kaum gay beragama Katolik bersorak sorai, kaum konservatif menuntut klarifikasi karena ajaran resmi Vatikan melarang hubungan sesama jenis.
Pernyataan dukungan muncul dalam film dokumenter berjudul Francesco yang dirilis Rabu lalu.
“Orang homoseksual memiliki hak untuk berada dalam keluarga,” kata Paus Fransiskus. “Mereka adalan anak-anak Tuhan, dan memiliki hak untuk berkeluarga. Tidak ada yang harus diusir atau dibuat sengsara.”
Paus Fransiskus merefleksikan pelayanan pastoral bagi mereka yang diidentifikasi sebagai LGBTQ. Menurut Paus Fransiskus, yang harus dibuat adalah undang-undang serikat sipil. Dengan cara itu, kaum gay dilindungi secara hukum.
“Saya membela itu,” katanya lagi.
Film dokumenter tentang kehidupan dan pelayanan Paus Fransiskus dipresentasikan di Festival Film Roma, dan dijadwalkan tayang perdana di Amerika Utara, akhir pekan ini.
Eksistensial Pinggiran
Film mengisahkan pendekatan Paus Fransiskus untuk menekan masalah sosial. Paus Fransiskus menyebut mereka sebagai eksistensialis pinggiran.
Seruan langsung Paus Fransiskus untuk undang-undang serikat sipil mewakili pergeseran seismik perspektif pendahulunya, serta dari posisinya yang hati-hati tentang serikat sipil di masa lalu.
Saat menjabat Uskup Agung Buenos Aires tahun 20120, Paus Fransiskus mendukung persatuan sipil untuk pasangan gay sebagai alternatif pernikahan sesama jenis.
Sebagai paus, Paus Fransiskus tidak pernah secara terbuka mendukung serikat sipil. Pun, tidak pernah ada pemimpin tertinggi Gereja Katolik sebelumnya yang melakukannya.
James Martin, seorang Jesuit yang berusaha membangun hubungan dengan kaum gay di gereja, memuji pernyataan Paus Fransiskus sebagai langkah besar ke depan dalam hubungan gereja Katolik dengan LGBT.
“Paus berbicara secara positif tentang serikat sipil, juga mengirim pesan yang kuat ke tempat-tempat di mana gereja menentang undang-undang tersebut,” kata Martin dalam pernyataannya.
Namun Thomas Tobin, uskup Providence di Rhode Island, menyerukan klarifikasi. “Pernyataan Paus Fransiskus jelas-jelas bertentangan dengan ajaran lama gereja tentang persatuan sesama jenis,” kata uskup yang dikenal konservatif ini.
Gereja, katanya, tidak dapat mendukung penerimaan hubungan yang secara obyektif tidak bermoral.
Ajaran Katolik menyatakan kaum gay harus diperlakukan dengan bermartabat dan hormat, tapi tindakan homoseksual secara intrinsik tidak diatur. Sebuah dokumen tahun 2003 dari kantor doktrin Vatikan menyatakan penghormatan gereja terhadap kaum gay tidak dapat mengarah pada persetujuan perilaku homoseksual atau pengakuan hukum atas serikat homoseksual.
Vatikan beralasan dengan melakukan itu tidak hanya akan memaafkan perilaku menyimpang, tapi juga menciptakan kesetaraan dengan pernikahan yang menurut gereja adalah persatuan tak terpisahkan antara pria dan wanita.
Dunia Butuh Positivisme
Evgeny Afineevsky, sutradara Francesco, terkejut pernyaan Paus Fransiskus dalam film itu menciptakan badai api. Menurut sutradara gay itu, Paus Fransiskus tidak mencoba mengubah doktrin tapi mengungkapkan keyakinannya bahwa kaum gay harus menikmati hak yang sama dengan kaum heteroseksual.
“Dunia membutuhkan kepositifan. Dunia perlu peduli dengan perubahan iklim, pengungsi dan migrasi, perbatasan, tembok, dan pemisahan keluarga,” kata Afineevsky.
Salah satu karakter utama dalam film dokumenter itu adalah Juan Carlos Cruz, orang Cile yang selamat dari pelecehan seksual klerus, yang semula didiskreditkan Paus Fransiskus saat berkunjung ke Cile tahun 2018.
Cruz seorang gay. Ia bertemu Paus Fransiskus pada Mei 2018. Kepada Paus Fransiskus, Cruz telah berusaha memperbaiki keadaan. Saat itu Paus Fransiskus mengatakan Tuhan menjadikan Cruz seorang gay.
Cruz menceritakan kisahnya di sepanjang film itu, dan mencatat evolusi Paus Fransiskus dalam memahami pelecehan seksual serta mendokumentasikan pandangan pemimpin tertinggi gereja Katolik tentang kaum gay.
Afineevsky memiliki akses luar biasa ke para kardinal, arsip televisi Vatikan, dan Paus Fransiskus. Menurutnya, dia bernegosiasi melalui ketekunan dan pengiriman mate tea Argentina dan kue Alfajores kepada Paus Fransiskus melalui orang Argentina yang memiliki koneksi baik di Roma.
“Ketika Anda berada di Vatikan, satu-satunya cara mencapai sesuatu adalah dengan melanggar aturan dan kemudian berkata maafkan saya,” kata Afineevsky dalam sebuah wawancara.