Crispy

Penambang Emas di Lebak Diperkirakan Gunakan Mercury dan Sianida

LEBAK-Sebanyak sepuluh lubang penambangan emas ilegal di Taman Nasional Gunung Halimun Salak ditutup Satuan Tugas (Satgas) Penambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) Provinsi Banten.

Satgas PETI menilai penambangan tersebut menjdi salah satu penyebab terjadinya bencana banjir serta tanah longsor di wilayah Lebak Banten yang terjadi pada awal tahun lalu.

Kabid Humas Polda Banten Kombes Pol Edy Sumardi Priadinata, S.I.K, M.H, pada hari Sabtu  (25/01/2020), mengatakan “Polda Banten terus melakukan proses penyelidikan dan penyidikan atas dugaan pelanggaran hukum penambang liar tanpa izin ini, dan kita sangat concern terhadap hal ini.”

Menurut Edy, Satgas PETI yang beranggotakan Polda Banten, TNI dan instansi terkait lainnya, mulai melakukan penyisiran sejak hari Kamis (23/1/2020) hingga Jumat (24/1/2020). Dari penyisiran tersebut ditemukan banyak lubang besar yang diperkirakan masih aktif dilakukan penambangan.

“Kalau lubang banyak yang kita temukan, tapi yang besar-besar saja, yang dimungkinkan masih bisa digunakan oleh masyarakat, ada 10 yang sudah kita pasang police line pada hari ini,”.

Sementara Karo Ops Polda Banten Kombes Pol Aminudin Roemtaat, menjelaskan pelaksanaan operasi, dimana satgas dibagi menjadi dua tim dengan tugas menyusuri dua lokasi yang sudah ditentukan.

“Kita dibagi dua tim, tim yang saya pimpin dari arah Citorek ini ada sembilan titik, lalu tim kedua yang dipimpin Dansat Brimob ada tujuh titik. Untuk seluruhnya tim ada 302 orang yang kita bagi dua,”.

Hasilnya, ditemukan lubang-lubang besar yang diduga masih digunakan untuk penambangan. Ke sepuluh lubang penambangan tersebut berada di wilayah jalur Citorek, Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak.

“Kalau lubang banyak yang kita temukan, tapi yang besar-besar saja, yang dimungkinkan masih bisa digunakan oleh masyarakat, ada sepuluh yang sudah kita pasang police line pada hari ini,”. 

Tim Satgas PETI juga menemukan penggunaan bahan kimia terlarang dalam memisahkan kandungan emas dari batuan.

“Kita menemukan mercury dari laptor, sedang melakukan penelitian, kemungkinan bukan hanya mercury, karena merkury sudah mahal tapi beralih ke sianida,”.

Masyarakat Jalur Cikotrek nampaknya sulit leas dari usaha menambang emas, sebab penghasilan yang didapat cukup menggiurkan. Dalam satu hari, penambang emas bisa mendapat 100 karung tanah dan batu bercampur emas. Setiap karungnya terdapat paling sedikit dua sampai lima gram emas. Per gram emas oleh mereka dijual Rp 300 ribu dan bisa lebih mahal sesuai dengan kadar emas.

(tvl)

Back to top button